Setelah menjemput Risa dari rumah keluarga Adam, Reza memilih tidak bertanya apapun selama di perjalanan, karena bisa - bisa justru membuat kesal. Reza tidak ingin memikirkan semua itu. Reza juga meminta Risa untuk istirahat dan tidur."Za, lu nggak marah kan?" Risa menahan tangan Reza saat mau pergi. Reza menoleh dan menghadap ke arah Risa.
"Gue nggak marah, tapi ya gimana. Gue cuma kesel aja, pacar mana sih yang nggak kesel kalau pacarnya ketemuan sama mantannya ditambah lagi ketemu sama orang tuanya." Reza tersenyum kecut.
"Gue bodoh ya, tanyain hal kek gini yang jelas udah ada jawabannya." Risa menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.
"Udah gue bilang kan, kalau lagi ngomong tatap mata gue," Risa mulai menatap mata Reza.
"Gue nggak marah. Tapi gue sedikit lega seenggaknya lu bilang sama gue. Gue sendiri yang nawarin kesepakatan buat pacaran sama lu. Bahkan, mau bilang kalau gue sayang aja berat."
"Ini udah bilang."
"Ini contoh," Risa tertawa kecil mendengar ucapan Reza barusan.
"Jangan ketawa kek gini di depan gue."
"Kenapa?" Risa heran kenapa Reza melarangnya tertawa.
"Gemes, bawaannya pengan bawa pulang."
"Heh," Reza tertawa kecil karena berhasil menjahili Risa.
"Oh iya, bunda minta lu ke rumah besok siang."
"Besok?"
"Sebenernya, bunda udah berkali - kali sih minta lu ke rumah tapi kan gue harus minta izin ke lu dulu bisa nggak."
"Kenapa baru ngomong sekarang sih Za. Kalau besok kan gue nggak tau harus nyiapin apa buat bunda nanti." Risa khawatir karena takut jika melakukan kesalahan saat bertemu dengan Dinar.
"Cieeee, mikirin calon mertua." Seperti biasa Reza menggoda Risa kembali, Risa yang kesal langsung memukul punggung Reza.
"Jangan bercanda, gue serius."
"Wah malah minta diseriusin. Sabar ya Ris, gue nabung dulu. Makan lu kan banyak." Reza menghembuskan nafas berat seolah - olah serius dengan apa yang dia katakan barusan.
"Rezaaaa," Risa mencubit lengan Reza.
"Heh sakit, ampun hahaha."
"Nyebelin." Risa menggerutu karena kesal.
"Kan ada gue jadi nggak usah bingung." Reza mengelus puncak kepala Risa.
"Bener ya? Jangan jauh - jauh."
"Berasa ngasuh anak dong kalau nggak boleh jauh - jauh."
"Sembarangan." Reza langsung tertawa.
"Iya - iya nanti gue bakal disamping lu terus kok," Senyum mengembang di pipi Risa.
"Ris?" Risa menoleh.
"Kenapa lag-" belum sempat melanjutkan kata - katanya, Reza langsung mengecup pipi Risa.
"Istirahat, jangan tidur terlalu malem. Gue pergi dulu, jangan kangen sama gue." Setelah mengecup pipi, Reza beralih mengelus puncak kepala Risa dan pamit pergi. Risa masih terdiam, bahkan pipinya mulai merona merah karena malu dengan apa yang baru saja Reza lakukan padanya.
***
"Langsung aja ya nggak usah ganti baju." Reza meletakkan kotak yang makan cukup besar ke dalam mobil. Risa mengangguk, kotak makan yang Reza bawa berisi makanan buatan Reza yang Reza buat pagi - pagi sekali untuk Dinar dan Ezza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza & Risa
Teen Fiction"Za kalau lu udah bosen sama gue bilang, jangan kek gini!" Risa mulai emosi karena Reza tidak mengatakan kalau dia bertemu dengan Anita sebelumnya di apartemen. "Ris lu ngomong apa sih? gue nggak paham maksud lu." Reza sendiri tidak paham apa maksud...