Risa masih belum sadar karena tubuhnya yang kelelahan dan butuh istirahat, Reza yang selalu setia menemani Risa.
"Ris, kapan lu sadar? Nggak mau apa main sama gue lagi? Ntar gue ajak jalan-jalan deh. Kita kuliner lagi, terus lu bilang katanya pengen punya anjing kan. Nando punya di rumah ntar gue minta anaknya jadi lu cepet sadar ya." Reza mengelus telapak tangan Risa berharap Risa sadar. Tatapan matanya yang sendu karena melihat wajah pucat Risa terbaring di ranjang dengan infus yang melekat di tangannya.
Masih tidak ada respon dari Risa, Reza hanya bisa mentap Risa menunggu Risa bangun dan kembali marah-marah atau kesal padanya seperti biasa.
"Kalau emang lu mau balikan sama Adam gue nggak apa Ris, gue bakal ngalah. Asal lu bisa sembuh dan ceria kek biasanya yang marah-marah ke gue kalau gue isengin." disela-sela ucapan Reza, Risa perlahan membuka matanya dan mendengar ucapan Reza. Reza tak bisa menatap Risa sebelumnya dan memilih menunduk sambil menggenggam telapak tangan Risa. Risa sengaja tak bersuara dan sengaja mendengar apa yang Reza ucapkan padanya, bahkan saat mendengar Reza mengatakan merelakan Risa balikan dengan Adam, Risa merasakan rasa perih di dadanya.
"Za-" suara lirih yang familiar di telinga Reza yang membuat Reza langsung menatap ke Risa.
"Sa, udah sadar. Bentar gue panggilin dokter." tampak ekspresi lega yang bisa Risa lihat di wajah Reza.
"Nggak usah Za." Risa yang menggenggam balik tangan Reza. Reza yang ingin memanggil dokter tidak jadi karena ditahan Risa.
"Tapi gue masih belum tenang sebelum lu diperiksa lagi." Reza tetap bersikeras, kemudian pergi dari ruangan untuk memanggil dokter.
Beberapa saat kemudian dokter masuk ke ruangan, Reza masih menungu di luar, Reza kemudian menghubungi Awan, sebelumnya Awan sudah berpesan ke Reza saat dirinya tak ada dan Risa bangun segera untuk menghubungi Awan.
Setelah menghubungi Awan, Awan yang mendengar Risa sudah sadar langsung kembali ke rumah sakit dan meninggalkan pekerjaannya. Setelah beberapa menit di periksa dokter keluar dan mengizinkan Reza untuk masuk. Saat Reza masuk posisi Risa sudah duduk dan tersenyum ke arah Reza. Reza langsung memeluk Risa, membuat Risa terdiam.
"Please Ris, kalau ada apa-apa cerita sama gue, jangan dipendem lagi. Gue nggak bisa liat lu sakit." nada bicara yang masih tersirat kekhawatiran, Risa sudah menduga kalau saat ini Reza dan yang lainnya sudah tau kalau Risa mengkonsumsi obat tidur dan obat kecemasan.
"Maaf," air mata Risa perlahan menetes, ada rasa senang karena Reza yang khawatir padanya, tapi ada rasa sedih karena Risa ingat ucapan Reza saat Risa baru sadar. Reza melepas pelukannya dan melihat air mata Risa yang sudah membasahi pipinya.
"Udah jangan nangis, gue juga nggak bisa liat lu nangis." Reza menghapus air mata Risa, beberapa saat kemudian Awan dan Dimas datang bersamaan.
"Risa, gimana? Ada yang sakit? Apa kata dokter Rez?" Awan langsung memborbardir pertanyaan, Dimas masih terdiam tapi wajahnya sedikit lega melihat Risa yang sudah sadar.
"Dih lebay nya kumat kan." Risa tertawa pelan melihat Awan yang khawatir padanya, memang sejak dulu kalau Risa terluka sedikit saja Awan sudah ngomel-ngomel tapi kali ini Awan tidak mengomelinya justru sangat khawatir.
Awan yang melihat Risa tertawa merasa keadaan Risa saat ini sudah stabil dan sedikit lega, tapi sebelum mendengar diagnosa dokter Awan belum tenang.
"Astaga bisa-bisanya ini anak ketawa hmm?" Awan tersenyum, sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin Awan tanyakan pada Risa tapi Awan memilih tidak bertanya dan menunggu Risa sendiri yang cerita. Awan langsung mencubit pipi Risa karena kesal yang membuat Risa tertawa kecil. Sudah lama Dimas tak melihat Risa yang tertawa dengan santai. Dulu Dimas sering melihat Risa tertawa ceria dan manja saat masih kecil tetapi sejak Risa duduk di smp dan ayahnya yang meminta Risa fokus dengan sekolah dan menaikkan nilai-nilai pelajaran membuat Risa sedikit mengekspresikan dirinya.
Risa melirik ke arah Dimas karena sadar Dimas yang menatapnya sejak tadi tapi tak ada pertanyaan sama sekali. Dulu kalau Risa salah atau membuat kesalahan selalu memarahi tetapi kenapa kali ini ekspresi Dimas terlihat sedih dimata Risa. Dimas yang sadar Risa mulai menatapnya langsung merubah ekspresinya.
"Kakak ke ruang dokter dulu." Dimas langsung keluar, Reza tau sebenarnya kalau Dimas juga khawatir dengan Risa tetapi kenapa saat di depan Risa diam saja dan tak bertanya apapun berbanding terbalik dengan Awan. Awan mengiyakan dan meminta Dimas mengatakan padanya nanti setelah selesai dari ruang dokter.
"Sebenernya kemarin kakak hampir mukul kak Dimas." Awan jujur di depan Risa.
"Heh?" Risa kaget, walaupun kerap beradu mulut dengan Dimas Awan tidak pernah sampai memakai tangan, apalagi memukul Dimas.
"Tapi jujur kemarin kak Dimas shock banget liat lu pingsan Ris." Reza hanya menjadi pendengar karena tak ingin ikut campur dalam urusan keluarga Risa. Mendengar ucapan Awan barusan Risa merasa ada benarnya setelah melihat ekspresi sedih yang sempat dia lihat saat menatap Dimas.
"Kakak udah sarapan?" Risa berusaha mengalihkan topik karena tak tau harus merespon apa yang Awan katakan padanya. Semua tentang Dimas hanya membuat perasaannya kesal yang ada.
"Ah tadi karena denger udah sadar langsung buru-buru ke sini. Lu udah makan Rez?" tanya Awan karena hampir lupa Reza juga ada.
"Belum juga." Reza baru bersuara setelah Awan bertanya padanya.
"Kalian makan berdua gih." Risa menyuruh Awan dan Reza makan terlebih dahulu.
"Tapi ntar lu disini sama siapa?" tanya Reza. "Gue ntar aja sarapannya" Reza tak ingin meninggalkan Risa dan memilih menunggu saja.
"Udah temenin kak Awan, lu kan belum sarapan. Gue disini gapapa kok, kalau ada apa-apa gue bisa panggil dokter." Risa menunjuk ke arah telpon yang ada di sampingnya.
"Yaudah lu bisa kan Rez temenin gue, ntar sekalian beliin makanan buat Risa." Awan mengalah tak ingin memaksa menemani Risa. Reza masih tidak ingin meninggalkan Risa tetapi Risa memaksa Reza untuk sarapan dulu dan akhirnya Reza mau sarapan dengan Awan.
Selepas Awan dan Reza pergi beberapa saat kemudian Dimas masuk ke ruangan. Rasa canggung dan tidak ada obrolan sama sekali. Dimas sendiri tak bisa mengatakan apapun ke Risa karena merasa bersalah, Dimas merasa dia salah satu alasan kenapa Risa seperti itu karena terlalu keras pada Risa.
"Kakak bisa balik ke kantor, pasti sibuk kan. Nanti ayah bisa marah kalau ninggalin kerjaan kakak." Risa membuka obrolan.
"Kakak udah serahin sama sekertaris kakak sejak kemarin." jawab Dimas.
"Kemarin? Apa Kak Dimas disini sejak kemarin?" batin Risa tetapi seketika Risa tersenyum kecut. Kenapa baru sekarang Dimas peduli dengannya, apa Risa harus masuk rumah sakit dulu baru Dimas peduli padanya.
"Maaf." ucapan maaf yang terdengar dari mulut Dimas membuat Risa menoleh menatap Dimas, kali ini Dimas mendekat di samping Risa. "Maaf karena kakak terlalu keras." Dimas yang notabene tidak pernah minta maaf walau salah membuat Risa sedikit terkejut.
"Sekarang kakak baru peduli? Oh mungkin kakak akan kembali seperti dulu kalau Risa udah sehat." Risa tertawa kecut jika ingat perlakuan keras Dimas padanya. Dimas tau kalau Risa kecewa padanya, dan tidak menuntut apapun pada Risa untuk saat ini.
"Sekarang kakak nggak akan ngelarang, apapun yang kamu lakuin kakak nggak akan ikut campur." ucap Dimas. Terlambat Risa tak peduli dengan apa yang Dimas katakan pada Risa.
"Kenapa? Karena udah liat gue kaya gini?" Risa mulai emosi.
"Ris-"
"Nggak enak rasanya ngelakuin hal yang nggak pengen. Risa bahkan sampai berharap nggak mau liat kakak." ucapan Risa barusan membuat Dimas terpaku. Dimas tidak tau segitu bencinya Risa padanya.
"Maaf, maafin Kakak Ris." Dimas mencoba mendekat ke samping ranjang Risa.
"Risa capek, mau istirahat" Risa merubah posisinya membelakangi Dimas. Dimas tau kalau Risa tak akan memaafkannya. Sebelum pergi Dimas menaikkan selimut ke tubuh Risa dan keluar dari ruangan. Air mata Risa menetes saat Dimas keluar dari ruangan.
Next nggak? Jangan lupa feedbacknya ya dan kasih semangat juga yaa biar bisa lanjut
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza & Risa
Teen Fiction"Za kalau lu udah bosen sama gue bilang, jangan kek gini!" Risa mulai emosi karena Reza tidak mengatakan kalau dia bertemu dengan Anita sebelumnya di apartemen. "Ris lu ngomong apa sih? gue nggak paham maksud lu." Reza sendiri tidak paham apa maksud...