01.50

315 18 0
                                    

Setelah kembali dari jalan-jalan Reza mengajak Risa ke apartemen, perasaan Risa kali ini berbeda, biasanya saat pergi Reza lebih sering banyak mengobrol tetapi kenapa kali ini terlihat pendiam sekali. Risa mengamati gelagat Reza yang sedang duduk disampingnya.

"Lu pasti bosen ya?" Reza tersenyum kecut. Risa tak tau harus menggapi bagaimana, dibilang bosen sih iya tapi tidak terlalu bosan.

"Tinggal 1 minggu ternyata. Gimana perasaan lu?" ucapan Reza membuat Risa mengeryitkan dahinya tanda tidak paham apa yang Reza maksud.

"1 minggu?" Risa belum paham dengan maksud Reza.

"Kesepakatan kita, tinggal 1 minggu lagi berakhir." Reza menatap Risa yang sedang disampingnya.

"Ahh-" Risa tersenyum kecut. Entah kenapa ucapan Reza membuat Risa memalingkan wajahnya.

"Gue lupa." Reza tidak menyangka Risa melupakan kesepakatannya, padahal setiap hari Reza selalu memikirkan Risa, apakah Risa juga sama sepertinya selalu memikirkan waktu-waktu bersamanya. Risa benar-benar lupa dengan kesepakatan yang dia buat, lain dengan Reza yang ingat. Hening beberapa saat.

"Masih belum move on sama Adam?" Pertanyaan Reza membuyarkan lamunan Risa. Risa terdiam tidak menyahut, pandangannya ke arah depan. Dalam batin Risa merutuki dirinya sendiri, kenapa Reza harus membahas Adam kali ini.

"Kayaknya gue gagal." Reza tersenyum kecut dan bisa menebak kalau Risa masih belum melupakan Adam, buktinya saat Reza mendengar cerita Risa saat bertemu dengan Juli bahkan saat menjelaskan tentang Juli ekspresi kecewa Risa terlihat seperti memikirkan sesuatu.

Alasan Reza mengajak Risa jalan sebenarnya juga ingin Risa jujur padanya, tetapi nyatanya justru mereka jalan tanpa menikmati suasanya jalan-jalan mereka. Bahkan rasanya hambar tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan candaan atau kejahilan Reza.

"Ris, kenapa diem aja?" Reza memanggil Risa lagi karena Risa tidak menyahut pertanyaan Reza sebelumnya.

"Lu nggak sepenuhnya gagal." Jawaban Risa mampu membuat Reza menoleh dan menatap Risa lebih intens. Risa menoleh, menatap mata Reza yang kini sedang menatap dengan penuh harapan.

"Lu bikin hari-hari gue lebih berwarna Za, bahkan tanpa sadar gue selalu kadang mikir gue takut bikin lu sakit hati karena gue. Gue takut ngelukain lu, iya gue masih belum ngelupain Adam bahkan saat dia bilang kemarin mutusin Juli di hadapan gue, perasaan kecewa gue muncul gue kesel bahkan nangis." Risa menundukkan kepalanya karena tak berani menatap mata Reza.

"Gue jahat kan Za? Gue wanita brengsek kan yang jelas-jelas punya pacar tapi masih mikirin mantan." Suara serak Risa terdengar di telingan Reza, Reza bisa melihat sisi wajah Risa dari samping, wanita yang saat ini disampingnya seperti ingin menangis tetapi tertahan.

Reza mengepalkan tangannya kesal, walau rasanya sakit dengan kejujuran Risa tapi rasa sayangnya pada Risa jauh lebih tinggi dari rasa kesalnya.

"Kalau gue nembak lu beneran gimana?" ucapan Reza mampu membuat Risa membulatkan matanya dan menatap mata Reza.

"Kalau gue nggak mau putus sama lu gimana? Gue tau kalau lu masih ada rasa sama Adam dari lubuk hati lu. Gue bakal berusaha lagi bikin lu bener-bener lupa sama Adam. Lu bilang kan tadi kalau lu kadang mikirin gue, jadi seenggaknya ada harapan bikin hati lu sepenuhnya jadi milih gue-" Risa langsung memeluk Reza.

"Maaf, gue minta maaf Za. Gue udah berusaha banget ngelupain Adam, gue takut nyakitin lu juga. Selama gue sama lu gue bisa tidur tanpa konsumsi obat tidur. Walaupun gue akhirnya kena overdosis gara-gara kak Dimas bahas Adam lagi." Reza terdiam, membiarkan Risa mengeluarkan semua isi hatinya. Pelukan erat Risa terasa hangat di tubuhnya.

"Gue juga nggak pengen lu jauh dari gue." Air mata yang Risa tahan akhirnya jatuh. Reza bisa mendengar dari suara isakan Risa. Reza mengelus puncak kepala Risa dan membalas pelukan Risa.

Reza melepas pelukannya tak lama dan menatap Risa, menghapus air mata yang ada di pipi Risa.

"Jangan nangis, nanti makin jelek." Risa mulai berhenti menangis sesuai permintaan Reza.

"Gue takut nyakitin lu." Risa masih tidak berani menatap mata Reza. Reza langsung mengecup sudut bibir Risa yang membuat Risa langsung mendongak menatap Reza.

"Nah, kalau gini jadi bisa ngeliat muka gue kan. Padahal gue udah bilang berkali-kali, kalau lagi ngomong jangan nunduk." tegur Reza.

"Apaan sih." Risa langsung menoleh mengusap air matanya, wajahnya kini memerah karena malu.

"Eh liat kesini-" Reza mulai menggoda Risa.

"Nggak, nggak mau." Risa menolak karena tidak ingin Reza melihat ekspresinya sekarang. Bisa-bisanya saat lagi sedih Reza mencium sudut bibirnya.

"Udah nggak usah malu, biasanya juga malu-maluin."

"Sembarangan ngomongnya." Risa menoleh tidak terima dengan ucapan Reza.

"Hahaha, coba senyum dikit."

"Nggak usah aneh-aneh ya." Risa mulai memasang ekspresi kesalnya.

"Dih siapa yang aneh? Kan gue cuma minta lu senyum doang. Nggak mau ngasih nih?" Reza menopang dagunya sambil menatap Risa. Bisa Risa rasakan tatapan Reza kali ini membuatnya deg-deg an. Jantungnya berpacu cepat seolah ingin keluar, rasa yang pernah dia rasakan saat dulu bersama Adam.

Risa tersenyum kecil, Reza bahkan sampi menahan untuk tidak tertawa karena memang sengaja menjahili Risa.

"Udah."

"Lu senyum atau kebelet berak sih Ris? Pelit amat." Protes Reza karena Risa hanya menyunggingkan sudut bibirnya.

"Heh," Risa langsung memukul Reza dengan bantal karena kesal.

"Ampun bos, udah udah hahahaha" Reza kali ini tertawa keras karena tidak bisa menahan untuk tidak tertawa. Risa tau kalau ternyata Reza mengerjainnya. Perlahan juga Risa tertawa kecil karena berhasil memukul Reza. Memang cuma Reza yang bisa membuat Risa tertawa kecil dengan hanya candaan atau kelakuan Reza yang membuat Risa sedikit kesal.

Sebelumnya memang terasa canggung saat berada di apartemen Reza, tetapi Reza sendiri lagi-lagi yang mencairkan suasana.

"Bentar, keknya kita belum ada panggilan selama pacaran." Setelah Reza pikir-pikir mereka hanya menyebut nama tidak ada panggilan layaknya orang pacaran.

"Ya mana gue tau, gue cuma nurut aja waktu lu ajak." protes Risa.

"Kalau gue ajak nikah nurut juga?" Mendengar pertanyaan Reza barusan membuat ekspresi Risa merah padam. Risa diam, suaranya tidak ingin keluar. Bahkan mau menyangkal kenapa tidak bisa. Reza semakin mendekat membuat Risa gugup.

"Perlu gue kasih nafas buatan nggak?" Candaan Reza langsung membuat Risa mengambil raket nyamuk di sampingnya.

"Coba ulang!" Geram Risa.

"Ris, ampun gue cuma becanda haha." Reza sontak mundur menjauh, apalagi Risa menyalakan sengatan listriknya.

"Kesini nggak?" Ancam Risa sambil mengacungkan raket nyamuknya.

"Haha, ampun gue becanda woilah."Reza berdiri melangkah mundur, Risa sengaja menakut-nakuti Reza. Salah sendiri sejak tadi Reza menggoda Risa, sampai membuat ekspresi Risa merah padam karena malu. Risa berdiri dan mendekat, sementara Reza mengambil bantal sebagai tameng untuk melindungi diri. Karena Risa merasa diatas angin Risa semakin mendekat dan menjahili Reza. Risa semakin mendekat, membuat Reza mau tidak mau harus melawan dengan maju merebut raket yang Risa pegang. Naasnya saat Reza maju dirinya tersandung bantal yang terjatuh dan menimpa tubuh Risa. Posisi Reza saat ini berada di atas Risa, tidak ada suara. Jantung Risa berdetak lebih cepat, begitu pula dengan Reza merasakan hal yang sama. Tanpa Risa dan Reza sadari ada wanita yang beberapa detik masuk ke apartemen dan melihat apa yang terjadi barusan.

"Astaghfirullah, aa' Rezaaaaa." suara familiar yang membuat Reza menoleh, bundanya.

"Mampus gue." dalam hati Reza, sedangkan Risa langsung mendorong Reza sekuat tenaga sampai terguling ke samping.


------------------------

Maaf ya lama baru update karena lagi sibuk kerja di rl sampe buntu ide 🥲

Jangan lupa coment dan likenya yaa

Reza & RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang