87. "Canaih", Dolnare Selatan - Hari Ke-19 Insiden Area Putih (Bagian 6)

90 27 11
                                    

Malam itu, Letnan Fremlin memerintahkan warga sipil untuk tetap berdiam di Kelas Penyesuaian. Keadaan memang sudah dinyatakan aman, tetapi Angkatan Militer masih ingin memastikan apakah situasinya sudah benar-benar kondusif bagi warga sipil. Letnan Fremlin berkata tak jarang jebakan mematikan tertinggal di lokasi bekas peperangan.

Sambil terus memastikan situasi dan kondisi di Kelas Penyesuaian, Letnan Fremlin memberi Lofelin waktu menghubungi keluarga dan teman-temannya. Tangis Lofelin pecah kala ia terhubung dengan Greydo Neveliz. Ayah si kembar bercerita ia diselamatkan Angkatan Militer setelah salah satu anggota Satgas berkewarganegaraan Svethund menyelinap dan menghubungi tim penyelamat.

"Berkewarganegaraan Svethund?" ulang Lofelin. Kemudian ia teringat masih memakai earphone dan lencananya. Letnan Fremlin sempat berbisik ia khawatir Katarin Konswalk bisa menyadap pembicaraan Lofelin dari kedua perangkat tersebut.

"Ya, walau sebenarnya si penyandera nyaris tak melakukan apa pun setelah mengancam akan membunuh kami." Greydo Neveliz tertawa. "Kami hanya bersyukur Tuhan masih memberi kami umur."

Lofelin langsung tahu ayahnya tak ingin membahas si warga Svethund lebih jauh. Ia tahu ayahnya tak pernah tertawa atau berkomentar santai saat bertugas. Sikapnya saat mengemban tugas jawab sebelas-dua belas dengan sang putra, Heii.

Selesai bicara dengan ayah, ibu, dan rekan sesama akla-nya, Lofelin menerima kabar yang membuatnya waspada dari Tim Etta Gestani. Gestani menyampaikan orang tua Reed dan Rosie ditemukan di markas MN-5 setelah keduanya menyelinap ke dalam truk Satgas yang berangkat dari tempat mereka diungsikan. Saat Satgas menemukan mereka, kedua orang tua tersebut berkeliaran dan memasuki ruangan demi ruangan untuk menemukan Rosie dan Reed. Diame Ruphire-Zoule dan Derezo Eyrez lalu ditahan dan diamankan di tempat yang jauh dari markas MN-5.

"Mereka senekat itu?" tanya Lofelin miris.

"Ide pelarian dan pencarian kedua akla sebenarnya hanya diinisiasi Prani Zoule. Sejak diungsikan sampai sekarang, ia masih histeris menanyakan keadaan Rosie," balas Gestani muram. "Mazo Eyrez terlibat karena ia ingin memastikan Prani Zoule aman, selain ingin memastikan sendiri kondisi putranya, tentu saja."

Lofelin menarik napas dalam-dalam. Tidak heran kedua orang tua itu bertindak begitu nekat. Bagi masing-masing, Rosie dan Reed adalah anggota keluarga mereka satu-satunya. Jika sesuatu terjadi pada anak tunggal mereka ... Lofelin memejamkan mata dan mengusir pikiran buruk itu jauh-jauh.

"Bagaimana dengan Madio Elmiro?"

Ada hening sedikit. "Tentang itu ... Leyzo Neveliz lebih berhak memberitahumu. Mazo Elmiro memisahkan diri dari Prani Zoule dan Mazo Eyrez untuk ikut bertempur di kota. Kebetulan ia bertemu dengan saudara kembarmu."

"Lalu?"

Hening lagi. "Maaf, Leyze. Markas menghubungiku. Sebelum aku benar-benar memutus sambungan, kuberi kau kabar baik: Status para Eistaat yang masih bertahan di Parasys berhasil naik. Para akla maupun anggota Satgas yang dikirim ke luar negeri berhasil menuntaskan misi mereka. Aku positif kita akan memenangkan ini. Tetap stand by untuk pemberitahuan selanjutnya. Markas MN-5 akan menyampaikan pengumuman penting."

Gestani pamit dan sambungan pun terputus. Lofelin tercenung. Kepalanya terlalu penuh oleh informasi yang bertubi-tubi. Ia bingung harus melakukan apa sampai teringat Heii. Di antara semua orang yang sudah ia hubungi, lagi-lagi Heii menjadi orang yang belum ia dengar kabarnya. Lofelin menekan kode Heii di earphone-nya dengan jantung berdegup. Ia punya firasat buruk Heii tak akan memberinya kabar baik.

"Heii? Kau oke?" tanya Lofelin begitu Heii menerima panggilannya.

"Ya. Kau tahu? Kita akan memenangkan ini." Suara isakan menyela jawaban Heii. "Staf Madie Gestani menghubungiku tadi."

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang