13. Markas MN-5, Republik Canaih - Hari Ke-2 Insiden Area Putih (Bagian 1)

329 80 19
                                    

Cetak-cetak biru digelar. Monitor yang menyala menampilkan angka-angka pemrograman. Beberapa Eistaat menimbang logam terbaik mana yang harus digunakan untuk membuat komponen perangkat keras. Yang lain berkutat dengan tabung-tabung eksperimen. Hanya dalam dua hari, ruangan bawah tanah tempat Canaih menerima tamu-tamunya berubah menjadi laboratorium paling mutakhir yang pernah ada.

Ruangan yang Canaih bangun kembali dalam bentuk heksagon tersebut dipenuhi monitor dengan panel dan tombol-tombol berbagai ukuran di salah dua sisinya. Dua sisi lain dipenuhi meja dengan tabung-tabung reaksi dan berbagai macam zat yang belum pernah hadir di pusat penelitian negara mana pun. Dua sisi sisanya dipenuhi logam-logam komponen perangkat keras. Di tengah-tengah ruangan, Canaih menyediakan meja dari tanah liat yang dipadatkan untuk menaruh segala macam dokumen, mulai dari cetak biru sampai catatan yang dibuat para Eistaat.

Perubahan ini dimulai kemarin, ketika para Eistaat sepakat membuat prototipe MN-5 dan cortelix yang dibuat berdasarkan dokumen yang dibawa Svethund. Kini mereka menyebut kedua penemuan Noxas itu sebagai satu-kesatuan yang disebut Parasys. Nama ini mereka dapat dari teks yang disembunyikan secara pintar oleh kode pemrograman MN-5 serta cetak biru cortelix. Kalau dilihat sekilas, bagian yang memuat nama tersebut tampak seperti kode pemrograman serta corat-coret biasa.

"Kemungkinan ditulis Atteuvis dan dilewatkan begitu saja oleh periset Parasys lainnya," komentar Svethund. "Hal ini semakin menegaskan bahwa tak ada periset Noxas lain yang ia libatkan dalam rencana ini."

Kedua penemuan ini memunculkan misi untuk melacak keberadaan para Eistaat yang terperangkap dalam dunia paralel temuan Atteuvis. Mereka harus bertindak cepat sebab mereka percaya hanya tinggal menunggu waktu sampai Atteuvis melancarkan aksi penculikan kedua. Mereka yakin Atteuvis tak akan menyerah sampai semua Eistaat terperangkap dalam dunia paralel temuannya.

"Yang masih membuatku penasaran," ujar Lusgor di tengah-tengah pekerjaannya menyusun chip perangkat keras MN-5, "adalah bagaimana Canaih menjadi satu-satunya negara yang dikelilingi Area Putih?"

Pertanyaan ini terangkat ketika para Eistaat menemukan bahwa cortelix sudah tersebar di semua negara jauh sebelum insiden penculikan terjadi. Mereka juga menemukan reaksi cortelix di satu negara berpengaruh kepada cortelix di negara tetangganya. Canaih menjadi kasus unik lantaran cortelix di tanahnya tidak berubah menjadi zat yang bisa menculiknya, padahal seluruh tetangganya berhasil diculik. Fakta ini yang memantapkan keputusan para Eistaat untuk membangun laboratorium di ruang bawah tanah Canaih.

"Aku percaya Canaih memiliki faktor x," jawab Svethund. Ia beralih dari tabung reaksinya dan tersenyum pada Canaih. "Kau tak keberatan, kan, kalau kami meneliti dirimu? Kau bisa menyelamatkan seluruh dunia."

"Silakan," jawab Canaih. "Aku sendiri ingin tahu mengapa aku bisa berhasil bertahan sementara seluruh tetanggaku tidak."

"Itu berarti Canaih harus lebih berhati-hati." Benzua mengangkat kepala dari monitornya. "Atteuvis pasti sadar ada yang tak biasa darimu."

"Tak perlu khawatir. Kita juga sedang melakukan hal yang sama," sambung Ombiza. "Kita Eistaat. Dia manusia. Jumlah kita ada banyak, sedangkan dia hanya sendirian."

Pendapat Ombiza tak sepenuhnya salah. Karena Eistaat punya stamina dan kepintaran jauh melebihi manusia—ditambah mereka mengerjakan proyek ini bersama—proyek yang mereka kerjakan kini mengalami kemajuan yang amat pesat. Canaih berani menjamin prototipe Parasys bisa selesai minggu ini juga. Jika proyek mereka bisa selesai secepat itu, ia yakin faktor x yang dimilikinya pasti bisa cepat ditemukan.

Namun, Canaih keliru. Kenyataannya, faktor x ditemukan jauh lebih cepat dari perkiraannya.

Tak ada lagi Eistaat yang angkat bicara kecuali sebagian kecil yang pamit pulang ke negara jagaan masing-masing. Canaih mengizinkan mereka keluar dan kembali membaca cetak-cetak biru untuk memahami kerja reaktor pembuat cortelix. Ini bukan pertama kalinya ia membaca cetak biru tersebut. Akan tetapi, sensasi terpukau sekaligus takut menghinggapi Canaih setiap ia menafsirkan kegeniusan yang terkandung dalam lembaran-lembarannya.

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang