14. Markas MN-5, Republik Canaih - Hari Ke-2 Insiden Area Putih (Bagian 2)

315 79 3
                                    

Semua mata tertuju pada Canaih. Sebagian tampak menuduh. Sebagian tampak berharap. Sebagian lagi terlalu sulit ditebak. Ulisia sendiri terkejut mendengar kalimat Canaih:

Kami sama-sama melanggar Peraturan.

"Apa maksudnya ini?" tanya Lachland mengancam. "Apa kau dan Brivelon bermaksud melawan kami?"

"Bukan kalian yang ingin kami lawan, melainkan Peraturan," balas Canaih. "Peraturan melanggar fitrah kita sebagai Eistaat. Seperti yang Brivelon dan aku yakini, hidup terpisah dari warga kita adalah sebuah kesalahan ...."

" ... dan kau pikir menempatkan kita semua dalam bahaya bukanlah kesalahan?" Owenua naik pitam. "Atteuvis tahu tentang kita karena ada yang melanggar Peraturan! Lalu kau!"

Telunjuk Owenua terarah pada Ulisia. "Kenapa diam saja? Apa yang membuatmu bungkam atas Pelanggaran yang mereka lakukan?"

Ulisia menghela napas. "Brivelon melakukan apa yang semestinya kulakukan."

"Jadi kau sendiri berniat melanggar Peraturan? Astaga ... ada apa dengan kalian semua?"

"Aku terlalu menuruti Peraturan dan justru di situlah kesalahanku." Volume suara Ulisia naik mengalahkan Owenua. "Brivelon melakukan hal yang seharusnya, begitu pula Canaih kalau ia ikut melanggar Peraturan. Lagi pula bukankah kita sedang membahas faktor x agar bertahan dari penculikan Atteuvis? Nah, inilah jawabannya!"

Ruangan hening. Kemarahan Owenua mereda. Doresis dari Ardum Tengah angkat bicara.

"Bagaimana kita bisa yakin melanggar Peraturan-lah kuncinya? Brivelon melanggar dan ia ikut lenyap."

Canaih kembali bersuara. "Memang, tapi asal kalian tahu, manusia yang mengetahui identitas Brivelon masih mengingat sosoknya dengan sangat baik."

"Apa?" Ulisia terenyak. Canaih mengangguk ke arahnya.

"Putrimu masih menyimpan memori tentang Brivelon bahkan setelah negara jagaannya lenyap. Maaf aku terlambat mengecek keadaannya. Kalau aku memenuhi permintaanmu kemarin, mungkin kita bisa menemukan faktor x ini lebih cepat."

"Siapa putri Ulisia yang kalian bicarakan ini?" sela Lemua dari Benua Kecil Fraimmig. "Bagaimana ceritanya hingga ia bisa tahu identitas Brivelon?"

"Ia gadis berdarah Brivelon-Ulisia. Secara teknis ia adalah putriku sekaligus putri Brivelon," jawab Ulisia. "Dia lahir dan hidup di tanahku sampai dua setengah tahun lalu. Setelah itu, ia pindah ke Canaih dan tinggal bersama keluarga sepersusuannya yang merupakan putra-putra Canaih."

"Lalu bagaimana ia bisa bertemu Brivelon?"

"Ia bertemu dengan sang Eistaat saat berlibur ke wilayahnya dua setengah tahun lalu, beberapa hari sebelum pindah ke Canaih."

"Sesuatu terjadi dua setengah tahun lalu. Apa tebakanku benar?" Gesdiba menatap Ulisia yang tak segera menjawab. Mata Ulisia mencari Canaih yang balas mengangguk.

"Putriku mengalami hal yang membuatnya terguncang," kata Ulisia kemudian. "Brivelon menemuinya untuk menghiburnya. Tak lama putriku pindah ke Canaih demi menata hidupnya kembali. Itulah mengapa kami tutup mulut atas Pelanggaran yang dilakukan Brivelon. Pelanggaran itu menyelamatkan putriku."

"Menyelamatkan?" Lusgor mengulang skeptis.

"Ya. Menyelamatkan," tegas Ulisia. "Pertemuan putriku dengan Brivelon membangkitkan semangatnya untuk kembali menjalani hidup. Sebelum itu, benaknya selalu dipenuhi pikiran-pikiran kelam. Gara-gara Peraturan ...."

Sengaja Ulisia mengeraskan suaranya saat mengucapkan kata terakhir.

"Aku tidak melakukan usaha apa pun untuk meraihnya. Aku hanya berharap ia pulih dengan sendirinya. Harapanku setengah terkabul. Ia mampu bangkit tanpa bantuanku, tetapi dengan konsekuensi pengorbanan yang dilakukan salah satu rekanku demi dirinya."

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang