Happy Reading, Good Reader^^
.
.
.
.
Taehyung pergi untuk kedua kalinya dalam hidup Jimin. Setidaknya yang pertama dulu ia masih percaya jika saudaranya itu baik-baik saja, tapi sekarang yang kedua ini ia harus benar-benar membuka matanya bahwa Taehyung pergi dan tak akan pernah kembali dimanapun itu.
Lukanya kembali terkuar, penyesalannya kembali membesar. Jimin menyalahkan dirinya. Ia sadar betul bahwa ini semua adalah kesalahannya. Jimin pantas dapat hukuman, ia pantas dihukum karena sudah melukai Taehyung berkali-kali.
Semua orang benar-benar sangat merasakan kehilangan sosok Taehyung dalam hidup mereka. Kim bersaudara memilih pergi entah kemana dan hanya Vernon dan Seungkwan yang tahu keberadaanya. Seokjin tak sanggup berada di dua negara yang penuh akan kenangannya dengan sang adik.
Ia tak sanggup jika harus mengingat hal itu terus menerus dan berakhir masuk ke ruang psikiater. Pada akhirnya Namjoon mengajar Seokjin untuk pergi sejauh mungkin dan dengan membawa abu adiknya.
Jika kalian bertanya tentang nasib perusahaan Kim, itu semua sudah diambil alih Vernon dan Seungkwan untuk sementara bersama dengan beberapa tim kepercayaannya. Karena dua sahabat itu sudah resmi menjadi bagian dari keluarga Kim, itulah kenapa Namjoon mengandalkan mereka.
Jimin kembali bekerja dan mendapat promosi naik pangkat. Semua orang bangga dengan pencapaian Jimin tapi tidak dengannya. Tidak sama sekali tak merasa senang dengan prestasi ini. Apa membunuh Taehyung adalah sebuah prestasi? Persetan.
Malam ini Jimin kembali mabuk dan masuk ke kafe milik Seungkwan yang baru beberapa bulan ini buka. Seungkwan tentu terkejut dengan keadaan Jimin yang sekarang juga sudah ia anggap seperti hyungnya. Ia menghela napas sesekali karena melihat keadaan Jimin.
Sudah seminggu Jimin seperti ini dan selalu sukses membuat Yoongi khawatir. Seungkwan mendudukkan hyungnya itu ke sofa dan membuatkan teh madu untuknya. Jangan tanyakan dimana Vernon karena ia masih mengurusi perusahaan dan belum pulang. Karena jika pulang ia biasa mampir ke kafe untuk menjemput saudaranya itu.
Rumah Kim bersaudara yang di Seoul mereka tempati agar tetap terawat. Mereka juga meminta rekannya yang ada di Jepang untuk mengurusi mansion yang ada disana.
"Kau... jangan seperti ini hyung. Kau benar-benar membuat kami khawatir." Ucap Seungkwan sembari menyodorkan teh madu padanya.
"Aku tak mabuk Boo. Hyung hanya minum sedikit tadi. Percayalah." Bagaimana bisa Boo Seungkwan yang sekarang sudah menjadi Kim Seungkwan itu percaya dengan kebohongan Jimin padahal bau alkohol sangat tercium di tubuhnya.
"Aku harus segera memanggil Hansol agar mencuci otakmu secepatnya Jimin hyung." Ucap Seungkwan asal dan merogoh ponselnya.
"Jangan lakukan itu, Hansol akan menyiksaku nanti. Luka punggungku belum sembuh. Itu bisa membuat sayapku terluka juga." Ucap Jimin yang masih setengah sadar. Seungkwan hanya bisa menghela napas sembari menunggu panggilannya tersambung.
"Kenapa lama sekali.." gerutunya.
'Halo..ada apa Boo?' ucap orang di balik telepon itu.
"Cepetlah pulang, Jimin hyung mabuk lagi. Tolong cuci otaknya atau jika perlu ganti otaknya dengan seseorang yang punya kewarasan lebih." Bibir Seungkwan benar-benar pedas.
'Aku sedang dalam perjalanan ke kafe. Sebentar lagi sampai.' Balasnya
"Baiklah. Hati-hati." Panggilan itu terputus dan Seungkwan mendudukkan dirinya disamping Jimin.
"Tolong segera cari pacar hyung. Diusiamu ini seharusnya kau menikah seperti yang dilakukan Seokjin hyung dan Yoongi hyung."
Ya, Seokjin memang sudah menikah tanpa orang-orang tahu dan Yoongi sendiri sebenarnya masih tunangan.
"Seokjin hyung sudah menikah ya.. bagus kalau begitu. Aku harap Seokjin hyung dapat segera sembuh dan bahagia dengan istrinya." Gurau Jimin.
"Aku merindukan mereka. Kenapa mereka sulit sekali di lacak." Jimin masih dalam keadaan mabuk dan pikirannya masih bisa diajak kompromi ternyata.
'Kau harusnya sadar siapa yang membuat mereka sulit untuk dilacak hyung.' Gumam Seungkwan.
'Itu orangnya.' Ketika melihat Hansol yang masuk ke dalam kafe yang tak terlalu ramai itu.
"Menunggu lama?" tanya Hansol sembari menenteng tas dan jasnya.
"Cepat bereskan Jimin hyung. Aku benar-benar mulai kesal. Mungkin jika dia bukan hyungku, sudah ku putus lehernya dan kuganti dengan kepala kuda." Gerutu Seungkwan lalu berlalu kearah kasir karena melihat ada pelanggan masuk.
Vernon mendudukkan dirinya disamping Jimin. Menyentuh kepala Jimin dan dipangkunya di bahu lebar miliknya. Jimin tentu tak menolak. Ia selalu suka bahu lebar Taehyung dan bahu Vernon sangat nyaman seperti milik saudaranya itu.
"Taehyung-ah..." Vernon diam ketika Jimin memanggil nama Taehyung hyungnya.
"Taehyung-ah.. maafkan aku."
"Aku sudah banyak melukaimu dan sekarang aku tak bisa menebus kesalahanku." Vernon masih terdiam mendengarkan ucapana Jimin.
"Apa kau senang disana? Tolong katakan padaku kalau kau sudah bahagia. Aku..."
"Tetaplah hidup Jimin hyung. Taehyung hyung tak akan menyukai hal ini, kalau kau terus seperti ini. Ia akan marah jika kau terus-terusan terjebak dengan rasa bersalahmu dan masa lalu kita. Bukan hanya kau yang merasa sedih ditinggalkan Tae hyung, kami juga. Aku dan Seungkwan juga sama. Kami sangat sedih dan terpukul tapi kami harus tetap hidup dan menjaga semua yang Tae hyung tinggalkan...." Vernon melirik Seungkwan yang dengan ramah melayani pelanggannya.
"Kami harus menjadi lebih kuat agar bisa membuat Tae hyung bangga melihat dua adiknya yang ia adopsi sekarang sudah sehebat ini. Kau pun juga harus sama hyung. Tae hyung tak pernah menyalahkanmu atas semua ini. Ini benar-benar murni keinginannya, jadi berhentilah menyalahkan dirimu. Itu hanya akan merusak tubuhmu."
Jimin terdiam dengan ucapan Vernon. Ya, seperti ini lah metode cuci otak yang Seungkwan maksud. Kali ini air mata Jimin menetes pelan. Ia menangis dan membasahi kemeja Vernon. Sedangkan pemuda itu memilih diam.
"Ini terakhir kalinya aku berucap seperti ini padamu Jimin hyung. Jika di esok hari kau masih seperti ini, aku pastikan kau akan kehilangan sepasang sayapmu dan akan kugunakan untuk bantal sofa di mansion. Atau jika tidak, akan kubiarkan Seungkwan melakukan apapun yang ia mau padamu dan aku tak akan menghentikannya. Kau harus ingat siapa kami sebenarnya hyung" Ucap Vernon terakhir dengan penuh ancaman.
"Terimakasih Hansol-ah." Ucap Jimin singkat dan terdengar deru napas teratur di bahunya.
"Tertidur? Dasar. Seungkwan-ah, tolong buatkan aku kopi." Panggil Vernon sedikit teriak pada Seungkwan yang ada di kasir.
"Ok."
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET YOU GO? (The End.)
Short Story"Kau tahu Jim? Aku masihlah sama. Senang bertemu denganmu lagi Jim. Kau sudah banyak berubah ternyata. Kurasa mati ditanganmu tak terlalu buruk." ucap Taehyung sembari terkekeh. . . "Kau benar Tae. Kau masih sama. Monster kecilmu juga masih menakutk...