16

645 70 1
                                    


Thor balik lagi..

.

.

.

.

Happy Reading Good Reader^^

.

.


Kasus itu tanpa sadar berjalan selama setahun tanpa adanya titik terang. Kepolisian mulai jengah dengan kasus tersebut dan yang membuat heran adalah bersamaan dengan hilangnya kabar saudara Kim, korban pembunuhan mutilasi itu ikut terhenti. Tidak ada lagi korban yang berjatuhan dan semua seakan berhenti seperti ada seorang yang mengaturnya di balik layar.

Jungkook yang malam ini sedang ada pertemuan meminta Jimin untuk menemaninya. Berhubung ia sedang cuti, Jimin menerima ajakan tersebut. Pertemuan itu diadakan disalah satu hotel ternama dan hanya beberapa kolega dari keluarga Jeon yang diundang.

Acara itu berlangsung lancar dan santai. Namun tetap saja ada desas desus yang tak mengenakan terdengar di telinga Jimin dan Jungkook. Siapa lagi kalau bukan keluarga Kim yang mereka bahas. Telinga Jimin entah mengapa terasa panas mendengar gosip simpang siur tersebut. Jungkook yang terus disampingnya hanya bisa menepuk punggung Jimin menenangkannya.

Kabar bahwa beberapa kolega perusahaan Kim mencabut saham mereka memang benar adanya. Jungkook sendiri yang mengatakannya pada Jimin dan ternyata tamu-tamu disana juga sedang memperbincangkannya.

Bagaimana tidak, karena beberapa orang yang terbunuh berasal dari kolega Kim. Itulah mengapa mereka memilih mengundurkan diri dan mencabut semua saham yang mereka tanam di perusahaan Kim.

Meskipun sebenarnya itu adalah tindakan bodoh karena estafet bisnis perusahaan Kim memang tak main-main, tapi sekali lagi mereka lebih sayang nyawa mereka. Lebih baik menghindari Kim family daripada hilangnya nyawa.

Jimin yang sudah tidak tahan dengan gosipan itu memilih pergi secepat mungkin meskipun acaranya belum selesai. Jungkook hanya bisa mengekor dari belakang dan berpamitan dengan kolega yang ada di acara tersebut.

"Hyung, acaranya kan belum selesai." Ucap Jungkook yang sebenarnya tak enak dengan para tamu disana. Jungkook hanya merasa itu sedikit tak sopan.

"Aku heran, bagaimana mulut busuk itu bisa menjadi kolega keluarga Kook." Ucap Jimin yang tak bisa membendung kekesalannya.

"Hyung, kau harus mengatur emosinya. Kenapa akhir-akhir kau menjadi lebih sensitif? Kau seperti Yoongi hyung." ucapan Jungkook membuat Jimin terdiam sejenak.

Benarkah ia sudah berubah, benarkah ia sudah bukan Jimin yang dikenal oleh orang-orang terdekatnya. Jimin terdiam dengan pikirannya sendiri. Ia merasa kesal namun juga bingung.

"Kookie-ah, apa aku berubah?" tanya Jimin yang dibalas kernyitan heran dari Jungkook.

"Maksud hyung?" tanyanya bingung

"Aku bukan Jimin yang dulu?" tanyanya lagi

"Kenapa tiba-tiba tanya seperti itu? Kau masih Jimin yang biasanya, hyung." Ucapan Jungkook membuatnya menghela pelan.

Jimin segera memasang sabut pengamannya diikuti dengan Jungkook yang masih dilanda kebingungan dengan sikap sepupunya itu. Jimin menyalakan mobilnya dan membelah jalanan malam yang basah akan air hujan.

Selama perjalan mereka hanya terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Jungkook yang tak paham dengan Jimin memilih menatap keluar jendela mobil dan melihat-lihat sekitar.

Hari sudah benar-benar malam dan mereka belum juga sampai ditujuan yaitu rumah. Entah rumah Jungkook atau rumah Jimin. Jungkook kembali terheran karena sang hyung justru mengajaknya ke sungai Han yang tak cukup ramai itu.

"Kenapa kita kesini hyung?" tanya Jungkook. Jimin masih terdiam dan melepas sabuk pengamannya.

Ia mengulurkan tangannya ke kursi belakang dan mengambil empat kaleng bir untuknya dan Jungkook.

"Sejak kapan kau jadi suka minum-minum hyung?" Jungkook benar-benar banyak tanya sekarang.

"Ayo keluar, aku butuh mendinginkan kepala." Ajak Jimin yang sudah keluar dari mobilnya. Jungkook mengikutinya dari belakang.

Mereka duduk disalah satu kursi yang sudah tersedia di tepi sungai Han. Suasana malam ini entah mengapa sedikit mendung. Mungkin karena sore tadi hujan, makanya tidak banyak orang yang berkunjung disana. Meskipun air mancur dan lampu kelap-kelip masih menyala dan menghibur siapa saja yang melihatnya.

"Jungkook-ah.." panggil Jimin setelah menyesap bir di kaleng miliknya. Jungkook mendehem acuh, karena sibuk dengan kaleng birnya yang susah dibuka.

"Aku bertemu dengan Taehyung." Bersamaan dengan kaleng bir Jungkook yang terbuka, beberapa dari air itu muncrat dan mengenai lengan jas Jungkook.

"Maksud hyung?" Jungkook benar-benar tak tahu dengan Jimin hyungnya sekarang.

"Tepat ditanggal ini, tahun lalu. Aku bertemu dengannya untuk pertama dan terakhir kalinya." Jungkook terdiam dan terus mendengarjan Jimin bercerita sembari menyesap bir miliknya.

"Katanya, aku bukan Jimin yang dulu ia kenal. Aku sudah banyak berubah." Jelasnya lagi.

"Apa perkataannya itu benar Kook?" tanya Jimin setelahnya. Jungkook terdiam mencoba memilih kata yang benar dan dapat diterima oleh hyungnya. Namun pada akhirnya ia diam tak menjawab karena tak menemukan kata yang tepat.

.

.

.

Seseorang sedang sibuk didepan tiga layar komputer. Dengan mengetik acak di keyboard ia menulis sesuatu yang tak bisa dimengerti oleh orang awam. Dengan kekehan pelan dan senyuman yang mengerikan dia menemukan target selanjutnya.

"Sudah saatnya kita keluar, Kim." Gumamnya pelan.

Ia menekan acak angka di layar ponselnya, berniat untuk menghubungi seseorang.

"Lama tak bertemu kawan lama. Saatnya bersenang-senang. Kau sudah lama berdiam diri." Ucapnya pada seseorang itu pada orang di balik panggilan itu.

Terdengar samar perkataan orang dibalik telefon itu yang tentu membuat seseorang itu tertawa nyaring.

"Aku juga menyayangi. Sampai bertemu dipermainan selanjutnya." Panggilan itu terputus sepihak dan dilemparkannya ponsel itu kesegala arah.

"It's show time, bae".

.

.

.



.

.


Jadi adakah diantara Good Reader yang sudah mulai bisa menebak siapa dalang dibalik pembunuhan ini?

LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang