01.16

520 51 6
                                    


     Ika terlihat murung dan hanya menyenderkan kepala di bangku, sekian lama dia mencoba meluluhkan hati Yudha agar tertarik nyatanya gagal. Ika ingin menyerah kali ini, apalagi kemarin Ika melihat Yudha dan Mona ada di taman, terlihat Mona memberikan coklat untuk Yudha dan Yudha yang tersenyum membalas Mona.

"Jangan-jangan Mona udah bilang kalau dia suka sama Yudha."

     Sebelumnya Mona menemui Ika untuk menjauh dari Yudha, Mona memperingatkan Ika kalau Yudha tidak akan menerimanya lagi karena orang tua Mona dan Yudha sangat dekat dan setelah lulus mereka memutuskan akan bertunangan.

     Monica Natalia Sanjaya nama panjang dari Mona yang merupakan salah satu anak dari donatur di SMA Elang, anak kedua dari keluarga Sanjaya yang terkenal dengan kekayaannya dan memiliki beberapa pabrik pakaian yang sangat terkenal. Maka dari itu style yang Mona gunakan selalu dia perhatikan.

     Sedangkan Yudha Pradana Seta, nama lengkap dari Yudha. Anak dari keluarga Pradana yang tak kalau dengan keluarga Mona juga, keluarga Yudha memiliki perusahaan tekstil yang sangat terkenal dan sering mengekspor ke luar negeri. Yudha anak ke 3 dari 4 bersaudara, orang tua Yudha dan Mona bekerja sama sejak mereka berdua masih kecil. Maka dari itu banyak gosip yang bilang Mona akan menikah dengan Yudha saat sudah lulus.

    Ucapan Mona membuat Ika bagaikan tersambar petir di siang bolong, maka dari itu saat di kafe Ika mulai teringat dengan Mona saat Reza menyindirnya untuk memberi kepastian.

"Heh ngapain." Sofi menepuk pundak Ika karena tidak semangat, Sofi dan Risa duduk di samping Ika.

"Menu makan siang nanti apa?" Ika langsung merubah ekspresi wajahnya karena tidak ingin terlihat murung.

"Ck, makanan mulu."Sofi mencibir seperti biasa. Risa melirik ke arah Ika, seperti ada yang Ika sembunyikan, Risa tidak ingin kepo, dan jika Ika mau cerita padanya akan Risa dengar.

"Hai sayang." Nando datang, kali ini selain dengan Reza Yudha juga ikut. Saat melihat Yudha Ika langsung berdiri.

"Gue beliin makan siang ya." Ika langsung buru-buru pamit dengan alasan ke kantin karena ingin menghindari Yudha.

"Tumben banget tuh anak, biasanya kalau Yudha dateng juga heboh." Reza melihat Ika yang pergi. Yudha hanya melihat sekilas kemudian duduk di bangku yang kosong.

"Laper mungkin" jawab Sofi, tetapi Sofi juga merasakan hal aneh pada Ika.

     Ika sengaja lama-lama untuk kembali ke kelas, Sofi mengirimi Ika pesan sedang dimana karena lama kembali. Ika hanya bilang kalau sedang sakit perut dan sedang di toilet. Sofi percaya mungkin karena Ika banyak makan. Setelah bel berbunyi Ika kembali ke kelas dengan wajah yang seperti biasanya dan membuat Sofi mengomel panjang lebar. Karena sejak tadi menunggu Ika yang tak kunjung kembali, untung saja Ika membaca beberapa camilan yang dia beli karena tau Sofi akan marah padanya.

     Setelah jam pelajaran selesai seperti biasa Ika selalu pulang dengan Sofi, Nando dan Yudha, Fadli dan Reza lebih sering naik motor, Reza memang sering bersama Nando buat nebeng pulang tapi sejak mengenal Risa Reza memilih pulang sendiri.

"Ris itu kakak lu kan?" Sofi melihat laki-laki yang pernah dia lihat sebelumnya. Risa melihat ke arah dimana Sofi menunjuk dan benar Awan sedang berdiri memakai pakaian kerjanya sambil memegang hp, tidak lama kemudian hp Risa berbunyi. Awan mendengar suara nada dering hp Risa dan menoleh karena jarak Risa dengan Awan dekat. Nando dan yang lainnya memberi salam untuk basa basi.

"Tumben hari ini jemput." Risa menaikkan alisnya meminta penjelasan, suara pintu belakang mobil terbuka dan laki - laki yang Risa kenal yang sudah 3 tahun baru dia lihat kembali. Dimas, kakak pertama Risa. Ekspresi Risa otomatis berubah yang awalnya sedikit ceria menjadi dingin. Dimas mengisyaratkan Risa untuk masuk dari tatapan matanya.

"Masuk dulu aja, nanti kakak jelasin di rumah." bisik Awan agar tidak terdengar teman - teman Risa.

"Ris?" Ika tiba-tiba memegang lengan Risa, Risa menoleh menatap Ika.

"Gue boleh nebeng lu pulang nggak?" Ekspresi Ika memohon.

"Hah? Ngapain bareng Risa rumah lu kan searah sama rumah gue." Sofi menatap heran Ika, kenapa meminta pulang bersama Risa.

"Nah iya kan biasanya lu pulang bareng kita." Nando menimpali, Ika melirik ke arah Yudha tatapan mata Yudha bertemu dengannya.

"Emm, gue mau tanya sesuatu ke kak Awan." Ika berbohong, ada sedikit rasa gugup saat berbohong di hadapan Sofi.

"Mau tanya apa?" Awan menyaut. Ika langsung kikuk karena menjadikan Awan alasan dan Awan langsung merespon.

"Nanti Ika gue anter sampe rumah, gue baru inget kalau semalem Ika mau minta tolong ke kak Awan." Risa yang paham kalau Ika sedang berbohong langsung membantu Ika, Ika sedikit kaget saat Risa ikut berbohong.

"Lu mau modusin kak Awan ya?" Sofi yang paham dengan sifat Ika langsung bisa menebak.

"Hehe..." Ika tertawa canggung membuat Sofi yakin, Ika sengaja tidak melihat ke arah Yudha.

"Yaudah masuk gih." Awan mempersilahkan Ika masuk. Risa memilih duduk di depan karena tidak ingin duduk dengan Dimas. Ika awalnya bingung saat harus duduk di belakang dengan laki - laki yang tidak dia kenal.

     Nando melirik ke arah Yudha, ekspresi Yudha menunjukkan ekspresi tatapan laki-laki yang tidak rela melihat wanitanya pergi.

"Heh ayo pergi." Nando menyenggol Yudha untuk jalan karena terlihat bengong dan menatap mobil Risa yang mulai menjauh pergi.

     Tidak ada suara apapun dan hanya keheningan yang ada di dalam mobil, Ika menjadi canggung sendiri. Saking bodohnya kenapa tadi dia tidak berfikir pulang naik taxi dan memilih duduk di disamping kakak Risa.

"Tadi mau ngomong apa?" Awan membuka pembicaraan dan melihat Ika dari kaca mobil.

"Ahh itu-" Ika bingung mau bilang apa.

"Ka malam ini mau nginep di rumah gue?" Risa yang sedari tadi diam langsung berbicara.

"Risa!" nada tegas yang keluar dari mulut Dimas sampai membuat Ika kaget.

"Kak." Awan mencoba untuk membuat Dimas mengontrol emosinya karena ada Ika.

"Kakak nggak mau tau, besok pindah dari SMA Elang dan kembali ke sekolah sebelumnya" ucap Dimas yang membuat Ika menoleh karena mendengar Risa akan pindah sekolah.

"Nggak!" jawaban tegas Risa membuat Ika menatap Risa.

"Adam sudah cerita sama Kakak, kalau kalian bertengkar selama ini." mendengar ucapan Dimas yang menyebut Adam membuat Risa mengeratkan pegangan di tasnya.

"Kak nanti aja bahasnya." Awan mencoba menahan Dimas untuk berhenti berbicara karena ada teman Risa, Ika.

"Awan, kamu selalu aja memanjakan Risa."

"Nggak usah sok jadi orang tua disini, Risa bisa ngurus hidup Risa sendiri nggak usah ikut campur." Risa menaikkan nadanya tak kalah dengan Dimas, suasana di dalam mobil sangat dingin bahkan Ika merasa menyesal ikut menumpang di mobil Risa.

"Ika rumah lu dimana? Biar gue anter." Awan yang tak ingin membuat Ika canggung langsung mengantar Ika ke rumahnya setelah Ika mengatakan dimana dia tinggal.

     Setelah mengantar Ika pulang, Awan langsung pulang. Ika yang melihat dari kejauhan berharap jika Risa tidak akan pindah sesuai dengan apa yang diucapkan laki-laki disampingnya tadi. Bahkan Ika sendiri merasakan aura menyeramkan saat duduk, berbeda dengan Awan.

     Sampai di rumah Risa langsung membuka pintu mobil dan masuk di kamarnya, tak lupa pintu dia kunci sebelum Dimas masuk ke kamarnya dan menceramahinya. Dimas langsung menuju ke kamar Risa tanpa ganti pakaian.

Reza & RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang