Setelah pulang dari Rumah Sakit, Awan meminta Risa untuk istirahat. Risa ingin masuk sekolah tetapi Awan tetap melarang, mau tidak mau Risa menurut. Awan tetap bekerja sebagai gantinya Dimas yang menunggu Risa. Untung saja pekerjaan Dimas bisa diselesaikan di rumah dengan bantuan sekertarisnya. Bahkan rapat pun juga dilakukan dengan google meet.
Dimas menyiapkan sarapan untuk Risa, setelah selesai Dimas menuju ke kamar untuk memanggil Risa agar sarapan.
"Ris, sarapan dulu." suara yang ada dibalik pintu kamar membuat Risa terdiam. Merasa tak ada sahutan Dimas sedikit khawatir, ingin rasanya langsung masuk tetapi Dimas ingat jika Risa sudah melarangnya masuk sebelum mendapat izin masuk dari Risa.
"Tadi Awan bilang harus sarapan abis itu minum obat." karena tidak ada jawaban Dimas mengetuk pintu, 2 menit kemudian suara pintu terbuka. Risa langsung melewati Dimas menuju ke ruang makan.
Risa mulai duduk, baju yang dia gunakan masih sama dengan baju semalam. Awalnya Risa ingin mandi tetapi terlalu dingin saat menyentuh air. Walaupun ada air hangat tetapi Risa masih malas.
"Biar Kakak ambil-"
"Nggak usah." Risa langsung memotong, tergurat ekspresi sedih di wajah Dimas. Dimas berdiri sambil menatap Risa.
"Kenapa diem aja? Bukannya tadi nyuruh makan?" pertanyaan Risa membuat Dimas sadar dan langsung duduk.
"Ah iya," Dimas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Suasana makan yang sangat hening, seperti biasa sejak dulu jika ada di meja makan tidak boleh ada pembicaraan dan fokus dengan makanan masing-masing. Hal yang sedikit Risa tidak suka, berbeda saat dia makan dengan Awan pasti Risa lebih banyak bicara, begitu pula saat dulu makan bersama dengan keluarga Adam Risa lebih terhibur karena ada Ola yang membangun suasana dengan tingkah lucunya.
"Apa masih ada yang sakit?" Dimas membuka pembicaraan.
"Nggak." Jawaban singkat Risa kembali membuat suasana hening. Hanya suara sendok dan garpu yang saling bergesekan. Sebelumnya Awan menitipkan obat Risa padanya, setidaknya Dimas pasti akan mengingatkan Risa untuk minum obat tepat waktu.
Dimas masih belum mengambil makan, dan hanya menatap Risa makan. Tatapan Dimas membuat Risa tidak nyaman. Kenapa tidak mengambil makanan dan justru memandanginya. Risa meletakkan sendok dan garpunya karena sudah selesai.
"Obatnya?" Risa menatap Dimas.
"Bentar Kakak ambilin," Dimas langsung berdiri dan mengambil obat di laci yang tak jauh dari tempat duduknya. Setelah memberikan obatnya Dimas menuangkan air putih di gelas Risa, Risa dengan patuh minum obat.
"Kalau ada yang sakit bilang sama Kakak." Walau nada bicara Dimas masih saja kaku tetapi Risa bisa tau ada raut khawatir di wajah Dimas.
"Kenapa harus sekarang peduli?" sahut Risa membuat Dimas terdiam.
"Baru sadar kalau Risa udah kek gini? Kak Dimas mending fokus sama kerjaan yang ayah kasih. Kalau Kakak terlalu peduli sama Risa nanti ayah marah kaya dulu. Risa nggak mau jadi beban buat Kak Dimas." kata-kata Risa membuat Dimas tertohok, Dimas ingat karena lalai menjaga Risa karena Risa pulang malam, bahkan sampai memukul Dimas membuat Risa kaget dengan ayahnya yang main tangan.
Sejak kejadian itu Dimas menjadi keras dengan Risa, jika pulang telat Dimas langsung mengintrogasi Risa, bahkan nilai-nilai sekolah dalam pengawasan Dimas. Awan yang mencoba membela Risa mendapat omelan Dimas, untung Dimas tidak main tangan. Andai saja itu terjadi mungkin Risa akan membenci Dimas. Rasanya saat itu Risa ingin kabur saja, untung ada Awan yang selalu menghiburnya.
"Kakak harus kaya gimana Ris buat kamu nggak benci sama Kakak?" tatapan nanar yang tidak bisa Dimas sembunyikan lagi. Risa baru pertama kali melihat tatapan mata Dimas terlihat putus asa meminta Risa memaafkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza & Risa
Teen Fiction"Za kalau lu udah bosen sama gue bilang, jangan kek gini!" Risa mulai emosi karena Reza tidak mengatakan kalau dia bertemu dengan Anita sebelumnya di apartemen. "Ris lu ngomong apa sih? gue nggak paham maksud lu." Reza sendiri tidak paham apa maksud...