36

830 81 0
                                    

Thor baliikkk..

.

.

.

Sudahkah Good Reader siap untuk detik-detik Ending???

.

.

.

.

Happy Reading, Good Reader^^

.

.

.

Tepat seminggu juga Jimin dan Yoongi dipenuhi rasa khawatir akan keadaan Taehyung. Mereka memang sudah keluar dari rumah sakit yang mana memang bukan rumah sakit milik saudara mereka.

Karena seperti yang sudah pemuda blasteran itu katakan, ambulans membawa mereka ke rumah sakit yang cukup jauh dari pusat kota. Sehingga mereka tak akan kembali ke Seoul untuk waktu yang dekat.

Jimin dirundung rasa khawatir. Ia sangat ingin bertemu dengan Taehyung tapi ia juga memikirkan resiko yang akan ia hadapi nanti. Ia tahu dirinya bersalah, itulah mengapa ia ingin menebus kesalahannya.

Tapi apakah bisa? Melihat bagaimana terlukanya Seokjin ketika melihat Taehyung tergeletak di lantai karena tembakannya. Sorot mata itu berbeda, dan Jimin tahu Seokjin benar-benar sangat marah dengannya saat.

Ah, bukan hanya Seokjin saja tapi juga pemuda blasteran itu. Tatapan dan nada tak bersahabat itu seolah menusuk lehernya. Apakah Namjoon juga akan membencinya seperti yang Seokjin dan pemuda blasteran itu lakukan?

Mungkin, ya mungkin saja. Siapa yang tak marah jika adiknya dilukai? Siapa yang tak benci disaat adiknya merelakan nyawanya untuk orang yang sudah tak menganggapnya ada? Namjoon berhak membencinya. Ya, Seokjin pun juga berhak marah padanya.

Di rumah sederhana yang masih Jimin dan Yoongi tinggali itu hanya ada kesunyian. Mereka berdua seolah seperti orang asing dirumah itu. Tidak ada obrolan seperti biasanya.

Keduanya masih mencoba mencerna semua peristiwa seminggu yang lalu. Tentang Jung Hansung, tentang Jung Hoseok dan tentang Taehyung. Semua seolah seperti sebuah cerita yang memang sengaja dibuat untuknya. Ya, Jimin merasa seperti itu. Ia seperti sudah dimanfaatkan dan ditipu terutama oleh Jung Hoseok, si mr.X yang sebenarnya.

"Hyung.." panggil Jimin pada Yoongi yang tengah membuat secangkir kopi. Yoongi masih sangat fokus pada kopinya hingga mengabaikan panggilan adiknya.

"Ayo kunjungi Taehyung." Yoongi seketika menatap diam sang adik.

"Tidak."

"Tapi aku sudah melukai Taehyung, hyung." Ucap Jimin tak percaya dengan tanggapan Yoongi.

"Kabar burung itu pasti benar. Taehyung koma dan sampai sekarang belum sadar. Aku—aku ingin melihat keadaannya." Ucap Jimin. Yoongi meletakkan cangkir krimnya sembari menghela napas.

"Seokjin hyung dan Namjoon tidak akan mengijinkan kita melihatnya, Jim." Yoongi akhirnya bersuara.

"Tapi kita belum mencobanya hyung." Jimin masih keras kepala.

"Kau belum tahu seperti apa Kim Seokjin dan Kim Namjoon marah, Jim. Mereka tak akan segan-segan membunuhmu, seperti apa yang sudah dia katakan di gedung itu." Jimin seketika teringat dengan ucapan Seokjin.

"Kasus ini sudah dihentikan dan membunuh banyak korban. Bahkan rekan-rekanmu tak bersisa karena pemuda blasteran itu. Kita hanya bisa menunggu Taehyung terbangun dari komanya dan meminta kita bertemu dengannya."

"Bagaimana jika tidak? Bagaimana jika Taehyung tak akan pernah bangun dari koma dan pergi jauh? Aku sudah jelas-jelas membunuhnya hyung. Pistol yang kugunakan berbeda dari pistol biasa dan tembakan itu tepat mengenai jantungnya. Kau tahu clan Kim kita berbeda dari clan angel lainnya. Tubuh Taehyung berbeda dan akan sulit melakukan transfusi pada tubuhnya. Aku sudah membunuhnya hyung. Aku sudah—"

LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang