58. Pulau PVC - Hari Ke-120 di Parasys (Bagian 2)

155 50 12
                                    

Tak ada yang peduli lagi pada sidang. Semua Eistaat termasuk Tim Senliom memelesat ke markas, menyusul Cappeia yang masih kesulitan mengendalikan emosi. Isi kepala Canaih terasa beku. Ia hampir tak merasakan apa-apa, termasuk perubahan tekstur tanah PVC yang mulus menjadi humus berbatu di bawah sepatunya. Satu Eistaat sudah tewas. Lagi.

Medesia, Morussea, Sevouris, dan Zortoma yang lukanya sudah diperban mengelilingi jenazah Karonua. Mereka berdoa sambil tertunduk. Beberapa meter dari lingkaran duka itu, Hafneille dan Tavamind menggali liang lahat tepat di sebelah makam Arvehind. Pekik kesedihan dan keterkejutan dari Tim Senliom menyahut. Canaih nyaris mengabaikan suara-suara mereka. Pemandangan berupa jasad Karonua menumpulkan kemampuan seluruh indranya.

Menyadari kehadiran seluruh anggota tim, para Eistaat yang tengah berdoa berdiri dan mempersilakan Eistaat yang baru datang melihat jenazah lebih jelas. Canaih memaksakan diri maju. Beralaskan terpal dengan kepala diganjali bantal dari gulungan selimut, Karonua berbaring lurus menatap langit. Tak ada kedipan. Tak ada sorot kesusahan dan kesakitan. Tak ada sorot harapan untuk kembali ke dunia nyata. Mata Karonua kosong, sekosong harapannya untuk hidup kembali.

"Bagaimana kronologisnya?" tanya Varkand. Air matanya mengucur deras.

"Dia sempat mengalami sesak napas hebat. Kami melakukan pertolongan pertama secara bergantian. Sementara itu, Cappeia membuat ramuan untuk memulihkan kondisinya." Sevouris menjawab dengan tatapan terus tertuju pada jasad Karonua. "Akhirnya ramuan selesai. Namun, tubuh Karonua menolak mengonsumsi apa pun. Ia memuntahkan seluruh racun raotyr yang ada dalam tubuhnya. Kami pikir itu hal baik sampai akhirnya Karonua memuntahkan darahnya sendiri. Kami—Cappeia terutama—melakukan segala cara untuk menyelamatkan Karonua. Kami tak berhasil dan beginilah akhirnya."

"Belum pernah kulihat Cappeia seperti itu." Medesia menyambung sengau. "Dia menjerit histeris dan sebelum kami sempat mencegahnya, dia sudah menyambar senjata dan hendak berlari mencari kalian. Tavamind yang baru tiba menggendong Zortoma berinisiatif menyusul Cappeia. Kutawarkan diri untuk mendampinginya. Kami berhasil menemukan Cappeia, tetapi ia mengamuk dan menolak ditemani. Ia bahkan mengancam akan membangunkan seluruh raotyr kalau kami berkeras pergi bersamanya. Karena sarang raotyr hanya beberapa meter dari lokasi, aku berpendapat sebaiknya kami mundur saja."

"Kuperingatkan dia tentang Hang Wa. Ia malah membalas akan menghajar makhluk itu sampai mati." Tavamind memijat-mijat keningnya. "Cappeia benar-benar hilang akal."

"Sebenarnya Hang Wa tidak jahat. Lain cerita kalau ia sedang hilang kendali." Senliom yang rupanya ikut serta dalam pembicaraan tiba-tiba menjawab. "Kami minta maaf atas seluruh luka-luka dan kerugian yang disebabkan amukan Hang Wa. Penjelasannya akan kami berikan nanti. Sekarang, di mana Cappeia?"

Tavamind menunjuk ke satu arah yang segera didatangi Senliom. Hampir-hampir Canaih tak menyimak interaksi mereka. Dia terus menatap jasad Karonua dalam diam, menyadari bencana yang lebih besar akan datang pada warganya. Teori terkuat Satgas mengatakan negara baru tak akan pernah bisa didirikan di tanah yang Eistaat-nya tewas di Parasys. Warga Karonua dan Arvehind akan luntang-lantung tanpa hukum dan Eistaat. Selamanya.

Penggalian liang lahat selesai. Dipimpin Bourland, para Eistaat mengadakan upacara pemakaman Karonua. Meski seluruh tubuhnya lemas, Canaih mengajukan diri menjadi salah satu penggotong jasad. Tubuh Karonua yang dingin membebani sebelah pundak Canaih kala ia dan tiga Eistaat lain membawa Karonua ke tempat peristirahatan terakhirnya. Sama seperti Arvehind, para Eistaat pun tidak menguburkan kepala Karonua dan membiarkan matanya terbuka. Awalnya Canaih heran mengapa rekan-rekannya melakukan ini. Sekarang ia bisa memahami perkataan Cappeia: Mengubur mata dan kepala Eistaat bukan hal yang sepantasnya dilakukan.

Di penghujung upacara, Bourland memimpin seluruh tim untuk berdoa. Setelah itu, semuanya kembali pada kegiatan sebelum Karonua meninggal dunia. Semesta Parasys yang keras tak mengizinkan mereka berkabung lama-lama. Jika mereka terlalu banyak menghabiskan waktu menangisi kepergian Karonua, bisa-bisa merekalah yang akan dimakamkan berikutnya.

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang