39. Pulau Sisik - Hari Ke-115 di Parasys (Bagian 3)

182 49 5
                                    

"Dari kondisi Nobore saat kami menemukan jenazahnya, kami berasumsi beliau kabur dalam keadaan panik," ujar Reed. "Akan tetapi, kau bilang kau dan seluruh dakimu sedang tidur saat dia kabur, eh?"

"Keluar dengan. Cara ilegal," jawab Tentakel Empat. "Lumpur-lumpur. Ancam dia. Jadi pisau. Jadi tombak. Mau bunuh."

"Nobore keluar dengan cara yang ilegal?" ulang Reed. "Sehingga muncul lumpur yang berubah jadi pisau dan tombak untuk membunuhnya?"

Tentakel Empat mengiakan.

"Apa maksudmu ilegal?" tanya Reed lagi. "Lalu kalau cara Nobore ilegal, seperti apa cara yang legal?"

"Minta izin. Tidak curi. Nobore. Bikin kunci. Dari daki. Dia curi."

"Nobore membuat kunci dari dakimu?" Reed membelalak. Dia tahu sisik-sisik ini berwarna dan berbunyi seperti logam, tetapi tak pernah menyangka mereka bisa berfungsi layaknya logam sungguhan.

"Ya. Curian."

"Dia takut padamu, makanya tidak bertanya atau minta izin."

"Tetap saja. Ilegal."

Iya juga, sih, batin Reed. "Apa lumpur-lumpur itu kau yang aktifkan kalau ada yang mencurangimu?"

"Bukan. Program."

"Gamnov juga yang memprogramnya?"

"Bukan. Perintah baru. Gamnov patuhi. Kode etik."

Pasti kerjaan Atteuvis, pikir Reed lagi. Sebuah gagasan baru terlintas. "Tunggu, kau sedang tidur saat Nobore kabur. Bagaimana kau tahu ada lumpur yang memburunya?"

"Lumpur-lumpur. Laporan. Setiap pagi."

"Kau tahu seperti apa semua pulau dan makhluk yang tinggal di Parasys?"

"Tidak."

Reed tersadar. "Sebentar, kenapa kau berhenti menjawab sesuai kecemasan lawan bicaramu?"

"Kau menang. Karena itu."

Bohlam imajiner menyala di benak Reed.

"Apa kau tahu bagaimana caranya keluar dari Parasys?"

"Ya."

Sedikit api semangat dalam diri Reed memercik.

"Bagaimana caranya?"

"Tidak boleh. Atteuvis akan. Bunuh aku."

"Atteuvis akan membunuhmu kalau kau membocorkan bagaimana caranya?"

"Ya."

"Sebenarnya kau ini apa? Apa kau benar-benar makhluk hidup? Apa semua makhluk penghuni dunia ini benar-benar bernyawa? Atau kalian hanya program?"

Lagi-lagi Tentakel Empat menatap Reed penuh minat. Saat bicara, ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Reed.

"Ketiga. Minta apa?" ucap si monster. Reed memutar mata. Naif sekali mengharapkan cumi jadi-jadian ini menjawab semua pertanyaannya.

"Keluarkan seluruh Eistaat dan manusia dari Parasys." Reed mencoba-coba.

"Sistem menolak. Ketiga. Minta apa?"

Reed mencoba lagi. "Kumpulkan seluruh Eistaat dan manusia di satu titik."

"Sistem menolak. Ketiga. Minta apa?"

"Aku minta tiga permintaan lagi."

Tentakel Empat terdiam berpikir. Tak lama ia kembali menolak. Meski sudah mengharapkan respons seperti ini, tetap saja Reed kecewa. Ternyata cara kerja si monster tidak sama dengan jin pengabul permintaan yang sering ia dengar kisahnya saat masih kecil dulu.

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang