Nando mencari Reza tetapi tidak menemukan dimana Reza, setelah berkeliling sebentar terlihat sosok yang sedang duduk lumayan jauh dari kedai. Nando menghampiri Reza yang kini sudah menyulutkan rokok dan menghisapnya.
"Gila lu, ngapain ngerokok lagi?" Nando berusaha ngerebut rokok Reza, kalau sudah memegang rokok Reza bisa menghabiskan 1 bungkus untuk mendinginkan otaknya.
"Apaan sih bacot, sana masuk." Reza yang emosi melampiaskan pada Nando.
"Lu kan udah janji ke gue kagak bakal ngerokok lagi." Nando kesal karena Reza ngelanggar janjinya yang bakal berhenti ngerokok.
"Terus gue harus ngebanting meja di depan kakaknya Risa gitu?" Reza menyesap rokoknya kembali.
"Gue tau lu emosi karena Adam yang perhatian sama Risa, tapi jangan kek gini. Perjuangan lu masih panjang bareng Risa."
"Sisa waktu gue tinggal 3 minggu." Reza ingat kesepakatannya sudah berjalan 1 minggu setelah jadian dengan Risa.
"Maksud lu apa bangsat, lu sakit?" Nando yang tidak paham dengan ucapan Reza mengira maksud tinggal 3 minggu Reza sakit.
"Gue jadian sama Risa karena kesepakatan." Reza tersenyum kecut. 1 rokok habis, Reza mengambil 1 batang lagi di dalam bungkus yang ada di sampingnya.
"Bentar gue kagak paham, jelasin cepet." Nando penasaran apa maksud kesepakatan jadian dengan Risa.
"Gue sama Risa bikin kesepakan, dalam 1 bulan gue harus bikin Risa move on, dan sekarang sisa 3 minggu." Raut wajah yang terlihat kesedihan yang terliat di mata Reza, tapi Nando masih ingin menunggu penjelasan Reza.
"Jadi selama ini lu sama Risa pura-pura jadian?" Nando tidak menyangka selama ini yang dia liat hanya kebohongan.
"Nggak tau, gue sama Risa sama sama setuju pacaran."
"Jadi lu kagak nembak Risa? Gila kalian berdua maen-maen doang ternyata." Nando kini mengambil 1 batang rokok Reza dan menulutkan api dan mulai ikut menyesap. Nando tak menyangka setelah mendengar penjelasan Reza tentang kesepakatannya dengan Risa.
"Perasaan gue ke Risa nggak maen-maen. Gue beneran sayang sama dia. Dan gue yang sebenernya nawarin kesepakatan sama dia. Itu sebenernya alesan gue biar bisa deket sama dia." Reza mentap langit-langit yang kini ditaburi bintang, kenapa cuaca hari ini sangat cerah bahkan hatinya mendung, ditambah lagi Risa yang menerima tawaran Adam saat makan desert membuat Reza kesal dan memilih keluar. Nando bisa tau kalau apa yang Reza ucapkan tidak bohong walaupun Reza mengatakan hanya kesepakatan.
"Lu ajak aja Risa tidur." ucapan Nando barusan membuat Reza sontak memukul kepala Nando.
"Anjing lu, udah gila pikiran lu." Reza emosi dengan ucapan Nando, bisa - bisanya Nando menyuruh Reza mengajak tidur Risa.
"Sakit bangsat." umpat Nando karena Reza memukul belakang kepalanya.
"Congor lu tuh dijaga."
"Oh lu masih waras, gue kira ntar lu putus asa jadi ngikutin saran gue hehe." Nando nyengir karena ternyata dia cuma bercanda.
"Kok gue punya temen gobloknya nggak nanggung-nanggung." Reza berdecak kesal.
"Kalau nggak ada gue, lu pasti kangen nanti."
"Lah gue nggak homo mana bisa kangen sama lu."
"Bangsat haha." Nando mendenang kaki Reza sambil tertawa. Memang cuma Nando kadang yang ada saja tingkahnya membuat Reza tertawa walau hanya sekilas.
Karena beberapa menit Nando dan Reza tidak kembali ponsel Nando berbunyi dan panggilan dari Sofi meminta Nando masuk ke dalam. Nando mengiyakan ucapan Sofi dan akan membawa Reza.
"Sofi minta kita balik ke dalam, mereka udah selesai makan malam. Nggak enak juga disana ada kakaknya Risa. Lu mau dicap buruk sama dia?" Ucapan Nando ada benarnya, untung saja Reza tidak menghabiskan 1 bungkus dan hanya 3 batang saja.
Reza memutuskan kembali ke dalam kedai dan menemui teman temannya. Nando dan Reza pura-pura tersenyum.
"Maaf lama, tadi masih antri sama ni anak perutnya sakit jadi gue tungguin biar nggak ilang." ucap Nando, sementara Reza diam saja dan memutuskan duduk kembali ke tempat duduknya.
Karena sudah kenyang, Dimas meminta tagihan dan membayar semua makanan yang dia pesan. Ika kali ini juga terlihat senang karena makan makanan kesukaannya. Mereka semua keluar dari kedai. Sofi Nando Ika Fadli dan Yudha duluan ke tempat parkir.
"Oh iya Ris Mama Papa minta lu dateng." Adam memegang lengan Risa saat Risa ingin pergi dengan teman-temannya, sebenarnya orang tuanya tidak meminta Risa dateng. Risa yang mendengarnya bingung harus mengatakan apa, jika menolak rasanya tidak enak dengan Reza.
"Sekarang?" Dimas ikut menyaut.
"Iya, katanya ada yang mau diomongin sama Risa." Risa terlihat bingung, ditambah lagi Reza tiba - tiba melonggarkan genggaman tangannya.
"Kenapa nggak bilang sebelumnya, gue kan ada janji sama Reza sama temen-temen." Risa mulai kesal dengan Adam kenapa harus mengatakan dengan mendadak tak membuat janji sebelumnya.
"Gapapa, ikut aja. Jangan pulang malem-malem" Reza menyahut mengalah, karena juga tidak punya hak melarang Risa bertemu dengan siapa.
"Tapi Rez-"
"Mungkin mereka mau ngomong penting, dah gih gapapa lu temuin orang tua Adam." Reza tersenyum sambil mengusap pelan rambut Risa, ekspresi yang kini Reza tunjukkan seolah tidak apa-apa, padahal dalam hatinya ingin menghajar Adam habis-habisan. Reza paham jika maksud Adam ingin mencoba membuat Risa kembali padanya dengan dalih orang tuanya.
"Beneran gapapa?" Risa seperti menunjukkan ekspresi tak enak pada Reza, Reza yang paham sebenarnya Risa ingin menolak tapi tidak bisa.
"Nanti kalau udah sampe rumah jangan lupa hubungin gue ya, gua balik sama Nando." Setelah memberikan izin Reza pamit tak lupa dia memberi salam juga dengan Dimas dan menyusul Nando di tempat parkir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza & Risa
Teen Fiction"Za kalau lu udah bosen sama gue bilang, jangan kek gini!" Risa mulai emosi karena Reza tidak mengatakan kalau dia bertemu dengan Anita sebelumnya di apartemen. "Ris lu ngomong apa sih? gue nggak paham maksud lu." Reza sendiri tidak paham apa maksud...