32. Pulau Tiang - Hari Ke-115 di Parasys (Bagian 3)

242 59 6
                                    

"Kita kembali pada topik utama," ujar Razeloz setelah para Eistaat berhenti menanyai Rosie. "Jika perosotan ini satu-satunya jalan, maka kita hanya bisa keluar dari sini. Bukankah begitu?"

"Ya," ucap Rosie dan para Eistaat enggan. Diam-diam semuanya mereka berpikir nyaris mustahil menanjaki perosotan licin yang senantiasa mengirim mereka kembali ke dasar. Namun, Rosie berusaha meredam keputusasaannya.

"Saya akan terus mencoba mencari jalan keluar," ucap sang akla putri. "Akan saya pikirkan strategi yang tepat untuk memanjat perosotan ini. Anda semua tidak perlu khawatir."

"Rosie, Nak, kami tidak akan membebankan semuanya padamu," ucap Benzua lembut. "Kita menghadapi masalah ini bersama."

"Satgas mengutus saya karena mereka percaya sayalah yang paling bisa diandalkan. Saya bertanggung jawab atas Anda sekalian."

Senyum simpatik para Eistaat menyambut pernyataan ini.

"Terima kasih ...." ujar Etisea. "Ups, maaf."

Bunyi keroncongan yang keras menyela ucapan Etisea.

"Ah, kita belum makan lagi sejak delapan jam yang lalu," ucap Dumoia. "Mari kita makan. Rosie, ayo bergabung dengan kami."

"Tidak, terima kasih. Saya tidak lapar."

"Fisik manusia lebih kuat di dunia ini, eh?" komentar Ebretia. "Kami makan dulu, kalau begitu. Tak perlu sungkan bergabung jika kau ingin ikut makan."

Ebretia dan enam Eistaat lain bangkit mengelilingi kumpulan balon yang tadi sempat Rosie sentuh. Mereka menusuk balon secepat kilat dan menadahkan tangan untuk menampung isinya. Sesuatu mirip permen berbagai bentuk dan warna teronggok di tangan setiap Eistaat. Masing-masing berjumlah tiga.

"Anda kenyang hanya makan itu?" Rosie memandang permen-permen itu sangsi.

"Tentu saja tidak, tetapi daripada tidak terisi sama sekali," jawab Dumoia. "Dunia ini benar-benar merepotkan. Kami tak pernah merasa lapar sebelumnya."

"Um ...." Rosie meneruskan dengan ragu. "Jika hanya ada ruangan ini, bagaimana Anda ... um, maaf, buang air?"

"Syukurlah kami tak pernah punya kehendak untuk itu." Prengoria bergidik. "Lapar saja sudah merepotkan, apalagi kalau harus buang air segala."

Rosie terperangah. "Sudah berapa lama Anda sekalian terjebak di sini?"

"Tidak lama setelah tiba di dunia ini. Kami tiba secara bersamaan dan setelah diserang monster mirip naga, kami terperosok ke dalam lubang. Lalu di sinilah kami."

"Berapa lama tepatnya?" desak Rosie.

"Seratus lima belas hari. Aku selalu menghitung waktu yang sudah kami habiskan di sini," jawab Dumoia. "Kecuali Benzua. Dia baru tiba pekan lalu."

"Waktu di dunia ini berjalan lebih cepat daripada di dunia nyata," sambung Benzua. Ia lalu menangkap ekspresi syok Rosie. "Ada apa, Nak?"

"Tidaklah wajar untuk tidak memiliki keinginan buang air setelah mengonsumsi sesuatu," jawab Rosie cemas. "Jika ada yang masuk, maka harus ada yang keluar. Kalau selama ini Anda tidak buang air, maka makanan yang selama Anda ini makan terus mengendap dalam tubuh. Ini tidak benar."

Rosie merasa gelisah. Tidak buang air selama berhari-hari di dunia nyata saja masalah, apalagi tiga setengah bulan di dunia paralel buatan musuh. Firasat Rosie mengatakan permen-permen dari balon itu bukan sesuatu yang seharusnya dimakan.

"Maafkan kelancangan saya, tetapi mulai sekarang sebaiknya Anda berhenti memakan permen-permen itu."

"Lalu bagaimana kami harus menghilangkan rasa lapar kami?" Razeloz kembali kelihatan tidak senang.

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang