75. Markas MN-5 - Hari Ke-19 Insiden Area Putih (Bagian 1)

168 40 5
                                    

Di markas MN-5, K dan para akla benar-benar diperlakukan seperti anggota militer. Setelah resmi menyandang gelar sebagai Serdadu Satgas, mereka diminta memakai seragam polos berwarna abu-abu, celana hitam loreng, dan makan serta beristirahat di tempat para anggota militer beristirahat. Para akla makan dengan lahap, tetapi soal tidur lain lagi. Mungkin gara-gara banyak yang terjadi dalam satu hari, para akla malah terus terjaga.

Kanvoza menjadi yang pertama bangun di antara kelima akla putra, disusul Ferdo. Entah apa yang dilakukan Steffani dan Laurel. Kamar kedua akla putri berada di seksi lain yang juga ditempati anggota Satgas perempuan.

"Apa tidak apa-apa keluar kamar malam-malam begini?" tanya Meeren takut-takut. Sebelumnya, ia dan Revan sempat membicarakan tabiat personel militer yang sangat disiplin soal waktu.

"Tidak masalah. Toh, kita tidak akan berkeliaran," jawab Ferdo seraya menggeliat santai. Kanvoza menimpali, "Ingat sarana latihan yang sempat mereka tunjukkan pada kita? Kita akan berlatih di sana."

"Aku ikut." K menyibak selimut dan meraih sepatu bot di kolong tempat tidurnya. Ia berpendapat percuma terus menghabiskan waktu di ranjang tanpa tidur. Lebih baik ia dan teman-temannya memanfaatkan waktu mempersiapkan diri menjalani misi di tempat tujuan. Kedua akla junior mengikuti jejak K, Kanvoza, dan Ferdo. Tak lama mereka sudah tiba di depan pintu sarana latihan. Terdengar suara lantai yang mendecit-decit.

"Sepertinya kita bukan yang pertama hadir di sini," komentar Revan. Tebakannya benar. Saat Kanvoza mendorong pintu hingga terbuka, mereka melihat Laurel dan Steffani sudah di dalam. Kedua akla putri tengah berlatih bertarung menggunakan pisau. Steffani meneriakkan instruksi. Pada setiap instruksi, ekspresi Laurel berubah semakin fokus dan garang.

"Jangan ragu!" teriak Steffani. "Serang aku seolah aku Edenruih Atteuvis!"

Laurel mengangkat pisau tinggi-tinggi dan mengayunkannya secepat kilat ke bahu Steffani. Sang tuosie putri berkelit. Kanvoza berdeham, mengingatkan teman-temannya agar mulai berlatih.

"Stef hendak mengubah Laurel menjadi Steffani Kedua." Ferdo menggeleng-geleng. "Aku tak mengeluh. Misi ini memang membutuhkan banyak manusia berwatak monster seperti Stef."

Walau begitu, Ferdo menyetujui usul K dan Kanvoza untuk berlatih sebrutal Laurel dan Steffani. Mereka tidak mempersiapkan diri untuk berlaga dalam turnamen. Mereka mempersiapkan diri untuk bertempur sungguhan. Dalam pertempuran, lawan akan menghalalkan segala cara untuk menumbangkan mereka. Tidak ada peluit atau peringatan x tuosie yang akan menyela pergulatan.

Para akla sudah berlatih satu jam saat K mulai bertarung dengan tangan kosong melawan Kanvoza. Ferdo bertarung menggunakan tongkat melawan Revan dan Meeren sekaligus, sementara kedua akla putri tengah beristirahat. Tiba-tiba pintu sarana latihan terbuka lebar, memperlihatkan sosok Bertinti Bishop yang terengah sekaligus berang.

"Kami mencari kalian dari tadi!" sentaknya. "Lain kali jangan seenaknya keluar ruangan tanpa izin! Tak perlu banyak bicara. Pergi ke Ruang Komunikasi sekarang!"

Bishop tak menjelaskan lebih jauh. Ia segera berlalu tanpa menunggu respons para akla. K dan teman-temannya berhenti dari aktivitas mereka dan segera bergegas. Sesuatu yang gawat pasti telah terjadi.

"Selamat datang, Serdadu Satgas," sambut Kolonel Ameron Kazer di Ruang Komunikasi. Anggota Satgas yang menyiapkan kamar keempat akla putra berkata Kolonel Kazer adalah salah satu tentara yang menyaksikan langsung Pelanggaran Eistaat Canaih di perbatasan Canaih-Laffen. Anggota tersebut juga bercerita betapa murkanya Kolonel Kazer saat itu. Melihat aura dan perawakan Kolonel Kazer, K tak heran pria berotot itu berani memarahi Canaih. Kolonel Kazer memberi kesan ia sanggup bergulat melawan dua ekor beruang sekaligus.

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang