12. Rumah Keluarga Elmien, Republik Canaih - Hari Ke-2 Insiden Area Putih

267 86 3
                                    


Malam telah larut ketika K, Rosie, dan Elmiro tiba di rumah. Ketiganya bertemu di lokasi pembagian donasi setelah K mengembalikan truk milik sang kakek di parkiran bandara. Pertengkaran antara sang kakek dan putranya menyambut K begitu tiba di parkiran. Putra sang kakek panik dan kesal karena ayahnya percaya begitu saja pada orang asing yang telah membawa kabur truk mereka. Di sisi lain, sang kakek berkeras sudah sepantasnya mereka memercayai polisi. Saat K turun dari truk dan menyerahkan kunci mobil, sang kakek menepuk punggung putranya sambil berteriak, "Apa kataku? Kau tak boleh meragukan polisi!"

Syukurlah Welden Wylde bersedia kembali ke bandara sehingga K dan Rosie bisa menumpang mobilnya menuju lokasi pembagian donasi. K benar-benar bersyukur mereka bertemu orang sebaik Wylde. Begitu sadar cerita Rosie bohong belaka, Wylde langsung mencari K dan berinisiatif menemaninya menjemput Rosie di menara. Pria itu juga sempat berniat mengembalikan emas pemberian Rosie melalui K. Namun, K menolak niatnya mentah-mentah. Ia malah berkata bantuan Wylde hari ini semestinya dihargai lebih.

Rosie nyaris tak bicara sejak ia turun dari menara. Ia memaksakan diri bersikap ramah pada warga Area Putih saat membagikan donasi. Akan tetapi, saat yakin tak ada orang yang melihatnya, Rosie menangis diam-diam

K menduga Rosie akan langsung pamit ke kamarnya begitu mereka memasuki rumah. Benar saja. Setelah Rosie melepas sepatu, ia berkata kalau ia perlu tidur.

"Nanti dulu. Kita harus bicara."

Jarang sekali K mendengar pamannya bicara sekeras itu. Elmiro memanggil kedua keponakannya untuk duduk bersama di ruang keluarga. Rosie duduk di salah satu sofa sambil menatap kakinya. K duduk di sofa yang lain, sementara Elmiro duduk di kursi berlengan yang letaknya berseberangan dengan Rosie.

"Sekarang ceritakan apa yang terjadi. Kami berhak mengetahui semuanya setelah kehebohan yang kau timbulkan hari ini. Dengan cara itukah kami mengajarimu menyelesaikan masalah? Kau pikir dengan melarikan diri semuanya akan beres?"

"Sudah kubilang aku tak bisa mengatakan apa-apa, Madoii." Rosie masih menunduk.

"Tatap mataku ketika aku bertanya padamu."

Sekarang K yakin pamannya benar-benar marah. Rosie mengangkat kepala. Matanya yang basah menatap Elmiro.

"Kenapa kau tak mau memberi tahu kami?"

"Seperti yang sudah kubilang, ini menyangkut hajat hidup orang banyak."

"Bukankah semestinya kau memberi tahu kami karena alasan itu?"

"Tidak bisa." Rosie menggeleng putus asa. "Apalagi sekarang situasinya begini. Aku tak bisa sembarangan bicara."

"Situasi macam apa yang kau maksud? Jelaskan dan berhenti membuat kami bertanya-tanya."

"Rosie, kau bisa percaya pada kami," sambung K segera. "Kami akan tutup mulut jika memang itu yang kau inginkan, tetapi jangan sembunyikan apa pun dari kami. Kami bertanggung jawab atas dirimu, karena itu kami tak akan berhenti sampai kami mendapat jawaban."

Elmiro mengangguk singkat. Rosie memandang paman dan kakaknya bergantian. Akhirnya ia menjawab, "Tidak ada Brivelon."

"Itulah yang kami katakan sejak kemarin," ujar Elmiro. "Tidak ada negara ...."

"Bukan itu maksudku. Brivelon tidak ada lagi. Dulu ia ada. Sekarang ia lenyap."

Sebelum Elmiro sempat bicara, K mohon izin menyela. Elmiro mengangguk mempersilakan.

"Terima kasih, Madoii. Nah, Rosie, siapa yang hendak kau temui di menara itu?"

"Menemui?" ulang Elmiro tak mengerti.

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang