13

618 71 0
                                    


Thor balik lagi

.

.

.

.

Happy Reading, Good Reader^^

.

.

.

Setelah obrolan panjang itu Seokjin pamit untuk kembali ke hotel karena sudah terlambat untuk beristirahat. Yoongi masih di kursi tempatnya duduk, begitu juga dengan Jimin. Jimin masih terdiam dengan pikirannya sendiri dan Yoongi masih tak menyadari jika sang adik sedang duduk tepat dibelakangnya.

Yoongi yang terlihat menyesap habis kopinya mulai beranjak dari duduknya dan pergi dari cafe tersebut. Malam ini adalah hari yang melelahkan seperti biasanya. Setidaknya itu yang Jimin rasakan.

Jimin terus bergelut dengan pikirannya hingga tanpa sadar kopi dalam cangkirnya sudah habis ia minum entah sejak kapan.

"Mengapa kasus ini menjadi semakin mencurigakan. Siapa pembunuh itu sebenarnya?" gumam Jimin pada dirinya sendiri.

"Jika aku tak bertemu dengan Taehyung langsung. Kasus ini tak akan berakhir dengan cepat. Aishh!." Jimin merasa kesal dengan dirinya sendiri.

Jimin pun lebih memilih pergi dari cafe itu dan kembali ke rumah menyusul hyungnya yang ternyata sudah pergi lebih dulu.

Jimin membelah jalanan kota yang masih saja ramai itu. Mungkin karena ini Jumat malam jadi anak-anak muda sedang keluar untuk bersenang-senang. Jimin terus fokus pada jalanan hingga seseorang hampir saja ia tabrak karena keteledoran si pejalan kaki itu. Jimin menghentikan mobilnya dan segera keluar untuk mengecek keadaaan pejalan kaki itu.

"Anda tidak apa-apa? Seharusnya anda memperhatikan lamp—Hoseok hyung?"

Jimin cukup terkejut siapa pejalan kaki itu yang ternyata adalah Jung Hoseok, rekan dari Yoongi hyungnya.

"A-ah.. m-maafkan aku Jimin-ssi. Aku sedang buru-buru tadi." Ucap Hoseok yang tampak panik dengan peluh membasahinya seperti baru lari maraton. Wajahnya sedikit pucat dan yang paling anehnya lagi ia tak memakai alas kaki.

"Apa yang baru saja terjadi padamu hyung? Kau tampak sangat berantakan." Hoseok yang sadar dengan penampilannya langsung mencoba membenarkan pakaian dan rambutnya.

"A-ah.. hanya sedikit masalah tadi. Sekali lagi maafkan aku, Jimin-ssi."

"Ayo ikut bersamaku saja hyung. Akan ku antar kau pulang." ucap Jimin membantu Hoseok berdiri dan membantunya masuk ke dalam mobilnya.

Jimin dan Hoseok pun pergi dari tempat itu dan membawa Hoseok pulang ke rumahnya. Karena pikirnya Hoseok butuh sesuatu yang bisa menenangkan dirinya sekarang.

Sesampai di rumah Yoongi ternyata masih sibuk dengan pekerjaannya di ruang tamu. Yoongi yang melihat adiknya masuk lagi ke rumah dengan membawa Hoseok mengernyit heran.

"Jimin? Bukankah kau tadi sudah pulang? Hoseok-ah, kau tampak..." ucap Yoongi yang menggantung.

"Ada sedikit urusan tadi hyung. Ah, biarkan Hoseok hyung beristirahat sebentar hyung. Hoseok hyung, silahkan duduk. Aku buatkan teh hangat dulu ya." Ucap Jimin yang dibalas anggukan kecil oleh Hoseok.

Hoseok duduk disamping Yoongi yang masih menatapnya lamat. Hoseok yang mulai tak nyaman dengan tatapan itu memukul pelan lengan Yoongi.

"Apa yang terjadi?" ucap Yoongi serius seolah menginginkan jawaban secepatnya. Hoseok menghela napas pelan.

"Ceritanya rumit, hyung." ucap Hoseok singkat.

"Sederhanakan. Apa kau menemukan sesuatu dari kasus ini?" Hoseok seketika melebarkan matanya menatap Yoongi. Yoongi menyeringai tipis dan menyesap teh hangatnya pelan.

Hoseok terdiam sejenak dan Jimin kembali dengan membawa senampan teh hangat dan cemilan ringan untuk mereka bertiga.

"Minumlah hyung." pinta Jimin dan Hoseok segera meminumnya. Tak lupa ia berucap terimakasih pada Jimin atas kebaikannya.

"Bagaimana kau bisa diluar sana tanpa alas kaki hyung?" ucap Jimin dan Yoongi melirik kaki Hoseok yang sedikit lecet.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Yoongi tak sabaran.

"Aku tak bisa menceritakan ini secara detail, tapi selama hampir setengah jam tadi aku seperti terus diikuti oleh seseorang. Aku baru saja keluar untuk makan malam dan bodohnya ponselku tertinggal di apartemen. Aku tak bisa menghubungi seseorang dan terus berjalan ke tempat ramai agar orang itu kehilangan jejakku."

"Lalu kakimu itu bagaimana?" ucap Yoongi yang benar-benar tak sabaran.

"Aku berkelahi dengannya sebentar. Kau tau kan sepatu boots yang kupakai itu hyung?" Yoongi mengangguk pelan.

"Aku melemparkannya tepat di kepalanya dan berlari sejauh mungkin." Yoongi mengangguk pelan karena ia tahu sepatu boots yang sering dipakai Hoseok itu sangat keras dan sedikit berat.

"Kau melihat wajahnya hyung?" tanya Jimin dan dibalas gelengan pelan.

"Yang aku tahu, cara berjalannya sedikit aneh."

Jimin berpikir sejenak. Ragu dengan pemikirannya sendiri. Jimin yang merasa Hoseok butuh istirahat meminta dirinya untuk bermalam di kediaman mereka. Lagi pula ia takut jika Hoseok kembali ke apartemennya, penguntit itu akan menganggunya lagi.

.

.

.

Seokjin yang kembali dari pertemuannya dengan Yoongi itu masuk ke kamar hotelnya. Ya, hotelnya yang berati milik keluarga Kim. Dibukannya pintu kamar itu dan ia tampak terkejut dengan kunjungan seseorang yang sedang duduk menghadapnya.

"Bagaimana kau bisa masuk, Taetae-ah?"

Taehyung yang dipanggil Taetae itu mengangkat sebelah alisnya. Seolah itu adalah jawabannya.

"Itu mudah. Aku memiliki akses kesemua properti keluarga Kim, hyung." Seokjin hanya bisa menghela napas lelah karena tingkah adiknya.

Seokjin merasa kesal karena Namjoon yang ia tugaskan untuk menjaga singa kecilnya itu justru lepas dari pengawas pawangnya.

"Sejak kapan kau sampai Tae?" ucap Seokjin sembari melepas jasnya.

"Saat hyung menutup kamar ini." Seokjin melebarkan matanya saking terkejutnya.

"Dan dengan apa kau kemari?" ucap Seokjin lagi.

"Terbang tentu saja. Jet di mansion tidak hanya satu." Ucap Taehyung sembari terus memainkan pisau buah di kamar itu yang menurutnya sangat cantik. Seokjin sekal lagi menghela napas pelan.

"Kau mengingkari janjimu Tae." Ucap Seokjin lirik dan Taehyung terdiam sejenak.

.

.

.

.


LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang