72. Dimensi Api - Hari Ke-120 di Parasys (Bagian 2)

170 47 7
                                    

Peringatan (18+) :

Gore

Siluet burung setinggi jerapah muncul di hadapan Rosie. Tuja Foniks persis seperti yang Rosie bayangkan. Kedua matanya mirip manik-manik yang memancarkan kecerdasan di atas rata-rata. Paruhnya melengkung anggun serupa mata arit. Seluruh tubuh berikut sayapnya berwarna jingga kemerahan dan berbalut percikan api. Mahkota berbatu onyx bertahta di kepala si burung, sementara kedua cakarnya dilingkari ornamen berbentuk gelang yang juga bertatahkan onyx.

Tuja Foniks tak muncul sendirian. Menyusul kehadirannya, siluet lusinan naga tergambar di latar hitam dimensi tempat Rosie berada. Tempat itu kembali dipenuhi warna dan suara. Naga-naga Tuja Foniks tak melulu berwarna api ataupun kusam seperti dugaan Rosie. Mereka memiliki sisik yang berwarna-warni. Empat hingga lima ekor di antaranya bahkan berwarna magenta mencolok mata. Dengan tertib, para naga duduk mengelilingi Rosie dan Tuja Foniks. Gestur mereka menunjukkan sikap tunduk pada sosok si burung.

"Kau berhasil. Menghadapi. Tes pertama. Hingga ketiga." Suara merdu Tuja Foniks kembali terdengar. Kepala anggunnya menggeleng. "Tapi terakhir. Sangat kacau."

"Maafkan aku ...."

"Jangan. Minta maaf. Yang sakit. Jiwamu. Bukan jiwaku." Mata manik Tuja Foniks menyipit. "Harapanku. Besar padamu."

Masih gemetar, Rosie mencoba bangkit berdiri. "Saya tidak ingat menghadapi tes sebanyak itu. Yang saya ingat hanyalah api."

"Akalmu. Tidak bekerja. Nafsu. Juga amarah. Terlalu dominan." Tuja Foniks melipat sayapnya. "Tes pertama. Dengan Eyrez."

"Anda ada di sana," celetuk Rosie. "Reed dan saya melihat Anda."

"Bukan aku. Itu nurani. Aku hanya. Mendukung nurani."

"Saya tidak paham maksud Anda."

Tuja Foniks mengubah susunan kata-katanya agar lebih mudah dimengerti. Sekarang Rosie paham perjuangan Reed mencerna ucapan Tentakel Empat. Sesuai anggapan para Eistaat dan kedua akla, makhluk berinteligensi Parasys memang cerdas. Hanya saja mereka tak bisa bicara tanpa terpotong-potong.

Yang hendak Tuja Foniks sampaikan adalah ia tidak menampakkan diri pada Rosie dan Reed dengan sengaja. Citra Tuja Foniks muncul karena tanpa diketahui rombongan, mereka sudah berada dalam jangkauan kekuasaan Tuja Foniks. Tuja Foniks mengaku ia bisa mendeteksi nafsu manusia. Akan tetapi, jika ia mendeteksi pendirian si manusia untuk tidak terperosok ke dalam nafsu, ia akan membantu menguatkan pendirian tersebut.

"Mengapa Anda melakukannya?" Rosie tertegun. "Apa karena Anda mematuhi kode etik yang diyakini Petrey Gamnov?"

Seolah tak mendengar pertanyaan Rosie, Tuja Foniks melanjutkan penjelasan tentang daerah kekuasaannya. Ternyata ia dan naga-naganya tidak punya tempat tinggal tetap.

"Kami nomad. Bersama nagaku. Kami berpindah. Terus-menerus," ujar si burung api. "Biasanya. Kami menghindar. Para penyusup. Aku tertarik. Pada apimu."

Niat Rosie untuk kembali bertanya tentang Gamnov buyar. Naga-naga di sekelilingnya mulai mendesis dan mengembuskan asap dari lubang hidung.

"Dibanding. Yang lain. Apimu. Sangat besar. Aku tertantang. Mengujimu. Sayang kau. Gagal total."

Layaknya hakim di ruang sidang, Tuja Foniks menjabarkan tes yang sudah Rosie lalui berikut kesalahan fatalnya di akhir tes. Tes kedua melibatkan sosok Regina. Dalam tes ketiga, giliran sosok-sosok teman sekelas Rosie yang menguji gadis itu. Rosie menundukkan kepala setelah Tuja Foniks selesai merekapitulasi tes keempat.

"Kau tahu. Apa salahmu?" tanya si burung.

"Ya."

"Dendammu. Bakar semua. Termasuk. Dirimu."

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang