01.43

338 32 1
                                    

Beberapa hari ini Dimas sering menghubungi Ika bahkan tak segan-segan menelvon Ika, Ika tak masalah dan tak risih apalagi Dimas juga baik padanya. Awal yang dingin tertapi jika lebih dekat Dimas punya sisi lembut juga. Karena Ika tipe anak yang mudah bergaul jadi Dimas juga nyaman ngobrol dengan Ika.

"Ni anak dari tadi main hp mulu, lu chat an sama siapa sih Ka?" Sofi mulai kepo, Ika juga sudah mulai biasa dan tak mempermasalahkan jika pulang dengan Yudha. Sofi sendiri jadi heran kenapa tiba-tiba Ika langsung berubah seolah tak terjadi apapun.

"Oh, ini kak Dimas." jawab Ika jujur yang membuat Sofi dan Risa saling pandang. Risa sendiri juga heran sejak kapan Ika mulai dekat dengan Dimas. Bahkan sampai muncul di fikiran Risa apa mungkin Dimas punya maksud lain mendekati Ika.

"Wah jadi lu jadian sama kakaknya Risa? kak Dimas?" seru Sofi yang membuat Fadli langsung menoleh, padahal sedang sibuk bermain game walau jaraknya agak jauh.

"B-bukan, kak Dimas cuma tanya keadaan Risa." jawab Ika sedikit gugup.

"Nggak usah boong, bisulan dipantat tau rasa." celetuk Sofi yang membuat Ika kesal langsung melempar bungkus jajannya.

"Iya iyaa, kak Dimas ngajak dinner entar malem." Akhirnya Ika mulai jujur. Risa melihat ekspresi Ika kali ini sedikit berbinar. Memang akhir-akhir ini Dimas tak berdebat dengan Risa, bahkan di rumah Dimas jarang ngobrol dan masih tetap sama sibuk dengan kerjaannya tetapi Dimas tak lupa ikut sarapan sebelum berangkat kerja.

"Wihh, pokoknya peje." seru Sofi yang membuat Fadli langsung mendekat dan duduk di samping Sofi.

"Peje? Siapa yang jadian?" Fadli langsung menatap ke arah Ika karena mendengar Ika sejak tadi menyebut nama Dimas. Yudha, Nando, dan Reza juga selesai bermain basket dan mulai duduk dipinggir ditempat dimana Risa cs mengobrol.

"Ada apaan nih keknya ada yang seru." Nando menimpali. Nando dan Sofi sudah baikan walau sebelumnya diem-dieman karena Sofi menyebut Eza tapi apa yang tidak mungkin bagi Sofi untuk menjinakkan Nando agar luluh dan bucin kembali padanya.

"Kak Dimas ngajak Ika n.g.e.d.a.t.e." Kata ngedate yang penuh penekanan sambil melirik ke arah Yudha, yang membuat Yudha minum air putih tersedak, Reza tak kaget mendengarnya dan masih menikmati minuman pemberian Risa.

"Hah? Beneran Ka?" Fadli memastikan kalau apa yang dikatakan barusan oleh Sofi bohong. Ika tersenyum canggung walau sebenernya mencuri pandang ke Yudha, Yudha langsung berdiri dan pergi tanpa pamit. Hatinya kesal saat melihat ekpresi Ika kalau apa yang dikatakan Sofi memang benar.

"Ck, giliran Ika deket sama yang lain mulai deh cemburu, makan tuh." Sofi juga kesal sejak dulu Yudha kenapa nggak pernah peka dengan perasaannya.

"Sakit, hati gue sakit." Fadli memasang muka masam, tetapi justru membuat Sofi tertawa. Nando hanya bisa mengelus elus punggung sahabatnya itu, sedangkan Ika masih menatap ke arah dimana Yudha pergi.

Yudha yang merasa kesal langsung menuju ke loker untuk mengambil seragamnya, bahkan masih teringat wajah Ika. Hatinya tak tenang seperti ingin melampiaskan pada seseorang. Rasanya sesak saat mendengar Ika akan berkencan dengan Dimas.

Ika sendiri juga merasa tak nyaman saat Yudha pergi dengan ekspresi seperti sedang menahan emosi, tapi mau bagaimana lagi Ika merasa harus mundur. Apalagi jika diingat-ingat Mona dan teman-temannya yang membuat Ika kesal sendiri selalu memonopoli Yudha di hadapannya.

Jam pelajaran sudah selesai seperti biasa Ika nebeng bersama Nando, Sofi, Fadli, dan Yudha satu mobil. Tapi baru menginjakkan kaki di pintu mobil hp Ika berbunyi, tersemat nama Dimas di layar hp. Yudha bisa melihat siapa pengirim pesan yang ada di hp Ika.

Reza & RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang