89. Pulau Pastel - Hari Ke-124 di Parasys (Bagian 2)

91 26 17
                                    

Seluruh rombongan memutuskan menjelajahi pulau demi mencari Hang Wa. Seperti dugaan Reed, tak ada siapa-siapa di pulau itu selain timnya. Baik Hang Wa maupun kedelapan Eistaat sudah berangkat dari Pulau Pastel. Yang masih menjadi misteri adalah bagaimana situasi dan kondisi Hang Wa serta kedelapan Eistaat sebelum mereka pergi dari pulau. Apakah Hang Wa dan kedelapan Eistaat bekerja sama? Apakah sempat ada pertikaian? Apakah mereka pergi sendiri-sendiri atau pergi bersama?

"Kalau mereka pergi bersama, maka Hang Wa sudah bersama Bourland dan 28 Eistaat lainnya," terang Karandium. "Ingat kantung air yang kukirimkan dari Pulau Kerikil, anak-anak? Kantung air yang mendeteksi sentuhan Brivelon, Canaih, juga Tengoris?"

Reed dan Rosie mengangguk cepat. Mereka tak akan lupa kalau Eistaat mereka sudah ditemukan bersama serombongan Eistaat lainnya.

"Diduga mereka berada di pulau dengan pepohonan gabus, bukan?" sambut Rosie. "Pulau yang menjadi tujuan akhir kita. Begitu kita sampai di sana, lengkap sudah semua Eistaat berkumpul di satu titik."

Senyum Rosie mengembang dan tangannya gemetar. Melihat gestur Rosie, Reed memantapkan pijakan supaya tak ikut gemetar. Misi mereka berakhir sebentar lagi.

"Bagaimana dengan petunjuk Tentakel Empat tentang 'lubang besar' dan 'paling atas'?" tanya Ebretia. "Kita belum tahu apa-apa soal itu."

"Kita pikirkan setelah bertemu semua rekan-rekan kita," jawab Etisea menenangkan. "Begitu juga soal cara menemukan Hang Wa kalau-kalau makhluk itu tidak berada bersama mereka."

"Sama halnya dengan jam ini." Hafeling menunjukkan jam saku peraknya. "Aku yakin kita akan menemukan fungsi utama jam ini setelah bertemu Gruvanu dan jam sakunya."

Seluruh tim sepakat untuk segera berangkat dan berkumpul dengan Canaih dan kawan-kawan. Sebelum berangkat, Felosia mengingatkan seluruh rombongan agar mempersiapkan kondisi fisik berikut senjata masing-masing. Eistaat berambut klimis itu berkata semua orang harus bersiap-siap akan tantangan yang mungkin muncul untuk menghalangi para Eistaat keluar dari Parasys. Saat mengatakan ini, secara khusus mata Felosia terarah pada Reed dan Rosie. Kedua akla hanya mengangguk dan berkata "siap". Mereka memang sudah menyiapkan mental untuk maju ke garda terdepan setiap tantangan menghadang.

Tibalah waktu untuk meninggalkan Pulau Pastel. Sambil menggenggam jam saku perak, Reed dan Rosie maju ke tepi pulau. Para Eistaat berbaris di belakang mereka, siap maju setelah kedua akla mengaktifkan uap. Reed berdoa dalam hati seraya menyentuh bagian kaca jam yang terletak tepat di atas permata biru. Pada saat yang sama, Rosie berkomat-kamit melantunkan doa. Ibu jarinya menekan bagian kaca jam di atas permata jingga.

Tidak ada yang terjadi.

"Kalian sudah menyentuh jamnya?" tanya Erloii dari belakang barisan.

"Sudah, Lumjhen, tapi uapnya tidak muncul," jawab Reed cemas. Bersama Rosie, ia menekan permukaan jam berkali-kali. Keduanya berpandangan resah.

"Bukan gara-gara Tihwa bicara sembarangan, bukan?" tukas Dumoia. "Pasti bukan karena Rosie dan Reed. Sejak tiba di pulau ini, mereka terus membantu kita menyelidiki tempat ini."

"Setuju. Mereka anak-anak baik yang terus mengutamakan keselamatan kita," timpal Ausilium. Sekilas ia terkesan ikut menyalahkan Tihwa, tetapi Reed menangkap mata Ausilium yang melirik tajam Felosia. Sejak Felosia mengutus kedua akla bereksperimen dengan uap di Pulau Tanah Abu, sikap Ausilium terhadap sang Eistaat berambut klimis itu menjadi agak sinis. Ausilium yang sudah sangat bersimpati pada kedua akla tak terima mereka dicurigai atau diperlakukan seperti kelinci percobaan. Diam-diam Reed berterima kasih pada sikap keibuan Ausilium, walau ia tak menampik ia dan Rosie memang sudah mengundang masalah.

"Mungkin ini pertanda ada metode perjalanan lain yang lebih efektif dan efisien," sela Benzua. "Kita sudah menemukan petunjuk krusial di pulau ini, bukan? Petunjuk dari air dan api."

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang