24

531 66 0
                                    


thor balik lagi..

.

.

.

.

Happy Reading Good Reader^^


.

.

.

Anak buah Taehyung bergerak dengan cepat dan cekatan. Dimana ketua mereka tengah dilanda kegundahan pribadi, mereka siap untuk berada di samping ketua mereka dan berjalan bersama. Bagi mereka Taehyung itu segalanya. Orang yang sudah bersedia menampung dan melakukan apapun dengan dan bersama mereka.

Bahkan sebagian dari mereka adalah orang-orang buangan yang tak dianggap oleh dunia kejam ini. Taehyung tak segan-segan membiayai pendidikan mereka hingga ketaraf dimana 'orang-orang tak berhak memandangmu remeh.' Dan jadilah mereka yang sekalian.

Taehyung merasa bangga pada mereka meski terkadang tak jarang mereka mendapat amukan dari ketua mereka ketika moodnya sedang buruk. Anak buah Taehyung seolah mengetahui bagaimana keras dan kejamnya hidup sang ketua. Mereka memiliki hutang nyawa dan balas budi yang besar pada Taehyung yang sudah bersedia memberi mereka hidup.

Bahkan tak jarang dari mereka yang sudah mengundurkan diri berakhir sukses dan masih dengan akrab berhubungan satu sama lain. Kehidupan mereka seperti keluarga. Mereka saling merangkul dan memeluk memberi kehangatan.

Persetan dengan anggapan dunia luar jika mereka adalah seorang yang sangat buruk. Mereka tidak peduli. Mereka menjalankan pekerjaannya tidak hanya untuk menghasilkan hal-hal kotor, tapi juga hal-hal yang baik. Yang tentu orang luar tak tahu.

Taehyung pernah beberapa kali kedapatan oleh Seokjin dan Namjoon sedang berada dipanti asuhan dan orang-orang jompo bersama dengan ketiga kaki tangannya. Kata pengawal Seokjin, adiknya itu memberikan beberapa juta won untuk donasi di tempat. Bahkan tak jarang Seokjin mendapat kabar jika rumah sakit anak mendapat donatur tambahan atas nama 'V' yang berarti itu adalah sang adik.

Seokjin terkadang bingung dengan sang adik yang terkadang bisa seperti malaikat namun di lain waktu ia bisa seperti iblis.

.

.

.

Setelah bertarung selama berjam-jam di ruang operasi, para dokter merasa bersyukur karena direktur mereka selamat dan sekaligus merasa lega karena kepala mereka selamat saat ini.

Seokjin dipindahkan kedalam ruang VVIP yang memang hanya diperuntukan oleh para petinggi dan keluarga Kim. Maklum saja, ayah dan ibu Kim bersaudara tinggal jauh dan terpisah dengan mereka. Mereka sudah menyerahkan semua urusan perusahaan dan yang lainnya pada ketiga anaknya. Jadi mereka tinggal menikmati hidup layaknya pengantin baru.

Taehyung terkadang merasa kesal karena ayah dan ibunya hanya memberi kabar saat hari Natal. Seokjin bahkan hanya mendapat email saat ulangtahunnya. Jangan tanyanya Namjoon yang selalu tahu keseharian kedua orangtuanya dengan mudah.

Seokjin tertidur nyenyak karena efek bius yang luar biasa besar. Bahkan ia sudah tidur lebih dari tiga hari. Namjoon dan Taehyung bergantian menjaga sang hyung, terkadang jika mereka sibuk dokter keluarganya yang akan melakukan untuk mereka.

Dihari kelima Seokjin tersadar, para dokter dengan segera memeriksa seluruh tubuh Seokjin dengan teliti. Berharap tidak ada yang fatal. Taehyung yang masih di markas mendapat kabar tentang hyungnya yang siuman pun dengan segera meluncur ke rumah sakit.

Dengan cepat Namjoon memberi ruang untuk sang adik yang terburu-buru melihat keadaan hyung tersayangnya. Namjoon tersenyum tipis melihat Taehyung yang mengusap surai lembut sang hyung.

"Jangan menangis. Kau akan terlihat jelek nanti." Goda Namjoon pada sang adik. Taehyung meliriknya tak suka.

"Apa kau merasa baik hyung?" tanya Taehyung dengan nada lembut pada Seokjin. Seokjin mengangguk pelan. Ia kesulitan bicara karena masker oksigennya.

"Tenang hyung, kau masih terlihat tampan kok." Puji Taehyung yang mendapat kekehan dari Namjoon.

"Dasar kau itu Tae. Apa kau dari markasmu?" Taehyung mengangguk dan mendudukkan dirinya di kursi samping ranjang Seokjin.

"Aku sudah mendapat semuanya dan bersamaan dengan itu si Chwe juga sudah mengirimkan berkas lengkap yang aku perlukan." Namjoon mendengus kesal karena sang adik yang tak menggunakan jasanya.

"Bagus. Kau akan kehilangan banyak uang karena si Chwe bule itu. Aku tidak peduli jika kau bangkrut." Ucapnya lagi.

"Tak apa. Aku tinggal membunuh para sampah di kota ini dan menjual organ mereka dengan harga mahal. Lalu aku balik modal." Ucapan Taehyung membuat Seokjin yang mendengar percakapan itu tersenyum tipis. Adiknya itu selalu ada-ada saja jika mencari bahan ledekan untuk sang hyung.

"Hyung kan bisa meretas bank dan dokumen pemerintah, sebagai hyung yang baik hyung juga harus memberikan sebagian keuntungan hyung padaku. Lumayan untuk tambah-tambah uang jajan." Ucapnya lagi yang membuat Namjoon lebih bermuka masam.

"Ok. Hentikan omong kosongmu, sialan." Taehyung terkekeh remeh mengejek sang hyung.

"Apa kau sudah mendapatkan semua data di kepolisian hyung?" tanya Taehyung yang memecah keheningan lagi.

"Sudah. Jadwal terbaru baru saja muncul pagi ini. Kirimkan berkasnya padaku. Aku harus temu kangen dengan Jimin secepatnya." Jelas Taehyung yang dibalas tatapan oleh Seokjin. Taehyung tahu jika Seokjin mengkhawatirkannya.

"Aku sudah tahu semuanya hyung. Kau tak perlu khawatir. Yang paling utama sekarang adalah kesehatanmu. Aku ingin kau cepat pulih dan melihatku menguliti 'si brengsek' itu di studio Namjoon hyung."

"Yak! Kenapa studioku di bawa-bawa? Kau bisa menggunakan tempat lain. Aku tak ingin barang-barang 'istri'ku terkena noda dosanya." Namjoon berceletuk protes pada sang adik yang lagi-lagi membuatnya kesal.

"Persetan dengan itu."

.

.

.

.

LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang