62. Markas MN-5 - Hari Ke-18 Insiden Area Putih (Bagian 1)

344 55 25
                                    

Rombongan berpindah dari Ruang Kapsul menuju pintu satu lagi yang berada di koridor. Tidak ada pengamanan khusus di pintu ini. Salah satu pengawal Elbarien maju membuka pintu dan mempersilakan rombongan masuk lebih dulu. Tidak seperti Ruang Kapsul, ruangan ini tidak terlalu istimewa. Interiornya diisi banyak kursi, beberapa meja panjang, serta papan elektronik di salah satu sisi dinding. Persis ruang rapat yang biasa ditemukan di mana pun.

Elbarien duduk di antara para akla. Aneh melihat seorang menteri duduk di antara masyarakat awam, tetapi ruangan itu tidak menyediakan tempat khusus bagi pejabat negara. Satu-satunya yang tampak mencolok adalah Ulisia. Pertama, karena dia Eistaat. Kedua, karena dia berdiri di dekat papan elektronik sementara semua manusia duduk menghadapnya.

"Selamat malam, Menteri Pertahanan Leyzo Ogur Elbarien dan staf, personel Angkatan Militer Canaih, personel Canaien Artianzi Innehlaz, dan anak-anak kami tercinta, anggota akla anmina yang kami banggakan." Sapaan Ulisia terdengar resmi dan muram. "Jika kesempatannya lain, aku akan mengucapkan 'senang bertemu Anda sekalian', tetapi tidak, saat ini aku sangat tidak senang melihat kalian di pertemuan ini."

Para pihak berwenang menunduk mendengar ini. Ogur Elbarien hanya mengangguk dalam diam.

"Pertemuan ini terpaksa kubuka dengan kabar duka. Sampai hari ini, status lima Eistaat dari lima puluh Eistaat yang terperangkap di Parasys telah mencapai nol. Secara teknis mereka dinyatakan meninggal dunia."

Wajah-wajah terkejut menyambut pernyataan ini. Heii menjadi akla pertama yang bersuara.

"Meninggal? Lima Eistaat, meninggal? Anda bercanda, bukan?"

"Sayangnya tidak." Suara Ulisia berubah parau. "Mari kita lihat gambar ini."

Ulisia mengetuk papan elektronik. Lima foto profil terpampang di sana—tiga berwujud laki-laki dan sisanya berwujud perempuan. Dari pancaran mata mereka, jelas mereka bukan manusia. Namun, K tidak mengenali negara mana saja yang dijaga kelima Eistaat tersebut. Tidak ada penglihatan berupa pemandangan atau segala yang khas dari negaranya.

"Kalian melihat sesuatu? Atau apakah kalian ingat negara Nobore, Arvehind, Karonua, Juzeria, dan Armarin?"

Perlahan para akla menggeleng.

"Itu juga yang dialami Satgas dan semua pihak berwenang yang melihat citra kelima Eistaat ini. Tak ada impresi apa pun yang mereka dapat akan negara jagaan mereka," lanjut Ulisia bergetar. "Maka bisa kami simpulkan, baik kelima Eistaat maupun negara jagaan mereka tak ada lagi di dunia ini."

"Bagaimana bisa, Rou? Bukankah semua pihak berwenang dari seluruh negara yang masih bertahan menyimpan citra para Eistaat yang hilang?" Steffani angkat bicara, suaranya ikut bergetar. "Bukankah citra Eistaat akan selalu melekat dalam ingatan manusia yang pernah melihatnya, dengan catatan Eistaat pula yang memperlihatkan citra itu? Bukankah kelekatan itu yang membuat mereka mampu bertahan?"

"Paling tidak itulah dugaan awal kami. Sayang, Atteuvis dan Parasys bertindak di luar dugaan. Jika tantangan yang harus dihadapi Eistaat di sana cukup parah dan Eistaat yang dimaksud tidak punya cukup perlindungan ...." Ulisia tak menyelesaikan kalimatnya.

"Bukankah sudah ada manusia yang pernah melihat citra kelima Eistaat, Rou?" tanya Ferdo.

"Benar, tetapi proteksi mereka tidak sekuat Brivelon apalagi Canaih. Kedua Eistaat yang disebut belakangan sudah bertemu manusia jauh sebelum insiden ini terjadi. Kelima Eistaat yang fotonya terpampang di sini tidak memiliki kesempatan tersebut."

"Dengan kata lain, proteksi yang dimiliki Eistaat mampu membuat mereka bertahan sampai taraf tertentu, tetapi tidak membuat mereka kebal." K menyimpulkan. Ulisia mengangguk pelan. "Apa Anda dan semua tamu terhormat yang ada di sini hendak mengirim kami untuk menyusul Reed dan Rosie, mengingat hanya manusia yang bisa kebal di Parasys?"

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang