Risa kembali ke rumah hatinya entah kenapa hancur. Adam lagi-lagi bohong padanya, padahal dia ingin memaafkan tetapi justru keluar dari mulut Adam sendiri kalau baru saja putus dari Juli. Risa dipermainkan kembali, tentu saja tidak mudah melupakan semuanya.
Hari ini Dimas libur dan kaget melihat tiba-tiba Risa masuk dan langsung menutup kamarnya dengan sangat keras. Dimas langsung berdiri dan menuju ke kamar Risa karena khawatir. Dimas ingin membuka pintu kamar Risa tetapi ingat terakhir kali Risa bilang kalau ingin masuk izin dulu. Dimas ingin mengetuk pintu tetapi tangannya mengambang dan hanya berdiri saja. Bisa Dimas dengar ada suara tangis yang keluar dari dalam dan itu suara Risa. Dimas tak berani masuk.
Setelah 5 menit berlalu Dimas hanya berdiri di depan pintu kamar Risa dan tidk tau harus berbuat apa, Dimas seketika inget Ika, dan langsung menghubungi Ika. Dimas berharap kedatangan Ika nanti bisa menghibur Risa.
Tidak butuh waktu lama 15 menit kemudian Ika sampai di rumah Risa. Dimas menyambut Ika di depan dan meminta Ika masuk ke dalam menuju ke kamar Risa.
"Kenapa kak Dimas nggak masuk ke dalem?" tanya Ika polos.
"Gue takut Risa makin sedih." Dimas tersenyum kecut, tersirat raut wajah sedih yang bisa Ika lihat.
"Kak Dimas kan belum nyoba, kenapa harus takut?" pertanyaan Ika membuat Dimas tidak bisa menjawab, Dimas hanya tidak ingin menambah perasaan kesal Risa.
"Risa, ini gue Ika gue boleh masuk kan?" Ika mengetuk pintu pelan, Risa yang ada di dalam mendengar suara Ika. Perasaan tak pernah meminta Ika dateng kenapa Ika tiba-tiba ke rumahnya.
Risa langsung menghapus air matanya dan membuka pintu kamarnya. Risa melihat ada Ika dan Dimas sedang berdiri di depan kamarnya. Kenapa Ika bisa datang ke rumahnya, Risa tidak merasa ada janji dengan Ika. Apa Risa lupa sebelumnya ada janji. Ika bisa melihat bekas air mata yang ada di pipi Risa, Dimas juga menatap Risa khawatir, ingin bertanya tapi masih ragu.
"Bukannya kita nggak ada janji hari ini?" tanya Risa menatap Ika.
"Kak Dimas minta gue kesini."
"Buat?" Risa beralih menatap Dimas, perasaan dirinya tak meminta Dimas untuk menghubugngi Ika.
"Kakak dengar suara tangisan, Risa bilang nggak boleh masuk kalau nggak ada izin, jadi kakak minta Ika kesini buat nemenin. Kakak takut kalau kakak yang masuk Risa marah." jelas Dimas. Risa menatap Dimas sejenak dan tersenyum sedikit, rasanya ingin mengatakan terima kasih tapi gengsi.
"Yaudah masuk aja." Risa mempersilahkan Ika masuk ke dalam, sedangkan Dimas masih berdiri.
"Mau masuk?" tawar Risa canggung pada Dimas yang masih berdiri di depan pintu kamarnya saat Ika sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Emangnya boleh?" tanya Dimas hati-hati. Dalam batin Risa merutuki dirinya sendiri kenapa harus tanya ke Dimas mau masuk atau tidak.
"Kakak selesain aja kerjaan kakak, lagi sibuk kan? " Risa sedikit tersenyum. Dimas mau tak mau hanya mengangguk dan pamit untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum dia selesaikan. Dimas memang sengaja terkadang bekerja dari rumah karena semenjak Risa masuk rumah sakit waktu itu jadi tak tenang harus meninggalkan Risa sendirian.
Risa kemudian menutup pintu kamar dan masuk ke dalam dan melihat ke arah Ika yang sudah duduk di pinggir tempat tidur Risa. Sejenak hening tak ada obrolan karena Ika masih bingung karena Dimas tak mengatakan Risa kenapa dan memintanya ke sini menemani Risa.
"Makasih udah dateng, walau gue nggak minta." walaupun Risa tesenyum tetapi mata sembabnya terlalu kentara.
"Gue nggak bakal minta lu cerita kalau emang nggak pengen cerita." tukas Ika.
"Gue ketemu sama Juli dan Adam di mall." Risa memutuskan untuk cerita kali ini.
"Mantan sahabat lu?" Ika memastikan. Ika tersenyum kecut.
"Waktu itu Adam bilang mau minta kesempatan ke gue, gue kasih buat dia berubah. Gue perlahan maafin dia dan coba percaya sama dia. Tapi kemarin gue dengar dia ngajak putus Juli di depan mata gue." terdengar suara Risa yang lirih tetapi masih bisa Ika dengar.
"Lu masih ada perasaan sama Adam?" tanya Ika to the poin.
Deg
Pertanyaan Ika membuat Risa terdiam sejenak, singkat tetapi tak bisa dijawab. Suaranya seperti tertahan untuk menjawab pertanyaan Ika. Mulut Risa terdiam tetapi tatapan mata yang bisa Ika lihat dan sudah bisa Ika temukan jawabannya sendiri kalau Risa masih menyimpan perasaan pada Adam.
"Kalau lu udah nggak ada perasaan sama Adam, lu nggak mungkin kek gini Ris." benar apa yang dikatakan Ika jika memang Adam sudah tak ada di hati Risa, Risa tak mungkin merasakan kekecewaan seperti dulu.
"Gue harus gimana Ka? Gue-" Risa menggantungkan ucapannya dan justru menangis. Ika memeluk tubuh Risa.
"Gue nggak tau harus bilang apa sama lu Ris, gue disini nemenin lu sebagai tempat lu cerita. Lu boleh nangis sepuas lu kali ini." Ika menepuk punggung Risa pelan, menenangkan Risa yang sedang memangis tersedu sedu.
"Gue udah coba lupain Adam selama ini, tapi entah kenapa saat dia bohong lagi tentang Juli, gue marah emosi dengernya. Gue sakit hati, rasanya sama kek dulu." Risa masih menangis sesegukan dalam pelukan Ika. Ternyata saat Risa menutup pintu Dimas kembali dan menunggu di luar pintu mendengar semua apa yang Risa katakan pada Ika, Dimas kesal tentu saja setelah mendengar itu semua tapi jika dia ikut campur yang ada Risa akan marah lagi padanya.
Risa mulai cerita semuanya apa yang terjadi saat berada di mall, Ika memang sedikit emosi saat mendengarnya. Apalagi saat Risa bilang Juli mendorongnya, jika Sofi yang mendengar cerita Risa mungkin saja sumpah separah Sofi sudah keluar ditambah lagi Sofi langsung mendatangi Juli, untung Risa cerita pada Ika. Di sela-sela cerita, Risa tertawa melihat Ika yang emosi dengan tingkah konyol Ika di depannya. Dimas yang mendengar suara tawa Risa sedikit lega, perlahan Dimas menjauh pergi dari kamar Risa. Keputusan yang benar dia memanggil Ika tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza & Risa
Teen Fiction"Za kalau lu udah bosen sama gue bilang, jangan kek gini!" Risa mulai emosi karena Reza tidak mengatakan kalau dia bertemu dengan Anita sebelumnya di apartemen. "Ris lu ngomong apa sih? gue nggak paham maksud lu." Reza sendiri tidak paham apa maksud...