38

787 88 1
                                    


Thor balikk

.

.

.

.

.

Happy Reading, Good Reader^^

.

.

.


Jimin tak sadarkan diri selama satu hari penuh. Demamnya sangat tinggi dan tekanan darahnya juga menurun drastis sehingga membuatnya terbaring di ranjang pesakitan itu tak berdaya.

Yoongi masih setia menunggu adiknya itu terbangun dengan pikiran yang kacau. Meskipun pada akhirnya adiknya bisa beristirahat dengan cukup tapi bisa dijamin olehnya Jimin masih akan terus berusaha menemui Taehyung.

Ia bingung harus bagaimana sedangkan malam sudah berganti hari dan adiknya masih saja terbaring. Ia sesekali menghela napasnya lelah. Tubuhnya juga sama lelahnya dengan pikirannya.

Siang ini Yoongi memilih keluar sebentar untuk menghirup udara segar. Mungkin berjalan menuju taman rumah sakit tak ada salahnya, pikirnya. Ia juga butuh mendinginkan kepalanya, meskipun tetap berakhir sama setidaknya terobati sebentar.

Ia menatap lurus taman rumah sakit milik keluarga Kim itu tanpa berkedip. Pikirannya melayang entah kemana hingga tak menyadari jika seseorang sedang menatapnya diam tak jauh dari tempatnya duduk.

"Hyung.." Lamunan Yoongi buyar ketika seseorang memanggilnya. Suara itu sangat familiar di telinganya.

"N-namjoon.." Ya, seseorang itu adalah Namjoon. Entah sejak kapan pemuda Kim itu duduk di sampingnya. Yoongi tertegun melihat Namjoon yang menghampirinya.

"Kenapa kau masih disini?" Ucapan Namjoon masih sedatar kemarin. Yoongi hanya bisa menatap lurus kearah taman lagi.

"Jimin sakit dan sampai hari ini belum sadar." Ucap Yoongi singkat. Ia tak tahu lagi harus berucap apa pada Namjoon. Ia hanya tak ingin dianggap oleh saudaranya itu sebagai seorang yang pandai berakting atau yang lainnya sehingga dengan mudah mendapat belaskasihan dari para Kim.

"Apa karena kemarin?" Yoongi menggeleng cepat.

"Tidak. Jimin memang sudah demam sebelum kemari untuk meminta ijin menemui Taehyung. Dia hanya sedikit kacau." Jelas Yoongi lagi karena tak ingin Namjoon salah paham.

"Maaf karena bersikap dingin padamu kemarin, hyung." Yoongi tertegun dengan ucapan maaf dari Namjoon. Mengapa ia harus meminta maaf? Bukankah Yoongi dan Jimin memang pantas mendapatkan perlakuan itu karena kesalahannya?

"Kau benar bersikap seperti itu Joon. Aku yang harusnya minta maaf karena tak bisa berbuat banyak saat Jimin hendak melukai Taehyung. Seharusnya aku menjelaskan semuanya dengan cepat, dengan begitu Taehyung tidak akan seperti sekarang ini." Yoongi menunduk diam. Ia mulai menyalahkan dirinya.

"Aku sudah tahu semuanya. Taehyung memang orang yang begitu nekat dan aku tak bisa mencegahnya. Maafkan sikap Seokjin hyung yang seperti itu. Dia hanya terlalu menyayangi Taehyung karena beberapa waktu silam kami hampir kehilangannya juga." Yoongi menatap Namjoon seketika. Apa maksud dari hampir kehilangan? Namjoon yang seolah tahu raut Yoongi segera menceritakannya.

"Aku tak menyangka bahwa Jung Hoseok dan Hansung adalah dalang dari semuanya. Maksudku, kami adalah rekan kerja dan cukup dekat tapi kurasa rasa bencinya pada Taehyung benar-benar membuatnya hilang kendali."

"Sama seperti Hansung, keluarga Hoseok dibunuh oleh anak buah Taehyung. Tidak, maksudku mereka salah sasaran. Seseorang menjebak Taehyung dan berakhir menewaskan kedua orangtuanya. Hoseok yang dulu tinggal di US tidak tahu akan hal ini sampai pada akhirnya ia berhasil menyamarkan semua identitasnya sendiri tanpa kami tahu siapa dia sebenarnya." Yoongi melebarkan kedua maniknya tak percaya.

"Dia memang seorang yang sangat ahli, hyung. Kemampuannya memang sedikit lebih unggul dariku ataupun si Chwe. Sampai pada akhirnya Taehyung mulai menaruh curiga dan membuatnya dibuang sejauh mungkin." Ucap Namjoon.

"Lalu kaki Taehyung, apa penyebabnya?" tanya Yoongi lagi.

"Itu juga ulah Hoseok. Taehyung masuk dalam perangkap kecilnya sehingga membuatnya kehilangan sebelah kakinya dan harus diganti dengan kaki palsu. Karena hal itu, kami hampir kehilangan Taehyung dulu. Dia hampir diujung kematian dengan semua luka di tubuhnya. Aku tak tega untuk mengingat hal itu lagi dan sekarang.." Namjoon menghela napasnya pelan.

"Aku bersyukur karena kalian baik-baik saja dan Hoseok sekarang sudah tewas. Hanya saja, kondisi Taehyung tidak bisa dikatakan baik. Sulit untuk memperbaiki jantungnya yang sudah sangat rusak."

"Apakah tidak ada cara lain?" Namjoon menggeleng pelan.

"Tidak ada. Tubuh Taehyung berbeda dari kaum angel lain, hyung. Keluarga kami berbeda. Tubuh Taehyung tak bisa menerima jantung orang lain ataupun jantung buatan. Kami seperti sedang menunggu malaikat maut menjemputnya." Namjoon nampak tak bisa menahan rasa sedihnya.

"Namjoon-ah, tolong ijinkan aku dan Jimin bertemu sebentar dengan Taehyung."

"Seokjin hyung tak akan mengijinkan kalian masuk, hyung. Kau seharusnya mengerti setelah melihat reaksinya kemarin."

"Mungkin Taehyung sedang menunggu kedatangan Jimin menjenguknya, Joon. Aku tahu seberapa sayangnya Taehyung pada Jimin. Hanya 15 menit dan tidak lebih. Mungkin dengan Jimin mengajaknya bicara akan membuatnya segera tersadar."

"Tapi kemungkinan dia untuk sadar sangatlah kecil hyung. Bahkan detak jantungnya hampir tak bisa kami rasa saking pelannya." Ucap Namjoon yang membuat harapan Yoongi pupus. Mereka berdua terdiam kembali beberapa saat.

"Bolehkah aku mendonorkan jantungku Joon?" Namjoon menatap Yoongi tak percaya.

"Apa yang kau bicarakan hyung? Itu tidak mungkin. Jangan berbicara yang aneh-aneh. Taehyung mengorbankan dirinya agar kalian berdua tetap hidup, mengapa kau malah ingin mati dengan mendonorkan jantungmu?" ucap Namjoon

"Aku sudah banyak bersalah padanya Joon. Dimasa lalu maupun sekarang, aku sudah membuatnya jauh dari orang tersayangnya yang dulu selalu ada untuknya. Aku sudah membuatnya berpisah dengan Jimin. Aku tahu seberapa beratnya Taehyung menahan ini semua. Aku hanya tak ingin Seokjin hyung membenci Jimin karena kesalahpahaman ini."

"Kalau begitu jangan lakukan atau Seokjin hyung akan semakin membencimu, hyung. Aku tak bisa mengambil jantung seseorang dan membunuh orang tersebut, terlebih adalah saudaraku sendiri. Jangan berpikiran yang aneh-aneh." Yoongi hanya bisa menghela napas.

"Aku tak ingin Jimin terluka karena kau memberikan hal yang berharga di tubuhmu, hyung. Sudah cukup bagi kita untuk saling menyakiti. Aku sudah muak dengan semua drama dunia ini." ucap Namjoon lagi. Ia lelah, ia juga merasa lelah dengan dunia ini. Terlebih harus menunggu suatu hal yang tak pasti seperti saat ini.

Menunggu Taehyung sadar adalah hal yang mustahil, namun dalam hatinya ia selalu ingin berharap jika disuatu waktu adiknya yang menyebalkan akan segera terbangun dari tidur panjangnya.

"Aku harus kembali hyung. Aku tak ingin membuat Seokjin hyung mencariku." Namjoon beranjak dari kursi panjang itu.

"Namjoon-ah.." panggil Yoongi sebelum membiarkan Namjoon pergi.

"Titipkan salamku dan Jimin pada Taehyung. Katakan padanya bahwa Jimin sangat ingin bertemu dengannya." Namjoon mengangguk samar dan pergi tanpa berucap sepatah kata pada Yoongi.

"Aku berharap kau mendengar pesan itu Tae." Gumam Yoongi.

.

.

.

.

.



LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang