35

784 76 0
                                    


Thor balikkk

.

.

.


Happy Reading, Good Reader^^

.

.

.

.

Taehyung benar-benar diambang kematiannya. Bahkan mesti Seokjin sudah sekuat tenaga untuk mencoba menyelamatkan adiknya itu tetap berakhir sama. Peluru itu terlalu merusak jantung Taehyung dan mengakibatkannya koma.

Seokjin marah. Ia marah besar dengan dirinya sendiri yang tak bisa menyelamatkan nyawa sang adik. Ia marah karena tak bisa menjaga dan melindungi Taehyung.

Semua barang di ruangannya hancur berantakan tanpa sisa. Semuanya berserakan bak terkena badai musim dingin. Seokjin berteriak kesetanan seperti orang yang kemasukan iblis. Namjoon tak bisa menolong hyungnya. Ia hanya bisa menatap Taehyung yang terbaring di bangsalnya dengan alat medis di seluruh tubuh.

Adiknya tampak lebih mengerikan menggunakan alat itu daripada saat dia membunuh dengan gila. Adiknya lebih memilukan dengan alat itu daripada diusir oleh Jimin beberapa waktu yang lalu.

Namjoon tak kuasa menahan sedih, air matanya menetes pelan. Ingatan masa lalu bersama adiknya berputar acak di kepala seolah kata 'andai' ingin sekali terwujud saat ini juga. Ia ingin adiknya bahagia. Sudah banyak kesedihan dan kesendirian yang ia alami selama hidupnya.

Namjoon ingin Taehyung bahagia bersama mereka, saudaranya. Hanya bersama Namjoon dan Seokjin, tidak ada yang lain. Tapi Taehyung seolah menolak. Ia ingin mengundang orang lain untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Agar lebih hangat dan menyenangkan, hyung." Ucap Taehyung semasa kecilnya.

Taehyung memang terbilang hidup dengan baik, semua yang ia butuhkan dan inginkan selalu tersedia dengan mudah. Taehyung seharusnya merasa bahagia, tapi nyatanya tidak.

Kesibukan saudara dan kedua orangtuanya membuatnya kurang akan perhatian dan kasih sayang. Ayolah, siapa yang ingin ditinggalkan di rumah berhari-hari disaat kau masih berumur 5 tahun? Siapa yang ingin?

Disamping itu keluarganya bukan keluarga biasa. Clan Kim terutama di kaum 'angel' hanya ada mereka. Semua orang tahu betapa begitu terhormatnya clan tersebut hingga siapa pun takut untuk mendekati orang-orang dari clan itu.

Taehyung merasa terasingkan, semasa di sekolah ia selalu dikucilkan dan dijauhi hanya karena mereka takut mendapat masalah dengan keluarga Taehyung. Taehyung sendirian. Selama hidupnya ia juga sendirian sama seperti Jimin yang memiliki sepasang sayap 'evil' padahal dia adalah 'angel' murni.

Bagi Taehyung, Jimin adalah segalanya. Jiminlah yang dengan berbaik hati pindah ke sekolahnya dan menemani kemanapun Taehyung pergi. Jimin bahkan sering memasakkan bekal disaat rumah mewahnya tersaji rapi makanan serba lengkap di atas meja. Tapi siapa yang ingin makan sendirian?

Jimin benar-benar 'angel' yang sebenarnya bagi Taehyung. Bahkan disaaat Jimin beberapa kali di bully, ia dengan tenang menyembunyikan semua rasa sedih dan sakitnya hanya untuk tak membuat Taehyung khawatir meski saudaranya itu sudah tahu semuanya.

Untuk kesekian kalinya, Jimin adalah segalanya bagi Taehyung. Jimin adalah dunia dan lampu yang dengan senang hati menerangi dirinya. Tapi apa sekarang?

Semua berubah dratis hanya karena sebuah kesalahpahaman. Taehyung ingin sekali meluruskannya. Ia sangat ingin meluruskan dan memperbaiki semua kesalahpahaman yang sudah berjalan terlalu jauh.

Jimin membenci Taehyung. Ia tahu itu. Taehyung tahu dan itu membuatnya sakit. Lebih sakit dari semua luka yang sering ia dapatkan saat ia melakukan pekerjaan biadabnya. Tapi seberapa sakitnya ia, Taehyung tak bisa membenci Jimin.

Baginya Jimin sudah menyelamatkan dirinya dari palung miliknya. Sangat tidak baik jika ia membenci orang yang sudah menyelamatkannya dan membuatnya hidup baik hingga sekarang. Taehyung sudah berhutang banyak pada Jimin.

Tapi haruskah ditebus dengan nyawanya sendiri? Demi menebus semua dosa dan rasa rindunya pada Jimin, haruskah nyawanya menjadi taruhan dengan mudah?

Seokjin membenci pikiran gila adiknya dan Namjoon tak mengerti jalan pikiran seperti apa yang adiknya pijak. Mereka tahu, mereka paham jika mereka pun juga bersalah karena termasuk orang-orang yang sibuk di keluarganya, tapi mereka sudah mencoba menebus semuanya. Apakah belum cukup bagi Taehyung?

Sudah cukup rasa sakit dan sebelah kaki yang hilang dari tubuh adiknya. Sudah cukup, tapi seolah Tuhan tak memberinya ampun dan sekarang Tuhan sangat ingin menjemput adiknya.

"Tidak ada jantung yang cocok untukmu disini Taehyung-ah. Hyung harus apa sekarang? Menunggu Tuhan menjemputmu hm?" bisik Seokjin penuh dengan rasa sendu.

"Hyung mohon, tolak ajakan Tuhan sebelum hyung mengijinkanmu pulang. Jangan biarkan rasa benci hyung menumpuk padanya. Jangan biarkan kedua hyungmu ini buta akan kebencian dan menghancurkan semuanya." Untuk kesekian kalinya Seokjin menangis lagi.

Ini sudah hari ketujuh adiknya tertidur dan kondisinya masih sama. Seokjin tak bisa melihat adiknya lebih menderita. Beberapa dokter memang menyarankan Seokjin untuk melakukan pengangkatan jantung Taehyung dan diganti dengan jantung buatan, tapi Seokjin menolak.

Bukan karena ia tak ingin, tapi tubuh adiknya tak bisa menerimanya. Tubuh Taehyung adalah tubuh yang jarang ditemui clan lain karena semua organ tubuhnya sensitif. Yang artinya seberapa kerasnya kau mengganti anggota tubuh atau organ yang hilang, itu percuma. Tubuhnya akan langsung bereaksi hebat dan itu akan menyakiti empunya.

Seperti halnya sebelah kaki Taehyung yang terpaksa dipasang dan dilepas karena disaat transplasinya tubuh Taehyung menolak hebat dan membuatnya berhari-hari terbaring di ranjangnya.

"Makan dulu hyung. Kau bisa sakit jika mengabaikan tubuhmu." Ucap Namjoon yang datang membawa bubur untuk sang hyung.

Seokjin berhari-hari di kamar rawat Taehyung tanpa bekerja, begitu juga dengan Namjoon. Bahkan pekerjaan Namjoon ia lempar pada rivalnya Chwe. Berutung Chwe dengan senang hati melakukannya karena ia paham bagaimana situasi saat ini.

Bahkan jika kalian ingin tahu, semua media dan publik tahu betul akan berita ini tapi berpura-pura tak melihat dan menutup mulutnya karena jika tidak. Mereka akan kehilangan kepalanya setelah penyiaran berlangsung.

"Letakkan disana Joon. Aku harus membasuh tubuh Taehyung dulu." Ucap Seokjin yang datang membawa baskom air hangat dan handuk lembut.

"Biar aku saja hyung. Sekarang beristirahatlah. Kumohon." Pinta Namjoon dengan sendu. Seokjin hanya bisa menghela napas dan pada akhirnya menurut.

"Setelah ini tidurlah sebentar hyung. Aku tak ingin kau sakit. Kwanie dan Chwe akan kemari untuk mampir melihat Taehyung." Jelas Namjoon yang dibalas anggukan singkat oleh Seokjin.

"Aku akan menjaganya selagi kau beristirahat, hyung." Ucap Namjoon lagi.

"Terimakasih banyak Joon."

"Tidak hyung. Taehyung juga adikku."

.

.

.

.

.


LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang