19

593 69 1
                                    


Thor balik lagi


.

.

.

.


Happy Reading Good Reader^^

.

.

.

Tepat dalam waktu 10 menit pengawal Taehyung benar-benar datang di lokasi. Taehyung dengan cepat mengangkat Namjoon dan ke kursi belakang. Seokjin mengikutinya dari belakang dan duduk memangku kepala Namjoon. Taehyung yang keluar dari mobil membuat Seokjin terheran.

"Kau tak ikut Tae? Pelipismu lebih parah dari hyung." ucap Seokjin yang khawatir dengan keadaaan adiknya yang wajahnya sudah mulai pucat.

"Duluan hyung. Aku akan ikut mobil selanjutnya. Rumah sakit sekarang dan kabari aku semuanya nanti." ucap Taehyung pada pengawalnya dan mobil itu melaju cepat melewati jalanan sepi itu meninggalkan Taehyung sendiri.

Bohong jika ia menunggu mobil jemputan selanjutnya, karena nyatanya ia meminta pengawalnya yang baru saja di perjalanan menjemputnya itu untuk tiba satu jam lagi. Entah apa yang sedang ada dipikiran Taehyung sekarang, tapi jujur saja wajahnya perlahan memucat dan kepalanya mulai dilanda pening.

Taehyung merogoh ponselnya lagi menghubungi seorang teman dekatnya. Panggilan itu masih tersambung dan pada akhirnya terangkat. Terdengar nyaring suara musik di seberang sana.

'Hi, V. What's up? Sorry, i'm in the pub now.' Taehyung memutar matanya mendengar tuturan rekannya itu.

"Aku punya tugas untukmu. Kuberi waktu seminggu ini." ucapnya singkat.

'Yeah, DOLLAR. My pleasure bro. Send now and I will finish ASAP.' Ucap seseorang itu dengan penuh percaya diri.

"That's my Chew. Ciao." panggilan itu terputus setelah Taehyung mengucapkan kata perpisahan. Taehyung mengirim semua file yang dibutuhkan rekannya yang bernama Chew itu.

Bersamaan dengan itu mobil jemputan Taehyung sampai. Taehyung segera masuk dan menyusul kedua hyungnya di rumah sakit.

"Kita ke markas sebentar lalu ke rumah sakit." titah Taehyung pada pengawalnya. Air mukanya sudah keras karena menahan amarah.

Butuh waktu setengah jam untuk sampai ke markasnya. Taehyung dengan langkah keras memasuki gedung yang lebih terlihat seperti gedung pabrik itu. Tapi siapa yang bisa mengira jika isi gedung itu memiliki interior yang modern dan begitu memukau.

"Siapkan satu sekarang." ucap Taehyung tanpa ekspresi. Tujuannya sekarang adalah melampiaskan semua emosinya. Taehyung masih berdiri di posisinya ketika ponsel di saku berbunyi.

"Bicaralah." Ucapnya singkat.

'Tuan Seokjin dan Tuan Namjoon sudah mendapat perawat. Dokter berkata tidak ada yang perlu dikhawatirkan.' Ucap pengawal Taehyung di seberang sama.

"Bagus. Katakan pada Seokjin hyung aku akan kesana setengah jam lagi." Ucapnya lalu menutup panggilan itu sepihak.

"Tuan, sudah siap."

Taehyung segera pergi ke tempat eksekusi pribadinya. Seorang pria tampak digantung terbalik dengan mata yang sudah tertutup kain. Taehyung menatapnya sejenak dan mengambil benda kesayanganya yang sudah di pastikan terisi penuh dengan biji timah.

*Dor

"AKH!" teriakan itu menggema di ruangan yang kedap suara . Taehyung berhenti dan menatap dingin pria itu.

*Dor Dor Dor

Tembakan itu meluncur manis acak di tubuh pria itu yang pada akhirnya merenggut nyawanya dengan sadis. Setelah dirasa isi dalam pistolnya itu kosong, Taehyung segera membuangnya asal dan keluar begitu saja dari ruangannya.

"Ke rumah sakit." titahnya lagi.

.

.

.

.

.

.

Jimin yang sedang dalam pesawat mengecek kembali video yang dikirimkan rekan hyungnya itu. Ia terus melihat berulang-ulang video pendek itu berharap bahwa yang ia lihat di video itu bukan saudaranya.

"Apa ini benar kau Tae? Bagaimana kau bisa membunuh mereka yang tak bersalah Tae?" gumam Jimin yang masih mencoba menyakinkan dirinya.

Meski ia tahu itu mustahil karena semua bukti sudah ada ditangannya dan langkah terakhir adalah mendengarkan kesaksian Taehyung sendiri.

Katakan Jimin sudah banyak berubah, karena nyatanya memang iya. Ia sudah banyak berubah tanpa ia sadari. Taehyung adalah orang pertama yang mengatakan itu dan ia benar. Taehyung selalu tahu apa hal kecil dari Jimin karena ia menyayangi. Itu alasan terkuat Taehyung dari semuanya.

Jimin masih sibuk di pikirannya tanpa menyadari makan malamnya sudah di depan matanya. Ia menatap diam makanannya dan terkekeh pelan.

"Tae-ah, bagaimana bisa semua menu makanan ini mengingatkanku padamu." Gumamnya pelan sembari melihat lekat makanan miliknya. Ada japchae dipiringnya ada tiga buah mandu dan ice cream di cup kecil. Jimin memakan mandu itu dalam sekali lahap. Memakannya dalam diam dan menghabiskan semuanya tanpa tersisa.

"Kuharap kita bisa memakan ini bersama di masa depan Tae." Gumamnya lagi ketika menatap wadah yang sudah kosong.

Setelah pesawat itu landing, Jimin segera kembali ke rumah karena ia harus beristirahat untuk besok dimana ia menghadiri rapat dengan dewan kepolisian untuk penangkapan Taehyung. Jimin benar-benar tak menyangka hal ini akan terjadi. Mengingat perusahaan saudaranya Kim yang begitu besar dan sindikat pasar gelap Taehyung yang besar dan liarnya tak bisa dibayangkan oleh orang awam. Ia hanya khawatir akan ada banyak korban dalam penangkapan Taehyung di esok hari.

.

.

.

.

.

.

.

"It's show time."

.

.

.


LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang