23

553 62 0
                                    


Thor balik lagi ...

.

.

.

.

Happy Reading Good Reader^^

.

.

.

.

Setelah acara bertemu dengan Jimin malam itu Seokjin beberapa kali kedapatan melamun karena ucapan Jimin. Jimin sudah banyak berubah dan Seokjin tak bisa mengenal Jimin yang sekarang. Seokjin menjadi khawatir dengan ucapan Jimin ia rasa memang akan segera terjadi.

Seokjin hanya berharap adiknya itu belum mengetahui masalah ini. Meskipun sebenarnya tak menutup kemungkinan ia akan segera tahu. Tolong ingatkan pada Seokjin tentang siapa Taehyung sebenarnya.

Seokjin beberapa kali menghela napas karena terlalu keras memikirkan masalah ini. Ia juga harus segera pergi ke rumah sakit untuk pertemuan dengan para pemegang saham dan para dokter disana.

Semuanya menjadi terasa rumit dan aneh baginya. Seokjin tak bisa begitu saja percaya dengan ucapan Jimin dan bukti yang ia miliki. Ia lebih memihak kedua adiknya yang sedang berusaha mengumpulkan banyak bukti yang sampai sekarang susah untuk dilacak siapa dalangnya.

Namjoon yang secerdas itu dan Taehyung yang bahkan meminta hacker tingkat elite seperti Chwe Vernon dan timnya pun hanya bisa mendapatnya beberapa bukti yang ada.

Seokjin mencoba mengingat-ingat kejadian masa lalu yang mungkin keluarganya lakukan hingga berujung fatal tapi sayang semua itu tidak ada hubungannya. Ia yang ikut dalam operasi Taehyung sesekali pun juga tidak memiliki hubungan semacam itu.

Seokjin terkadang bingung dengan hal itu. Apakah adiknya benar-benar memiliki banyak musuh hingga hal-hal semacam ini sering terjadi, tapi Taehyung selalu bisa menyelesaikan dengan cepat. Tidak seperti masalah ini sampai dia benar-benar harus menggunakan tangannya juga.

'Bahkan jika itu sampai ke lianglahatnya. Akan kubuat semuanya hancur.' Ucap Taehyung beberapa waktu yang lalu pada Seokjin. Seokjin merasa ngeri dengan sang adik yang penuh dengan hal yang mengejutkan itu.

"Aku harus segera menyelesaikan bagianku." Gumam Seokjin yang berada di perjalanan menuju rumah sakit.

*Tinnnnnnn.......BRAKKKK...

"Aishhh.." ucap Seokjin ketika melihat sebuah mobil pengangkut melaju cepat tepat didepannya.

Sebuah kecelakaan tak bisa terindahkan. Mobil Seokjin menambrak kerasa mobil pengangkut lilin dan badan depan mobilnya rusak parah. Orang-orang diluar berhamburan mencoba menolong Seokjin dan supir mobil pengangkut yang masih terjebak di dalam mobil mereka.

Salah seorang dari mereka mencoba menghubungi ambulans. Terlihat seseorang dengan pakaian hitam dan sebuah topi menyembunyikan wajahnya tengah tersenyum senang melihat kecelakaan itu.

Beberapa menit kemudian ambulans datang dengan beberapa mobil polisi yang mengikutinya. Seokjin dan supir itu dibawa langsung ke rumah sakit. Terdapat luka yang cukup serius di beberapa bagian tubuh Seokjin.

Orang-orang yang berada di rumah sakit tampak begitu panik namun juga mencoba tenang karena direktur mereka mengalami kecelakaan. Semua dokter di kerahkan untuk segra menanganinya atau kepala mereka yang akan jadi taruhannya.

Namjoon yang mendengar berita kecelakaan dari sekretaris hyungnya itu segera meluncur ke rumah sakit. Taehyung pun mengikuti Namjoon dengan beberapa pengawalnya. Ada sekitar lima mobil yang mengikuti mereka.

Lobby rumah sakit penuh dengan mobil Namjoon dan Taehyung. Orang-orang disana melihat kehadiran Kim bersaudara sembari menundukkan kepala hormat. Wajah keras Namjoon dan dingin Taehyung terlukis jelas disana.

Dengan langkah lebar Namjoon membelah lorong rumah sakit itu. Derap kaki mereka terdengar menggema di seluruh ruangan. Terdengar menakutkan seperti seorang pencabut nyawa yang datang dengan semua iblisnya. Orang-orang memilih diam dan tidak membuat keributan jika mereka masih sayang dengan kepala mereka.

Taehyung memasuki ruang operasi dengan kasar. Semua dokter yang berada disana terkejut dengan kehadiran Namjoon. Namun yang membuat mereka ketakutan adalah Taehyung bersama dengannya. Salah seorang dokter mencoba menenangkan dokter yang lain dan fokus untuk menangani direktur mereka.

Namjoon dan Taehyung menatap diam hyung tertuanya yang tak sadarkan diri dengan banyak alat yang menempel pada tubuh mulusnya. Taehyung melirik Namjoon yang nampak sangat cemas dengan keadaan sang hyung. Tanpa pikir panjang digenggamnya tangan sang hyung pelan.

"Seokjin hyung akan baik-baik saja hyung. Mereka akan melakukannya untuk setiap nyawa yang mereka miliki sekarang." ucap Taehyung lirih pada Namjoon. Namjoon mengangguk pelan dan mengajak sang hyung ke ruang kerja Seokjin sembari menunggu kabar dari dokter-dokter itu.

"Pantau supir pengangkut itu dan kabari perkembangannya." Ucap Taehyung pada salah satu bawahannya. Namjoon menatap Taehyung dengan heran.

"Aku harus memastikan sesuatu. Apa kau bisa melacak cctv di jalan itu hyung?" pinta Taehyung pada sang hyungnya yang sebenarnya tak membawa 'istri' kesayangannya.

"Aku tak membawanya Tae, tapi akan kucoba." Ucap Namjoon sembari merogoh ponsel pintarnya.

Taehyung dengan tenang menunggu hyungnya itu meretas cctv jalanan kota. Sembari itu ia mengedarkan pandangannya pada tempat kerja Seokjin hyungnya. Tampak rapi seperti biasanya. Ada beberapa dokumen yang masih menumpuk di mejanya.

Taehyung beranjak dari duduknya dan melihat-lihat isi meja kerja itu. Dilihatnya ada dua bingkai foto yang mana berisi foto mereka bertiga dan yang satu adalah foto Seokjin hyung dengan tunangannya. Mereka tampak manis dan serasi, itu yang Taehyung lihat.

Taehyung segera merogoh ponselnya di kantong jas miliknya. Di telponnya salah seorang bahwahannya di suatu tempat.

"Hapus semua data dan berita hari ini. Jangan biarkan masalah ini melebar dan jangan sampai Noona ku mengetahuinya." Ucap Taehyung dan menutup panggilan itu setelah mendapat jawaban singkat dari bawahannya.

"Kita hanya perlu membuat ini selesai dengan cepat hyung. Noona tak tahu tentang ini." ucap Taehyung tiba-tiba. Namjoon mengangguk singkat disela-sela kesibukannya. Taehyung dan Namjoon sudah menganggap tunangan hyungnya seperti ibu mereka. Jadi mereka akan melakukan apapun agar tak membuatnya khawatir karena insiden ini.

"Sudah Tae. Lihat ini." ucap Namjoon pada sang adik. Taehyung tertegun dengan keahlian hyungnya itu. Pantas saja si Chwe rivalnya, pikirnya sejenak.

Taehyung melihat setiap video itu dengan teliti. Taehyung merasa kesal karena beberapa potongan video itu tak bisa di putar seolah memang sudah dirancang seperti itu. Bahkan Namjoon juga tak bisa mengaksesnya.

"Sialan." Ucapnya geram.

"Dia benar-benar mengibarkan bendera perang padaku." Gumamnya yang hanya dibalas helaan pelan dari Namjoon.

"Kau harus mengatur emosimu Tae. Kita akan melakukan hal ini lagi, tapi keadaan Seokjin hyung lebih penting dari ini." jelas Namjoon pada sang adik.

"Aku akan meminta Chwe melakukannya. Kau tidak boleh kelelahan sebelum berperang hyung." Namjoon terheran ketika Taehyung memanggil nama rivalnya.

"Kau meminta bantuan Chwe Vernon dan timnya?" Taehyung mengangguk pelan.

"Aishh.. Brengsek. Tak akan kubiarkan nama agungku tercoret karena dia Tae." Ucap Namjoon kesal dan berjalan menuju pintu keluar.

"Kemana?" tanya Taehyung singkat.

"Mengambil 'istriku'. Brengsek kau Tae. Awas kau Chwe Vernon." Taehyung hanya bisa menatap pintu itu tertutup nyaring. Benar kata Seokjin hyungnya, Namjoon selalu sensitif jika menyangkut rivalnya.

"Seokjin hyung, kau memang selalu benar tentang kami." Ucap Taehyung yang sebenarnya merasa sangat khawatir dengan keadaan hyungnya.

.

.

.

.


LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang