6. Pulau PVC - Hari Ke-14 di Parasys

358 88 9
                                    

Ada tangisan. Ada jeritan dan teriakan. Di antara suara-suara itu, terselip pula rintihan dan tawa puas tak berperikemanusiaan. Dada Brivelon terbakar. Ia yakin sensasi itu adalah reaksi kumulatif dari semua kesengsaraan warganya.

Tunggu! Brivelon berseru sekeras mungkin. Aku kembali sekarang! Aku kembali pada kalian! Tak akan pernah lagi kutinggalkan kalian walau hanya sedetik!

Brivelon berlari sekencang mungkin untuk bertemu warganya. Namun, ia tak kunjung melihat mereka. Yang mampu ia tangkap hanya suara-suara tadi. Kali ini, ditambah pula dengan isakan dan teriakan frustrasi Rosie Zoule.

! Kau pembohong! Lihat apa yang kau lakukan pada orang-orang tak mampu itu! Kau membiarkan mereka mengemis! Kau membiarkan mereka ditindas!

Tidak. Tidak. Brivelon membalas putus asa. Aku tak akan membiarkan kalian menderita. Aku akan berada di sisi kalian tak lama lagi. Aku akan kembali. Aku pasti kembali!

Brivelon berlari lagi sebelum permukaan tanah yang ia pijak berguncang hebat. Ia berdoa agar guncangan cepat berhenti. Akan tetapi, guncangan malah semakin menjadi. Suara wanita yang jauh lebih dekat daripada suara warganya memanggil-manggil dirinya.

"Brivelon, Brivelon!" seru suara itu. "Brivelon, sadarlah!"

Sesuatu menarik Brivelon dan tahu-tahu ia sudah berada di dalam tenda polyester di markas para Eistaat. Ternyata Cappeia yang memanggil dan mengguncang-guncang tubuhnya. Menyertai Cappeia, ada pula Bourland; Laffen salah satu tetangga Brivelon; dan Karonua yang sama dengan Bourland, juga berasal dari Dolnare Timur.

"Di mana wargaku?" tanya Brivelon serak. Ia berusaha bangun dari posisi berbaring, tetapi Cappeia mendorongnya kembali ke posisi semula.

"Istirahat dulu. Kau belum benar-benar pulih. Aku baru saja mengganti daun di lehermu."

Spontan Brivelon menyentuh lehernya. Alih-alih kulit, ujung jemarinya menangkap tekstur kasar daun dan ranting yang dipotong pendek-pendek. Namun, semua itu tak mengalihkan perhatian Brivelon.

"Apa yang terjadi? Di mana wargaku?" tuntutnya lagi. "Mereka terus memanggilku!"

"Kau mimpi, Brive," jawab Laffen. "Kau mengigau keras dengan tangan dan kaki menyentak ke sana kemari. Kami yang berjaga di luar sampai berhamburan kemari untuk melihat apa yang terjadi."

"Apa kau bisa melihat wargamu?" tanya Karonua cemas sekaligus penasaran. "Kau terus-terusan mengigau tentang mereka, juga tentang kembali."

"Aku tak bisa melihat mereka. Hanya ada suara-suara." Brivelon menatap Bourland lurus-lurus. "Firasatku benar. Manusia yang sudah mengenalku masih mengingatku. Ia terus-terusan menangis memanggilku. Aku berusaha menemuinya. Hanya saja ...."

Setitik air lolos dari mata safir Brivelon. Buru-buru ia menghapusnya dan beralih pada Karonua. Mengabaikan peringatan Cappeia dan yang lain, Brivelon bangkit dan mencengkeram bahu Karonua.

"Kau tahu sesuatu tentang Atteuvis, bukan?" kejarnya. "Setelah insiden di Pulau Noxas tujuh puluh tahun lalu, Badan Intelijen Svethund mengatakan Atteuvis berasal dari Kartamund. Kau salah satu pecahan Kartamund. Kau pasti tahu sesuatu tentang manusia itu."

"Ti-tidak." jawab Karonua gelagapan. "Sungguh, aku tidak tahu apa-apa tentang Atteuvis. Aku yakin ia terlahir dari wilayah Kartamund yang kini menjadi jagaan Karandium."

"Kami sudah menginterogasi semua Eistaat tentang ini di antara pepohonan sulur ketika kau masih tak sadarkan diri," timpal Bourland. "Hasilnya tak ada gabus yang berusaha mengurung kami. Kemungkinan Atteuvis warga Karandium, atau bisa jadi Atteuvis hanya mengaku-aku Kartamund sebagai tanah airnya."

ParasysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang