67. Dasar Sungai - Hari Ke-120 di Parasys

189 45 10
                                    

Perjalanan Pulau Kerikil menuju Pulau Sang Pengendali Api memakan waktu dua belas jam, empat kali lebih lama dibandingkan durasi perjalanan Karandium ke arah sebaliknya. Kendati demikian, Rosie bersyukur. Tak ada tantangan yang membahayakan jiwa selama perjalanan. Mayoritas hambatan datang dari para Eistaat sendiri. Energi mereka terkuras lebih banyak gara-gara harus bergerak melawan arus. Dampaknya, Tim Rosie-Reed pun mengambil waktu istirahat cukup sering sehingga durasi perjalanan pun memanjang.

"Seperti apa ketampakan Parasys secara keseluruhan, Filchen?" tanya Reed kala para Eistaat kecuali Karandium tertidur. Mungkin karena kekuatannya, Karandium tak memerlukan waktu istirahat sebanyak rekan-rekannya. Ia masih asyik mengunyah jamur yang dipanen kedua akla di Pulau Kerikil. "Apakah benar pulau-pulau yang tersebar sejatinya membentuk satu kepingan utuh?"

Karandium yang baru menelan makanannya mengangguk. "Persebaran pulau Parasys persis persebaran daratan di bumi kita. Pulau-pulau di sini berasal dari benua super besar yang pecah dan bergerak saling menjauh. Tidak jelas apakah rancangan orisinalnya begitu atau baru seperti itu setelah Atteuvis membajak Parasys."

"Membajak? Bukankah Parasys ciptaan Atteuvis?" tanya Rosie bingung. Karandium langsung waspada. Diacungkannya tongkat lurus-lurus ke wajah Rosie.

"Pemrakarsa Parasys adalah Petrey Gamnov. Atteuvis memang menjadi penanggung jawab pengembangan MN-5. Akan tetapi, yang ia lakukan sekarang sangat melenceng dari tujuan awal MN-5 diciptakan. Bagiku ia tak lebih dari pencuri busuk. Jangan bicara seperti itu lagi, Nak. Bisa-bisa kau membuat Parasys tak berkenan."

Rosie khawatir ketidakwarasan Karandium kambuh lagi. Reed menyuarakan keheranan Rosie. "Apa maksud Anda Parasys tak berkenan?"

"Aku curiga Parasys memiliki kesadaran sendiri. Kecerdasan artifisial, lebih tepatnya. Ingat temanmu, Si Tentakel Empat? Kalau Parasys sepenuhnya patuh pada Atteuvis, semestinya ia tak pernah berinisiatif menyelamatkan tim kalian."

"Mungkin itu perbuatan Satgas?" usul Rosie yang langsung disanggah Reed. "Tidak. Tebakanku dia sangat setia pada Petrey Gamnov. Setiap jawabannya singkat dan pendek. Begitu aku menyinggung Gamnov, baru dia berubah lebih cerewet."

"Vandalen pasti punya peran." Karandium melelehkan secuil es di pinggang, kemudian memakai air lelehannya untuk mencuci tangan sebelum membekukannya kembali. "Dia pasti masih menyimpan mimpi dan harapan Gamnov selama ilmuwan itu masih hidup."

"Lalu menurut Anda, siapa yang menyimpan mimpi dan harapan Atteuvis?" tanya Rosie.

"Bukan aku," jawab Karandium sederhana. "Bukan pula Karonua. Aku yakin itu. Sebenarnya aku ingin mengatakan Atteuvis bukan warga negara mana pun. Namun, karena seluruh negara di dunia menganut asas kewarganegaraan yang sama, pernyataan itu menjadi tidak logis."

Rosie mengangguk paham. Seluruh negara di dunia menganut asas jus sanguinis, yang berarti kewarganegaraan diperoleh dari darah atau keturunan. Efek dari asas ini adalah tak jarang orang-orang memiliki kewarganegaraan ganda atau bahkan lebih. Tidak memiliki kewarganegaraan di dunia yang seluruh negaranya menerapkan asas jus sanguinis jelas sebuah kemustahilan.

"Kalau begitu, mengapa Anda ingin mengatakan Atteuvis bukan warga negara mana pun?" Kening Reed berkerut.

"Karena aku tak ingin membuat diriku tidak nyaman," tawa Karandium hampa. "Sampai saat ini, tak ada satu pun Eistaat yang mengakui Atteuvis sebagai warga negara mereka. Aku tahu tak pantas mengatakan ini setelah perbuatan kejiku pada Arvehind. Akan tetapi, aku tak ingin berpikir ada rekanku yang berkhianat."

Benzua menggeliat dan percakapan pun terhenti. Setelah semua Eistaat terbangun, Tim Reed-Rosie kembali menempuh perjalanan. Dinding air terbentang menghalangi jalan mereka begitu barisan kantung air tak lagi terlihat. Mereka sudah tiba di tepi perairan Pulau Sang Pengendali Api.

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang