Happy Reading📖
"Jadi, selama ini Reina--" Arkan mendongak, tatapannya mengedar menatap satu persatu orang didalam ruangan itu.
Devan yang tak sabar menunggu kalimat yang di utarakan oleh Arkan segera merebut ponsel itu dari tangan Arkan. Matanya membaca dengan seksama nama sese orang di layar ponsel itu. Revan yang duduk tepat di sebelah Devan ikut melirik ponsel di genggaman Devan, begitupun juga dengan Violla dan Katya.
"Jadi, selama ini Reina ngelindungi gue?" Ujar Katya pelupuk matanya mulai dipenuhi genangan air. Kenyataan yang benar-benar menampar dirinya.
21 November 2018
"Gimana sama kalungnya suka ngga?"
Semuanya mengangguk menyetujui ucapan Reina. Semuanya memegang kalung dengan inisial huruf tersendiri di setiap kalung. Reina yang mendesain sendiri khusus persahabatan itu.
"Wah bagus banget ada nama gue lagi, Na."
"Wah, iya bagus banget kalungnya."
"Iya, ada nama gue lagi KF!"
"Ini kalung persahabatan kah?"
Seorang gadis menganggukkan kepalanya. "Ya kalung pertemanan kita. Anggap aja seperti benda kenangan nantinya kalo kita berpisah ketika dewasa tiba."
"Guys! Gue duluan ya. Harus ke bengkel soalnya." Reina menoleh pada Binar. "Biar gue temenin, Nar." Binar menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
2 jam kemudian ...
"Binar sama Nana udah selesai belum, ya? Kira-kira mereka bakalan kejalan kenanga lagi ngga ya? Biar coba gue telepon Binar deh, kalo mereka ngga balik ke jalan kenanga, gue suruh Binar kerumah gue aja deh." Ujar Katya.
"Kok ngga di angkat-angkat ya." Monolognya.
Dilain tempat Binar yang tengah mengendara sepeda motornya merasakan ponsel di saku jaketnya bergetar.
"Nar! Kita meneduh dulu, ya?!" Teriak Reina. Gadis bernama Binar itu menoleh dan menganggukkan kepalanya. "Iya, Na!"
Ponsel yang terus bergetar, membuat gadis itu mengambilnya dan menaruhnya diatas tangki motor. Kedua bola matanya harus terfokus pada 2 pusat, jalan dan ponsel. Pandangannya bergantian menatap jalan dan layar ponsel, sebelah tangannya sibuk menggeser tombol bergambar telepon berwarna hijau.
"Tin tin tiiinn!"
Binar mendongak, kedua bola matanya melotot, lantas gadis itu membanting setangnya kearah kiri agar dirinya tak menabrak truk itu. Namun nas, jalanan yang licin dan kecematan sepeda motor diatas 60km/jam membuat gadis itu terpeleset bersama sepeda motornya bahkan sepeda motor itu terus melaju menubruk sepeda motor Reina, dimana Reina masih berada tepat di atas sepeda motornya.
Beberapa menit setelahnya, kesadaran Reina kembali. Hal pertama yang ia lihat adalah darah yang berceceran, dan Binar yang tergelatak beberapa meter darinya.
"Binar." Lirihnya, gadis itu akan menghampiri Binar, tetapi kakinya terjepit sepeda motornya. Tubuhnya masih lemah, tak kuat membangunkan sepda motor besar itu sendirian. Ia membutuhkan bantuan orang.
"Tolong! Tolooongg!! Teriaknya. Tak memerlukan waktu lama untuk menunggu banyak orang datang
"Panggil ambulance sekarang!"
Reina menatap ke depan dengan sendu. Tubuhnya terguncang atas kejadian yang baru saja menimpa dirinya dan juga sahabatnya. Rasa terkejut dalam dirinya masih belum menghilang. Tatapan matanya begitu kosong menatap ke depan dengan garis polisi yang melintang yang mulai terpasang. Matanya sudah berkaca-kaca, namun sepertinya kristal bening itu masih belum mau meluncur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baradam (Completed)
Teen FictionPart akan dihapus pertanggal 13 Agustus 2022 untuk proses Revisi ulang! (Utamakan follow terlebih dahulu sebelum membaca^_^) PERINGATAN KERAS! MENGANDUNG BANYAK ADEGAN BAWANG! JANGAN MEMBACA KALAU TIDAK KUAT! SIAPKAN TISU DAN HATI YANG KUAT:) -Kamu...