11

660 77 1
                                    

Thor balik lagi...

.

.

.

.

.

Hapy Reading, Good Reading^^

.

.

.

Seokjin yang baru turun dari kamarnya mendapat hadangan oleh sang adik, Taehyung. Dengan tangan yang ia lipat di dadanya Taehyung menatap sang hyung diam. Seokjin mengernyitkan dahinya heran dan kemudian melihat seisi rumah mencoba mencari Namjoon.

"Ada apa Tae? Jangan menatap hyung seperti itu." ucap Seokjin sembari merapikan jas yang ia kenakan.

"Hyung ingin pergi sekarang?" Seokjin mengangguk singkat.

"Iya, ada yang harus hyung selesaikan disana. Kau tak ada jadwal? Namjoon kemana?" Seokjin mencoba mengalihkan pembicaraan sang adik.

"Tidak. Aku ikut denganmu."

"Tidak." ucap Seokjin cepat dan menghentikan Taehyung berjalan melewatinya.

"Kenapa? Hyung takut aku membunuh warga sipil di negara kelahiranku?" ucap Taehyung seolah mengejek dirinya sendiri. Seokjin terdiam sejenak.

Ia kembali teringat dengan kasus yang sedang gempar di Korea dan bulu Taehyung ada ditangan Jimin. Ia tak mungkin membawa sang adik kembali ke tanah kelahirannya dan berakhir di penjara.

Taehyung terdiam melihat Seokjin hyungnya yang terlihat sedang memikirkan sesuatu dengan serius.

"Apa kau takut aku bertemu dengan Jimin, hyung?" ucap Taehyung lirih dan sukses membuyarkan pikiran Seokjin.

"B-bukan seperti itu Tae. Hanya saja, ini bukan waktu yang tepat." Ucap Seokjin mencoba mencari alasan yang tepat dan dapat diterima oleh akal dan pikiran Taehyung.

Taehyung terdiam dalam lamunan, entah mengapa setiap kali ia mendengar nama Jimin moodnya cepat sekali mendung. Taehyung masihlah sama. Taehyung masihlah menyayangi Jimin sama besarnya seperti ia menyayangi kedua hyungnya.

Karena mereka adalah saudara, tapi ia memang sudah berjanji untuk tak lagi menginjakkan kaki ke tanah kelahirannya. Taehyung pun sedikit bimbang. Entah mengapa seminggu ini ia selalu dirundung rasa cemas dan rindu secara bersamaan terhadap saudaranya itu.

Taehyung ingin bertemu dengan Jimin. Ia ingin tahu bagaimana kabar orang tercintanya. Ia ingin tahu apakah Jimin hidup dengan baik bersama Yoongi hingga sekarang. Taehyung sangat ingin tahu.

"Taehyung-ah." Taehyung tersadar karena panggilan Seokjin yang menatapnya cemas.

"Hyung berangkat dulu. Kau tampak pucat. Sekarang beristirahatlah di kamarmu. Hyung hanya akan pulang dalam waktu dua hari." Ucap Seokjin yang menenteng tas punggungnya.

"Hyung.." panggil Taehyung lagi dan Seokjin menunggu ucapan Taehyung selanjutnya.

"Hati-hati."

Seokjin tersenyum hangat pada sang adik. Dikecupnya pelan dahi Taehyung dan Seokjin berlalu pergi meninggalkan Taehyung yang masih berdiri menatap pintu yang baru saja hyungnya lewati.

Taehyung segera merogoh saku cardigannya dan menekan dial nomor secara acak. Ditempelkannya ponsel itu ke daun telinga dan panggilan itu tersambut.

"Moodku sedang buruk. Siapkan tiga buah sekarang. Dimarkas." Ucap Taehyung dingin.

.

.

.

Seokjin kembali ke Korea dengan jet pribadinya. Jujur saja, akses udara memang lebih mempersingkat waktunya untuk segera sampai ke tempat tujuan dan segera pulang ke rumah.

Seokjin menatap langit cerah tanpa awan itu. Seketika ia teringat obrolan singkatnya dengan sang adik yang dirasa sedikit canggung dan aneh itu.

Seokjin yang sudah hidup bertahun-tahun dengan sang adik terkadang masih tak bisa memahami jalan pikiran Taehyung yang sekali lagi begitu random itu. Ia selalu dilanda rasa khawatir pada sang adik, jikalau sang adik berbuat yang tidak-tidak sampai mencelakakan dirinya sendiri.

Tapi setelah melihat sang adik yang terdiam cukup lama tadi, ia kembali berpikir. Apakah Taehyung sudah benar-benar melupakan masa lalu atau justru membawa masa lalunya di kedua bahu lebarnya itu.

Seokjin segera mungkin merogoh saku jasnya, menulis sesuatu dan mengirimkannya pada seseorang.

.

.

"Apakah sudah?" ucap Taehyung dingin pada salah satu bawahannya. Anak buah Taehyung menunduk hormat padanya sembari membawa peralatan yang Taehyung inginkan.

Taehyung membelah ruangan remang-remang itu dengan tatapan kosong. Ia tak memperdulikan raungan dan rintihan pula yang ada disetiap ruangan yang ia lewati.

Dibukanya ruangan salah satu itu dan diikuti oleh dua anak buah Taehyung. Ia menatap dengan tatapan kosong penuh rasa kesal dan marah.

Tangannya terulur lembut kesamping meminta sesuatu pada pengawalnya. Diberikannya cambuk besi yang penuh duri oleh sang pengawal itu.

"Moodku benar-benar sedang buruk sekarang."

*Ctass Ctass!!

Cambukan demi cambukan itu mengenai manusia tak berdosa yang Taehyung pesan. Dengan mulut tersumpal dan tubuh terikat ketiga manusia itu tak bisa berbuat apa-apa. Rintihan pelan terdengar di telinga Taehyung dan itu membuatnya terkekeh pelan.

"Persetan!"

*Ctass Ctass

Cambukan itu semakin lama semakin keras dan kuat. Ketiga tubuh itu sudah tergeletak tak berdaya beberapa menit yang lalu dan ruangan itu sudah dipenuhi dengan darah dan bau anyir yang menyengat.

Setelah ia Taehyung puas ia membuang cambuk besi itu asal dan keluar dari ruangan itu dengan wajah yang lebih tenang.

"Lakukan semau kalian." Ucap Taehyung pada kedua anak buahnya dan ia pergi berlalu entah kemana.

.

.

.

"Iya hyung? ada apa?" ucap Namjoon yang tiba-tiba mendapat panggilan dari Seokjin.

'......'

"Taehyung? Kulihat pagi tadi, ia masih dikamarnya. Memangnya ada apa hyung?"

'......'

"Baiklah, akan ku cek segera."

.

.

.


LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang