14

623 74 1
                                    


Double up.

.

.

.

.

Happy Reading Good Reader^^

.

.

.

"Kau mengingkari janjimu Tae."

.

.

.

.

"Kau benar hyung. Aku menjilat ludahku sendiri." Ucap Taehyung seolah tak peduli dengan masa lalu.

"Aku hanya berkunjung sebentar dan bertemu dengan Jimin." Seokjin yang tengah mencari baju di lemarinya langsung menghadap Taehyung yang masih menatapnya diam.

"Tidak. Ini belum saatnya." Ucap Seokjin tegas

"Kenapa? Aku tak akan melukai siapapun."

"Tidak. Kau harus menahan sebentar lagi Tae." Taehyung terkekeh pelan sembari menatap pisau buah yang ia pegang dan jari kirinya tertusuk pelan karena kegiatannya. Darah menetes pelan dari jarinya.

"Taehyung, keadaan kota ini masih—"

"Aku lebih tahu darimu hyung. Semuanya." ucap Taehyung datar.

.

.

.

.

Jimin malam ini kesulitan untuk jatuh dalam mimpinya. Ia terus-terusan menatap helai bulu putih yang sangat ia kenal itu. Bulu milik seseorang yang sangat ia sayangi bahkan sampai sekarang.

"Taehyung-ah, bagaimana kabarmu disana? Apa kau masih mengingatku?" gumamnya pada bulu itu.

Jimin tanpa babibu mengeluarkan kedua sayap di punggungnya. Bulu hitam legam itu mengepak lebar. Jimin mencabut sehelai miliknya dan menjajarkannya di samping bulu putih itu.

"Bulu kita sangat sama Tae."

Jimin menyampingkan tubuhnya dan seketika kedua sayapnya memeluknya dan menenggalamkannya perlahan. Jimin tertidur dengan rasa rindu yang sangat besar pada saudaranya.

.

.

.

Seseorang berjalan pelan menyusuri koridor rumah sakit yang sudah sepi itu. Jika seseorang melihatnya berjalan, satu kata yang akan mereka ucapkan 'Aneh'.

Seseorang itu memasuki salah satu kamar rawat itu. Seseorang tengah terbaring di ranjang pesakitan itu dengan semua alat medis yang melekat pada tubuhnya. Ia menduduki kursi yang sudah berada disamping ranjang pesakitan itu.

"Bagaimana harimu, sayang? Kau tidur sangat nyenyak sekali." Ucapnya mengelus pelan surai seorang wanita yang terbaring di brankar itu.

"Sebentar lagi, rasa sakitmu akan segera hilang. Tunggu sebentar lagi, hm?" ucapnya yang kemudian mengecup pelan punggung tangan wanita itu.

*tring tring

Ponsel pria itu berdering keras memenuhi ruangan itu. Ia segera mengangkat panggilan itu dan mendengarkan seseorang di balik panggilan itu dengan seksama.

"Hm, siapkan semuanya. Aku akan kembali dalam 15 menit." Ucapnya dan kemudian menutup panggilan itu sepihak. Pria itu melanjutkan obrolannya dengan wanita yang masih setia menutup matanya. Seolah ia percaya jika orang yang dicintainya itu akan tetep mendengarkannya meski tertidur.

.

.

.

"Tetap di tempatmu Kim Taehyung." Ucap Seokjin dengan tegas. Baru kali ini terlihat emosi karena sang adik yang begitu susah untuk diberitahu.

"Aku hanya ingin bertemu dengan seseorang dirumah sakit, hyung." ucap Taehyung santai.

"Aku tak pernah berbohong padamu, hyung." ucap Taehyung lembut mencoba meluluhkan hyungnya.

Seokjin yang masih berdiri sembari menyodorkan jarum suntik yang tentu sangat Taehyung kenal itu perlahan menurunkannya.

"Aku pergi, hyung." ucap Taehyung yang kemudian keluar dari kamar hotel tersebut. Seokjin menghela napas untuk kesekian kalinya.

"Meskipun kau tak berbohong, hyung masih belum pandai mengenal dirimu yang sebenarnya Tae."

Seokjin mencoba untuk tak mempercayai setiap bukti yang ditemukan oleh Namjoon. Ia percaya jika Taehyung bukanlah pembunuh berantai itu, tapi semua itu terbantahkan karena bukti yang beberapa hari lalu Namjoon kirimkan padanya.

Seokjin sontak terkejut. Ia tak bisa mempercayai bukti itu, tapi Namjoon sendiri sudah menjelaskan semuanya. Namjoon juga tak bisa mempercayai bukti itu awalnya tapi setelah di telusuri lebih lanjut. Ia tak bisa berbuat banyak selain melindungi sang adik dari bahaya.

.

.

.

Jimin yang malam ini melembur itu harus dibuat batal karena Yoongi hyungnya meminta untuk segera pulang ke rumah. Jimin dengan segera menancap gas untuk segera kembali rumah. Ia sedikit kesal karena sang hyung yang terkadang bersikap seperti itu.

"Jangan bilang dia mabuk lagi. Aishh.." gumamnya pelan.

Jimin segera memarkir mobilnya di basement dan menuju apartemennya segera.

Dibukanya pintu itu dan rumah dalam keadaan gelap. Jimin berjalan perlahan mencoba mencari saklar lampu ruang tamu. Setelah berhasil menemukannya, ruang tamu menjadi terang seketika. Jimin melebarkan matanya melihat sang hyung yang sudah tergeletak tak sadarkan diri dilantai.

"Y-yoongi hyung? hyung! bangun.. Jangan bercanda!" Jimin mencoba tetap tenang dan mengecek suhu tubuh dan deru napas Yoongi hyungnya. Jimin sedikit lega karena napas Yoongi cukup teratur.

Ia segera menidurkan hyungnya di sofa dan mengecek gelas yang tergeletak di atas meja. .

Diceknya aroma dalam gelas itu.

"Obat tidur?" gumamnya

"Tidak biasanya Yoongi hyung meminum obat tidur." Gumamnya lagi.

*Tuk tuk tuk

Jimin yang mendengar langkah kaki seseorang itu segera waspada. Ia tak menyadari jika bukan hanya mereka berdua yang ada di rumah itu. Jimin bahkan tak terpikirkan jika pintu apartemen dalam keadaan terbuka dan tidak terkunci.

"Jimin..." sapa seseorang dalam kegelapan yang wajahnya tak bisa Jimin lihat jelas.

"Senang bertemu denganmu lagi. Min Jimin." Jimin terdiam disaat wajah seseorang itu mulai terkena cahaya lampu.

"Taehyung?"

.

.

.

.

LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang