18

614 70 2
                                    


Thor balikk


.

.

.

.


Happy Reading, Good Reader^^

.

.

.

Setelah pertemuan singkat mereka, Kim bersaudara berpamitan dengan paman Jeon dan Jungkook untuk segera kembali ke mansion. Jungkook yang sebenarnya belum rela ditinggal pergi saudaranya itu merengek ingin ikut tapi dilarang oleh Namjoon.

"Maaf Kook, kita belum bisa mengajakmu di mansion. Ada beberapa hal yang mungkin tak ingin kau lihat disana." Ucap Namjoon menakuti kelinci bongsornya itu. Jungkook seketika kicep karena mendengar hal itu. Siapa yang tak tahu kebiasaan ketiga hyungnya itu.

Pada akhirnya Jungkook hanya bisa mengucapkan selamat jalan pada Kim bersaudara itu. Setelahnya paman Jeon dan Jungkook kembali ke ruang keluarga rumah mereka yang ternyata seseorang sudah menunggu disana.

"Kau sudah mendengarnya kan? Jimin hyung?"

.

.

.

Ya, seseorang itu adalah Jimin yang rela ke Jepang untuk memastikan sesuatu. Bukan Jimin jika tidak menuntaskan rasa penasarannya yang setiap hari menghantuinya lebih sering.

Jimin terdiam sembari menatap mochi di depannya. Mochi sisa yang dimakan Taehyung beberapa waktu lalu. Jimin merindukan Taetae nya. Bahkan ketika ia melihat dari balik ruangan monitor cctv, ia tak bisa berhenti memperhatikan saudaranya itu.

Jimin terus menatap Taehyung dari layar komputer seolah mencoba menyalurkan rasa rindunya meskipun berakhir sama saja. Namun, perasaan Jimin masih dilanda kegundahan yang sangat besar.

Cara berjalan Taehyung terlihat berbeda meskipun bisa saja ditutupi. Tapi mata elang Jimin seolah melihat sesuatu yang janggal dari cara berjalan saudara yang terkesan sedikit aneh, seperti diseret pelan. Mungkin orang-orang tak akan menyadarinya tapi Jimin bisa melihatnya dengan jelas.

"Jungkook-ah, apa kau melihat cara berjalan Taehyung yang sedikit aneh?" tanya Jimin mencoba memastikan penglihatannya. Jungkook menggeleng.

"Tidak ada yang salah dari cara berjalan Taetae hyung. Dia terlihat biasa kok." tambah Jungkook.

"Begitu ya?"

"Aku harus kembali sekarang." ucap Jimin sembari bangkit dari kursinya.

"Hah? Sekarang? tapi kau belum makan hyung." cegah Jungkook

"Aku akan makan di pesawat, aku sudah memesan tiket untuk penerbangan jam 7. Aku pergi, titipkan salam pada paman Jeon." Jimin dengan cepat melesat keluar rumah keluarga Jeon dan meninggalkan Jungkook yang masih tak percaya dengan sikap Jimin hyungnya itu.

"Mentang-mentang kaya. Saudaraku tidak ada bedanya semua." Gerutu Jungkook pada dirinya sendiri. *Maaf Kook, tolong ingat kau juga salah satu diantara mereka.

.

.

"Kenapa kita harus pulang tergesa-gesa Tae?" tanya Namjoon yang masih tak percaya adiknya itu yang meminta kedua hyungnya untuk segera pulang kembali ke mansion. Taehyung masih terdiam dan sibuk dengan pikirannya.

"Kurasa jika kita lebih lama disana, semua hal dari kita akan terbongkar hyung." ucap Taehyung singkat. Namjoon dan Seokjin masih belum mengerti arah pembicaraan adiknya itu.

"Seseorang mengawasi kita dari cctv." Namjoon terdiam dan Seokjin masih fokus pada menyetirnya.

"Maksudmu Tae?" tanya Seokjin

"Itu tadi maksudku. Seseorang mengawasi kita meski aku tak tahu itu siapa." Tambahnya lagi.

"Namjoon-ah, bagaimana dengan penyelidikanmu." Tanya Seokjin dengan nada serius. Ok, sekarang mereka sedang di mode serius mereka.

"Seperti yang sudah kujelaskan beberapa waktu yang lalu hyung. Aku tak bisa memprediksi kejadian selanjutnya dan menghentikan ini terlalu beresiko. Ditambah lagi aku masih mencari dalangnya juga. Ini sangat aneh menurutku hyung. Semua terlihat seolah sudah disiapkan dengan matang." Jelas Namjoon sembari mengotak-atik smartphonenya. Taehyung memilih diam mendengarkan penjelasan kedua hyungnya.

"Lihat ini hyung." Seokjin melirik sejenak karena harus fokus dengan kemudinya.

"Taehyung?" ucapnya sembari mengerutkan keningnya. Taehyung melirik Seokjin sejenak. Namjoon menggelengkan kepala.

"Bukan hyung. Pemuda ini memang terlihat seperti Taehyung kita tapi itu bukan Taetae. Aku benar-benar kagum dengan pemuda ini. Semua terlihat sama dari sisi manapun namun tidak dengan kakinya." Jelas Namjoon.

"Menepi hyung." pinta Namjoon. Seokjin dengan segera menepikan mobilnya ke jalanan yang cukup sepi karena mengingat hari memang sudah mulai gelap. Namjoon memutar video pendek yang disaksikan oleh Taehyung dan Seokjin bersama.

"Kalian lihat? Ini terjadi beberapa hari yang lalu. Aku mendapatkan video ini dari salah satu rekanku di Seoul." Jelas Namjoon. Seokjin dan Taehyung terdiam sejenak.

"Mereka benar-benar menyalakan api peperangan padaku. Brengs—"

*BRAKKK..

.

.

.

.

.

.

Kepulan asap memenuhi mobil saudara Kim. Seseorang baru saja menabrakkan mobilnya pada mobil mereka. Cukup parah hingga bagian belakang mobil terlihat hancur. Seokjin, Namjoon dan Taehyung masih didalam. Namjoon terlihat tak sadarkan diri sedangkan Seokjin dan Taehyung mencoba melepas sabuk pengaman mereka.

Dengan kekuatan yang ada, Taehyung membuka paksa sabuk pengamannya yang sedikit tersendat. Seokjin akhirnya lepas dari sabuk pengamannya dan mencoba melepaskan sabuk yang dikenakan Namjoon.

"Tae, keluarlah dulu dan tarik hyungmu." Pinta Seokjin lirih. Taehyung mengangguk pelan dengan pelipis yang sudah mengeluarkan darah cukup parah. Pening dikepalanya tak ia hiraukan karena keselamatan kedua hyungnya lebih penting.

Setelah keluar, Taehyung segera membuka pintu depan dan menarik Namjoon keluar diikuti dengan Seokjin. Mereka terduduk sejenak di tanah. Jalanan itu sepi dan tak ada satu kendaraan pun yang lewat. Taehyung segera merogoh ponselnya dan menelpon orang-orang di mansion.

"Cepat kemari dalam waktu 10 menit." Ucapnya dingin lalu menutup panggilan itu.

"Kau tak apa hyung? Namjoon hyung hanya pingsan, jangan khawatir. Ini, bersihkan darah di lenganmu." Ucap Taehyung sembari memberikan sapu tangannya pada Seokjin.

"Tae, cepat ambil ponsel Namjoon di dalam." Taehyung mengangguk dan berjalan pelan mengambil ponsel Namjoon yang layarnya sudah retak.

"Simpan dan jangan sampai hilang." Ucap Seokjin lagi dan segera Taehyung kantongi ponsel itu.

"Aku tak sabar untuk membunuh mereka." Ucap Taehyung sembari mengusap darah di pelipisnya yang masih mengalir.

"Jangan terburu-buru Tae. Kita harus mengatur semuanya, tapi yang utama sekarang adalah ini." ucap Seokjin menatap Namjoon yang masih tak sadarkan diri.

"Apapun untuk kalian, Hyung."

.

.

.

.



LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang