01.17

475 50 7
                                    


"Risa, buka pintunya. Kakak mau bicara!" Dimas mengetuk pintu kamar Risa karena Risa mengunci kamarnya. Dimas masih saja menggedor-gedor pintu kamar Risa.

     Risa sendiri merasa jengkel kenapa Dimas harus kembali, apalagi saat di dalam mobil Dimas menyinggung tentang Adam, mantan Risa. Kenapa Dimas selalu ikut campur urusannya bahkan urusan percintaannya. Risa muak dengan Dimas karena terlalu protektiv dengan kehidupanya selama ini.

Bruakk

     Suara pintu kamar terbuka bahkan membuat Risa kaget, Dimas mendobrak kamar Risa dengan paksa, Dimas langsung masuk tanpa izin. Memang tenaga Dimas tidak diragukan lagi.

"Kakak ngapain dobrak pintu kamar Risa!" Mata Risa memerah menahan tangis, sejak dulu Risa takut dengan Dimas, selain tegas Dimas tidak pernah main-main dengan ucapannya. Awan yang notabene baru selesai memarkirkan mobil langsung naik ke kamar Risa mendengar suara dobrakan pintu yang sangat keras.

"Sejak kapan kamu berani sama Kakak? Apa di sekolah barumu tidak diajarkan sopan santun?" Dimas mulai emosi melihat Risa yang keras kepala, andai saja Risa mau membuka pintu Dimas tidak akan sampai mendobrak pintu Risa dengan paksa.

"Pergi!" Air mata yang Risa tahan sejak tadi akhirnya jatuh karena melihat Dimas, walau tak ada suara tangisan air mata yang keluar membasahi pipi Risa mulai mengalir.

"Kak Dimas, cukup! Jangan paksa Risa." Awan langsung menengahi dan berdiri di depan Risa, Awan tau jika Dimas sejak dulu di didik keras oleh ayahnya karena akan mewarisi perusahaan.

"Awan, kamu selalu saja membela Risa, lihat sekarang dia jadi pindah sekolah, peringkatnya juga turun. Apa kata ayah nanti saat kembali." Dimas memarahi Awan di depan Risa karena tidak becus menjaga Risa.

"Jangan samakan Risa dengan Kakak, Risa bukan kakak yang harus sempurna!" Awan ikut emosi menatap Dimas karena kesal. Dari dulu Awan yang selalu menjadi tameng untuk Risa jika Dimas keras pada Risa.

"Kalau aja Adam nggak cerita ke Kakak, Kakak nggak akan pulang dan memarahimu seperti ini." Lagi-lagi Dimas membahas tentang Adam yang membuat Risa semakin kesal dan mengepalkan tangannya.

"Oh jadi Kakak pulang karena permintaan Adam? Siapa adik Kak Dimas disini? Aku atau Adam hah?" Risa menaikkan suaranya.

"Risa!" Dimas membentak Risa, Risa tidak kaget karena sudah terbiasa dengan bentakan Dimas.

"Memangnya Kakak tau apa tentang Adam? Apa yang Adam bilang sampai Kakak kek gini ke Risa?" Suara dingin Risa membuat Dimas menatap Risa yang berada di belakang Awan.

"Adam cerita, kamu meminta putus dan pindah, bahkan dia udah meminta maaf tapi kamu tetap nggak mau maafin dia."

"Apa Adam juga bilang ke Kakak kalau dia tidur sama Juli?" Ucapan Risa barusan membuat Awan dan Dimas menoleh menatap Risa langsung.

"J-juli?" Dimas ingat, Juli adalah sahabat Risa waktu SMP yang Risa kenalkan padanya dulu.

"Gimana Risa bisa maafin mereka yang tidur berdua dan Adam yang memilih Juli di depan Risa hah? Apa Risa wanita yang nggak punya harga diri sampai harus dengan mudah maafin mereka? Bahkan Adam-" Risa menaikkan suaranya bahkan tidak sanggup melanjutkan ucapannya, suara isakan kini terdengar. Dimas terdiam, tidak ada suara mendengar ucapan Risa.

"Apa kakak tau rasanya ditusuk dari belakang, sahabat bahkan kekasih. Apa kakak ngerasain kekecewaan yang Risa rasain waktu itu? Nggak kan? Kakak kemana? Masih sibuk sama kerjaan! Kenapa cuma Risa yang harus disalahin disini?" Risa tidak bisa menahan, tangisnya mulai pecah.

"Risa kenapa nggak cerita ke Kakak?" Awan merasa kasihan pada Risa, dia baru tau kalau hari ini Risa tidak cerita. Selama ini Awan memang tidak ingin bertanya karena Risa sendiri meminta Awan jangan bertanya karena mungkin Risa sendiri yang akan bercerita dan hari ini waktu dimana Risa mengatakan alasan putus dengan Adam.

"Yang ada di pikiran Kak Dimas cuma ayah dan mengekang Risa selama ini kan." Suara serak dan isakan tangis Risa, Awan langsung memeluk Risa dalam pelukannya, Dimas kaget dan tidak percaya sambil mengepalkan tangannya ingin rasanya menghajar Adam secara langsung, bisa-bisanya dia melukai perasaan adiknya. Dimas memilih keluar dari kamar Risa dan kembali ke kamarnya.

     Awan berusaha menenangkan Risa dengan memelukanya, Risa menangis dalam pelukan Awan, kekesalan pada Dimas semakin tambah karena bisa–bisanya lebih percaya dengan orang lain daripada adiknya sendiri. Rasanya Awan juga ingin langsung mendatangi Adam dan menghajarnya tetapi saat ini bagi Awan Risa membutuhkan pelukannya.

"Udah tenang, Kak Awan disini sama Risa." Awan mengelus puncak kepala Risa dengan lembut, mata Awan juga memanas jika memikirkan cerita Risa barusan dan ingin mendatangi Adam tetapi kali ini Risa hanya butuh pelukan.

Reza & RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang