12

637 79 0
                                    


Double up....

.

.

.

.

Happy Reading Good Reader^^

.

.

.

.

Namjoon yang baru saja mendapat panggilan mendadak dari hyungnya itu segera beranjak dari kamarnya dan meninggalkan kekasihnya a.ka laptopnya sebentar. Ia terlihat terburu-buru menuju kamar Taehyung.

Saat ia mencoba membuka knop kamar itu, pintu terkunci dan Namjoon dibuat heran akan hal itu. Namjoon kemudian turun menuju dapur dan bertanya pada beberapa pelayan yang disana.

"Tuan muda Taehyung pergi setengah jam yang lalu, tuan." Ucap salah satu maid di rumah itu.

"Aishh.. kurasa aku kecolongan lagi." Ucap Namjoon lirih dan segera berlari ke kamarnya dan mengecek CCTV di seluruh sudut rumah dan benar saja.

Taehyung terlihat berjalan dengan kasar melewati koridor rumah mereka dan membawa mobil kesayangannya dengan sangat kencang. Namjoon menghela napas pelan dan memijit batang hidungnya yang entah mengapa tiba-tiba terasa tegang itu.

"Kartu itu?"

Namjoon memperbesar gambar pada layar itu dan mendapati sang adik sedang menggenggam kartu hijau tua di tangan kirinya.

"Jangan bilang ia sedang dimarkasnya sekarang. Aishh.. aku harus bilang apa dengan hyung nanti." Namjoon mengacak frustasi rambutnya.

"Anak ini benar-benar iblis kecil."

.

.

.

.

Jimin tengah disibukkan dengan pekerjaannya untuk kesekian kalinya. Timnya sudah hampir menyerah karena bukti yang mereka dapatkan sangatlah minim namun pengiriman organ di rumah sakit milik keluarga Kim masih terus berjalan lancar.

Hal ini menambah kecugiraan Jimin menjadi lebih besar meskipun ia sangat ingin menyangkalnya. Korban sudah banyak berjatuhan setiap harinya dan terjadi secara random. Sehingga pihak kepolisian tak bisa mempertimbangkan dan menebak kapan korban selanjutnya akan terjadi. Namun sudah seminggu ini Jimin merasa ada yang janggal dengan beberapa korban yang rata-rata adalah kalangan atas yang baru-baru ini sedang menjalin hubungan bisnis dengan keluarga Kim.

Tepat kemarin malam hyungnya Yoongi melihat berita yang tak lain adalah salah seorang keluarga Park yang cukup akrab dikalangan dunia bisnia. Ia tewas mengenaskan dengan ciri-ciri yang sangat signifikan dengan pembunuhan berantai itu. Hal itu membuat Jimin kembali berpikir dan mengecek identitas dari semua korban yang mr.X bunuh.

Benar saja, sepuluh diantara adalah kolega keluarga Kim dan tiga diantara adalah orang-orang yang menolak bekerjasama dengan perusahaan keluarga Kim. Jimin cukup tahu apa akibat dari menentang keluarga Kim yang terhormat itu.

Hanya ada dua pilihan, menerima kerjasama atau mati dan Jimin sangat tahu bagaimana cara kerja keluarga Kim itu. Jimin sangat bersyukur karena Jungkook saudaranya membantu dalam kelengkapan data dari kolega keluarga Kim tersebut. Ingatkan Jimin untuk berterimakasih pada Jungkook nanti.

.

.

.

"Hyung mau kemana?" tanya Jimin yang baru saja pulang dari kepolisian.

"Bertemu seseorang." Ucap Yoongi singkat kemudian keluar dari rumah mereka. Jimin teringat akan ucapan salah satu anggotanya. Jika Kim Seokjin baru saja kembali ke sini untuk mengurus bisnisnya.

"Apa hyung ingin bertemu dengan Seokjin hyung?" ucapnya lirih pada dirinya sendiri. Tanpa sekalipun menganti pakaiannya, Jimin segera keluar dan mengikuti sang hyung dari jauh.

Mobil Yoongi berhenti disalah satu cafe yang cukup asing untuknya. Yoongi yang tampak santai itu masuk ke dalam cafe tersebut dan Jimin mengikutinya dari belakang.

Ia mencari meja yang cukup dekat dengan sang hyung namun tetap harus menjaga identitasnya agar sang hyung tak menyadari keberadaan dirinya.

"Ah, hyung." ucap Yoongi pada seseorang. Jimin tak bisa menebak seseorang yang hyungnya panggil 'hyung' itu.

"Maaf, Yoon. Apa menunggu lama?" ucap seseorang itu ramah.

'Seokjin hyung?' ucap Jimin terkejut karena Yoongi hyungnya bertemu dengan Kim Seokjin.

"Ada apa memanggilku malam-malam begini, hyung?" tanya Yoongi sembari menyesap kopi yang ia pesan.

"Ah, maaf. Apa aku menganggu kesibukanmu Yoon?"

"Tidak, bukan itu. Hanya saja, tidak biasa hyung menelfonku dan memintaku kemari. Aku pikir ada hal penting yang ingin hyung bicarakan padaku." Jimin masih terus terdiam mendengar percakapan kedua saudaranya itu dengan sesekali menyesap es kopinya.

"Hanya ingin bertemu denganmu saja Yoon. Sudah lama sekali aku tak mengobrol dan bertemu denganmu sejak sejadian itu. Bagaimana kabarmu selama ini?" ucap Seokjin memulai obrolan.

Yoongi dan Seokjin mengobrol sangat hikmat dan Jimin masih setia mendengarkan kedua hyungnya. Ia sesekali tersenyum tipis mendengar lawakan dan cerita dari Seokjin hyungnya itu. Seokjin hyung tak banyak berubah ternyata, pikirnya.

"Bagaimana kabar Taehyung, hyung?"

Jimin seketika menegang ketika Yoongi hyungnya menyebut nama 'Taehyung'. Dengan perasaan campur aduk ia mencoba mendengarkan obrolan itu kembali.

"Dia baik. Hanya saja memang sudah banyak berubah." Terdengar kekehan pelan dari bibir ranum Seokjin.

"Hyung, apa kau tahu kasus yang baru-baru ini sedang meneror kota?" Seokjin mengangguk samar menjawab pertanyaan Yoongi yang terkesan tiba-tiba itu.

"Ya, beberapa dari berita itu aku sedikit tahu." Jawabnya.

"Apa kau tahu sebagian dari mereka adalah kolegamu?" pertanyaan Yoongi menjadi terkesan memojokkan Seokjin dan Jimin masih terus mendengarkan dalam diam.

"Kalau hal itu, aku tidak tahu Yoon." Jawaban Seokjin seketika membuat Jimin kecewa.

"Ah, begitu ya. Maaf tiba-tiba bertanya hal semacam ini hyung." Seokjin tersenyum pada Yoongi

"Tak apa Yoon. Beberapa minggu yang lalu Jimin juga bertemu denganku dan bertanya beberapa hal tentang kasus itu."

"Jimin bertemu denganmu?" Seokjin mengangguk singkat.

"Ya, hanya sebentar." Ucapnya singkat.

"Ia bertanya tentang banyak hal dan aku tak begitu bisa memberikan informasi padanya. Namjoon sedang berusaha mencari beberapa infomasi asing yang tiba-tiba masuk ke sistem perusaahan. Beberapa hari ini ia sangat bekerja keras untuk itu." ucap Seokjin yang membuat Jimin menajamkan telinganya kembali.

"Begitu rupanya." Gumam Jimin.

.

.

.

.

LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang