18. "Brivelon", Dolnare Selatan - Hari Ke-4 Insiden Area Putih

378 76 16
                                    

Di sudut Area Putih di barat laut Canaih, Welden Wylde tengah mengelap mobilnya dengan kain bekas paling bersih yang ia miliki. Ia baru saja membawa mobilnya keluar dari bengkel untuk dicek dan direparasi kalau-kalau ada kerusakan. Baru kemarin lusa si mobil ikut serta dalam drama yang dibuat oleh dua kakak-beradik dari Canaih. Gara-gara mereka, mobil Wylde yang biasanya hanya dipakai untuk mengantar anggota LSM dipaksa beraksi layaknya gokar.

Wylde menggeleng-geleng jika teringat kejadian itu. Di sisi lain, ia juga penasaran pada sosok misterius yang hendak ditemui si adik. Kakaknya berkata sosok itu berbahaya, tetapi perilaku si adik menunjukkan sebaliknya. Apakah mungkin si adik diperdaya?

Yah, entah kriminal atau bukan, Wylde mengakui Area Putih adalah tempat ideal bagi para buron. Tak ada yang peduli dengan tindakan melawan hukum mereka di negara asal. Tak ada polisi yang bisa diajak bekerja sama untuk menciduk mereka. Faktor keamanan yang rawan adalah salah satu penyebab mengapa jumlah warga Area Putih menipis setiap harinya. Mereka memilih bersusah-susah mencari suaka ke wilayah bernegara, tempat di mana hukum dan pemerintahan akan melindungi mereka.

Lalu mengapa kau masih di sini?

Pertanyaan itu dilemparkan Meissar Kenry, nenek tua cerewet tetangga Wylde. Dengan rendah hati Wylde menjawab Area Putih selalu menjadi rumahnya. Wylde bersyukur tidak mengutarakan alasan selanjutnya, karena jawaban sederhana seperti itu saja sudah membuat Meissar Kenry mendengkus tak percaya. Meissar Kenry akan menuduhnya hilang akal kalau ia mendengar jawaban lengkap Wylde.

Wylde percaya suatu saat nanti Area Putih tempatnya tinggal bisa berkembang menjadi sebuah negara.

Memang mustahil tampaknya jika melihat keadaan kotanya kini. Penguasa masih bersikap seolah-olah mereka memiliki segalanya dan orang-orang biasa seperti Wylde harus membanting tulang sehari penuh untuk menyambung hidup. Akan tetapi, kehadiran LSM dan semangat penduduk wilayah bernegara dalam membantu warga Area Putih menumbuhkan harapan bahwa Area Putih bisa menjadi tempat yang lebih baik.

Mobil Wylde sudah bersih—sebersih yang dimungkinkan lap kain bekas. Wylde hendak memasukkan mobilnya ke garasi saat teman lamanya, Preiro Hayver, muncul di ujung jalan.

"Welden!"

Hayver berjalan terpincang-pincang ke arah Wylde. Bentrokan dengan penguasa lima bulan lalu menjadi alasan mengapa pria itu tak bisa lagi berjalan normal. Berbeda dengan Wylde, Hayver berapi-api dan berjiwa pemberontak.

Wylde menghela napas. Ia sudah tahu apa yang akan disampaikan Hayver padanya.

"Preiro, kau sudah tahu menggelar protes sama sekali bukan caraku," tegas Wylde saat Hayver sudah di dekatnya.

Hayver langsung menyembur, "Kau dan sikap pasifisme payahmu itu! Sama saja dengan tidak melakukan apa-apa jika kau tanya pendapatku. Cuma yang ini, Welden, kau harus tahu. Ayo ikut aku ke lapangan sekarang juga."

"Tidak. Kita teman baik. Tolong hargai pilihanku."

"Sudah kukatakan yang ini beda! Seseorang dari luar Area datang dan membuat heboh warga dengan temuannya yang mendebarkan. Bahkan nanti kau pun harus ikut beraksi, Welden! Ayo!"

Hayver mencampakkan kain bekas di tangan Wylde lalu mencengkeram dan menarik sang teman. Wylde merasa terganggu, tetapi memutuskan mengikuti permintaan Hayver agar tak perlu mendengar banyak omelan. Semakin dekat mereka ke lapangan, semakin banyak orang-orang yang mereka temui. Mata orang-orang itu tertuju ke tengah lapangan di mana Ella Ornwall berteriak-teriak sampai urat-uratnya bertonjolan di wajahnya yang berkerut.

Wylde mengerutkan kening. Sebagai seorang pasifis, wajar ia tidak menyukai perempuan berusia lima puluhan tersebut. Ella Ornwall adalah pemimpin para pemberontak sekaligus pengobar semangat warga Area Putih agar tak ragu mengambil aksi nyata melawan penguasa. Ia dan pengikut-pengikutnya menyergap mobil-mobil penguasa di malam hari, lengkap dengan senjata dan tuntutan agar mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ketika mereka tak jua mendapatkannya, mereka memaksa masuk ke kompleks kediaman para penguasa yang mewah, merampas gudang persediaan, dan hampir berhasil masuk ke salah satu rumah terbesar jika barisan pengawal tidak membombardir mereka dengan gas air mata. Aksi itu hanyalah dua di antara aksi-aksi radikal lain yang mereka lakukan atas inisiatif Ornwall. Bagi Hayver, ia pahlawan. Bagi Wylde, ia provokator.

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang