Ika mengirim pesan ke Sofi untuk tidak perlu menjemputnya lagi. Sofi merasa aneh dengan kelakukan Ika 2 hari ini, sebenarnya apa yang sedang di sembunyikan Ika. Sofi akan mencari tau dan bertanya langsung ke Ika saat bertemu.
Ika menunggu bis sekolah, sebenarnya ingin rasanya bareng dengan Risa tapi mengingat kejadian saat adu mulut di dalam mobil Ika tidak ingin membayangkan kedua kalinya, Ika baru sadar kalau bis sekolah sudah berangkat 5 menit yang lalu dengan tujuan sekolahnya.
Sebuah mobil putih berhenti di depan Ika, karena tidak kenal pemiliknya Ika mengabaikannya dan menunggu taxi. Memang susah mencari taxi dijam seperti ini. Jendela mobil dibuka tampak laki-laki duduk menyetir
"Kamu temennya Risa?" Suara yang terdengar tak asing bagi Ika seperti pernah mendengarnya sebelumnya. Ika menunduk dan memastikan pemilik suaranya dan itu laki - laki yang duduk bersamanya di mobil bersama Awan dan Risa.
"I-iya?" Ika tampak ragu ingin masuk karena ingat dengan Dimas saat membentak Risa dimobil.
"Nggak usah takut. Dimas, kakak pertama Risa." Senyum mengembang di sudut bibir Dimas yang membuat Ika terpesona. Dimas meminta Ika naik kalau tidak ingin terlambat, Ika hanya menurut saja daripada telat dan dihukum. Setelah Ika naik, mobil mulai berjalan menuju sekolah.
Tidak ada obrolan sama sekali hanya suara hening, Ika sangat menyayangkan andai saja Dimas tidak galak seperti kemarin pasti menambah daftar laki-laki ganteng dalam kamus Ika. Dimas memang tidak kalah ganteng dengan Awan kakak kedua Risa, dandanan Dimas yang terkesan rapi yang membuat Ika mudah menebak kalau Dimas bekerja di perusahaan.
"Apa Risa nyaman sekolah disana?" Dimas membuka pembicaraan tanpa mengalihkan pandangan saat menyetir.
"Awalnya sih terkesan cuek dan canggung saat pertama kali kenal." Ika hati-hati takut salah biacara saat menjawab pertanyaan Dimas.
"Maaf, kemarin karena terlalu emosi dan nggak ngeliat kamu disamping saya." Cara berbicara yang sedikit formal membuat Ika sedikit canggung sendiri.
"I-iya nggak papa Kak." Ika masih canggung. Beberapa menit kemudian sampai di depan sekolah.
"Boleh minta nomor hpnya?" Ika menatap Dimas, Dimas langsung to the poin dan langsung mengulurkan hp tanpa basa - basi. Ada perasaan ragu saat Ika ingin memberikan nomor hpnya, Ika ingat saat Dimas berteriak pada Risa dan meminta Risa pindah.
"Lain kali, saya pengen ngajak kamu makan malam." Dimas mencari alasan untuk meyakinkan Ika yang terlihat ragu. Ika yang mendengar alasan Dimas akhirnya meraih hp Dimas dan mengetikkan nomornya. Setelah memberikan nomornya pada Dimas Ika keluar dari mobil dan menundukkan kepalanya tanda terima kasih karena sudah mengantar ke sekolah. Banyak tatapan mata yang mengarah pada Ika.
Mobil yang sangat mewah yang Ika naiki, Ika juga baru sadar saat Dimas mulai menjauh dari sekolahnya. Mona melihat Ika dari jauh. Saat mobil yang Ika naiki mulai menjauh Mona menghampiri Ika.
"Gue rasa keluarga lu nggak mungkin punya mobil semewah itu." Mona mulai menyindir, Ika memang lahir di keluarga sederhana, bisa dikatakan berkecukupan jika untuk menyekolahkan Ika dan memenuhi kebutuhan sehari - hari.
Ika malas meladeni Mona langsung berbalik dan melangkah pergi tapi baru beberapa langkah langsung dihadang gengnya Mona. Ika memutar bola matanya karena jengah.
"Mau kemana? Gue belum selesai ngomong." Mona mendelik menatap Ika karena Ika mengabaikannya, bahkan dengan berani memutar bola matanya di depannya.
"Apaan sih, gue mau masuk kelas." Ika kesal ingin melewati Mona dan gengnya tapi lagi-lagi dihadang. Ika ingin menendang kaki Mona rasanya.
"Mona?" Suara Yudha yang membuat Ika menoleh.
"Eh, gue kira lu udah masuk tadi." Mona mulai pura-pura terlihat polos di depan Yudha.
"Tadi gue ke parkiran ngambil buku ketinggalan," Yudha membawa buku yang dia ambil di mobil Nando.
"Eh Ika baru dateng? Kenapa tadi nggak bareng Sofi?" Yudha menatap Ika, Ika melirik ke Mona.
"Tadi gue liat sih Ika dianter sama cowok. Kayaknya sih pacarnya." Mona berusaha membuat gosip Ika punya pacar agar menjauh dari Yudha.
"Bener Ka?" Yudha memastikan apa yang di katakan Mona barusan.
"Bukan, cuma temen." Jawaban cuek Ika membuat Yudha mengeryitkan dahinya. Biasanya Ika tidak pernah cuek padanya apalagi dingin.
"Jujur aja Ka kalau itu pacar lu nggak usah malu sama kita." Mona tersenyum, menekankan membuat Ika makin kesal.
"Apaan sih sok polos." Ika menggumam melihat tingkah Mona yang sok polos di depan Yudha. Karena terlalu malas Ika kemudian langsung pergi. Yudha ingin mengejar Ika tetapi ditahan Mona.
"Eh Yud, nanti malem jadi kan makan malem di rumah gue. Mama sama Papa tadi minta gue ngomong siapa tau lu lupa." Mona sengaja mengeraskan suaranya agar Ika mendengar ucapannya. Tentu saja ucapan Mona yang mengajak Yudha makan malam membuat Ika kesal dan mempercepat langkahnya. Mona menyeringai tanda bahkan Ika mendengar ucapannya, sedangkan Yudha mau tidak mau hanya bisa mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza & Risa
Teen Fiction"Za kalau lu udah bosen sama gue bilang, jangan kek gini!" Risa mulai emosi karena Reza tidak mengatakan kalau dia bertemu dengan Anita sebelumnya di apartemen. "Ris lu ngomong apa sih? gue nggak paham maksud lu." Reza sendiri tidak paham apa maksud...