2. Markas Akla Anmina, Republik Canaih - Hari Ke-1 Insiden Area Putih

402 83 18
                                    

Rosie menggosok-gosok tangannya gelisah. Ia tak yakin bisa menyimak rapat kali ini dengan baik. Mata kelabunya melirik Heii dan Lofelin yang sedang memasang alat presentasi. Tak jauh darinya, Ferdo dan Steffani berjalan ke sana kemari menyerahkan handout pada setiap peserta rapat.

Hari ini, Grup H Angkatan 985 Divisi Putra dan Putri akan mendiskusikan pembagian donasi ke Area Putih di sekitar Canaih. Dalam proyek skala besar, grup putra-putri dari huruf dan angkatan yang sama kerap didaulat untuk bekerja sama. Kali ini, misi mereka adalah membantu warga Area Putih yang selalu menjadi agenda utama organisasi akla anmina. Misi ini diutamakan karena Kementerian Urusan Internasional Republik Canaih membatasi jumlah pengungsi yang boleh masuk setiap bulannya.

Omong-omong soal Area Putih ... Rosie bergerak tak nyaman. Entah mengapa ia selalu berpikir area tersebut semestinya tak pernah ada. Khusus hari ini, keyakinan itu mengantarnya pada rasa cemas yang tak biasa. Bukannya Rosie menolak fakta yang ada. Rosie tahu Area Putih sudah ada sejak peradaban dimulai. Ia juga tahu para ahli belum menemukan jawaban mengapa tak pernah ada negara berhasil didirikan di sana.

Tatapan Rosie bergerak dengan sendirinya ke arah Reed. Sejak mereka tak lagi duduk di Kelas Penyesuaian, menemukan Reed dalam penglihatannya membuat Rosie merasa senang dan tenang. Rosie tahu itu karena ia memendam rasa untuk Reed. Lalu Rosie teringat Upacara Pelepasan Axa yang digelar dua minggu lagi. Ia bertanya-tanya, apakah ia masih punya alasan untuk bertemu Reed setelah Grup H/985 dinyatakan berakhir secara resmi?

Tiba-tiba sosok Reed menghilang dari penglihatan Rosie. Sebagai gantinya, wajah super besar Yuma muncul sambil berteriak, "BA!"

Kontan Rosie menjerit. Yuma dan Medine terbahak sedangkan yang lain terperanjat. Semua tawa lantas padam gara-gara Steffani memarahi Yuma dan Heii menghardik para axa agar tak berisik di ruang rapat.

"Maaf, maaf." Yuma menempelkan kedua telapak tangannya. "Habis dari tadi Rosie tidak ikut mengobrol. Dia malah menatapi Reed alih-alih menjawab pertanyaanku."

Rosie yakin seluruh darahnya naik ke wajah, apalagi setelah Reed ikut menoleh melihatnya.

"Aku cuma memikirkan betapa menyenangkannya mengalahkan Reed di Pertandingan Kehormatan nanti!" seru Rosie. "Kau enggak bakalan menang dariku, Eyrez!"

"Percaya diri sekali kau, Zoule!" Reed balas menyeru. "Kayak kau bakal masuk daftar unggulan saja!"

"Sudah, sudah." Lofelin melerai. "Rosie, kau baik-baik saja?"

"Er ... ya?"

"Sejak masuk ruang rapat kau terus melamun. Ada masalah apa?"

Rosie tertegun. Bukankah sejak tadi Lofelin sibuk dengan alat presentasi? Walau semestinya ia tak heran lagi karena Lofelin memang dikenal peka dan perhatian. Mata bulat sang tuosie putri terus menyoroti Rosie. Ini membuat Rosie semakin gelisah. Haruskah ia menyampaikan keresahannya pada semua orang di sini?

"Tidak ada apa-apa, Feli-ha. Mari kita mulai rapatnya."

Rosie memaksakan diri tersenyum dan meraih handout yang tadi dibagikan Steffani. Percuma mengungkapkan sesuatu yang jelas-jelas tak masuk akal. Area Putih memang sudah semestinya tidak ada. Titik.

Alih-alih Lofelin, Heii-lah yang tidak puas dengan jawaban Rosie.

"Apa kau akhirnya tahu faktor apa yang menggagalkan kelulusanmu dari sekolah menengah?"

Seisi ruangan terdiam menunggu jawaban Rosie. Demi alasan kesopanan, Rosie menahan diri untuk tidak mendengkus. Dulu Heii mendesak Rosie agar membawa kasus ketidaklulusannya yang tak wajar ke ranah hukum. Setelah Rosie menuruti sarannya, sang tuosie putra terus-menerus menanyakan perkembangan kasus tersebut sampai Rosie bosan dibuatnya.

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang