10

750 88 0
                                    


Thor balikkkkk

.

.

.

Apakah masih ada yang menunggu kelanjutan story ini???

.

.

.

Happy reading, Good Reader^^

.

.

.

Kehidupan Taehyung mungkin bisa dibilang sudah berubah banyak sekali. Semenjak kejadian itu. Semenjak ia memutuskan untuk menetap di Jepang tanpa berniat untuk kembali ke tanah kelahiran. Semuanya berubah.

Taehyung bukan Taehyung yang dulu Jimin kenal. Bahkan semenjak itu sifat dan sikap Taehyung perlahan ikut berubah.

Seokjin dan Namjoon paham betul bagaimana adiknya itu hidup. Taehyung sudah terlalu banyak terluka dan mereka tahu akan hal itu. Adik kecilnya sudah kehilangan banyak hal dan mereka sangat tahu akan hal itu.

Taehyung yang dulunya begitu kasar dan selalu ingin menang dalam keadaan apapun sekarang tidak lagi. Ia lebih sering diam dan tak banyak bicara. Meskipun ia masihlah bagian dari dunia gelap di bawah sana. Taehyung sudah banyak berubah.

Kedua hyungnya selalu mendapati sang adik terduduk melamun ataupun terdiam di atap rumah seperti yang beberapa hari ia lakukan saat Seokjin pulang dari Korea. Namjoon sering sekali mendapati sang adik bergumam entah kata-kata apa.

Dulu saking khawatirnya Seokjin, ia pernah sekali mendatangkan tim medis dan psikolog untuk Taehyung karena tingkah lakunya. Namun yang paling mengejutkan justru pihak medis dan psikolog itu justru mati ditangan Taehyung.

Seokjin dan Namjoon tak mengerti bagaimana jalan pikiran sang adik yang ternyata jiwa membunuhnya masih sangat besar meskipun sekarang lebih menjadi tenang.

.

.

.

Hari ini Taehyung sibuk dengan lamunannya di atap seperti biasa. Seokjin dan Namjoon seperti biasanya sedang sibuk bekerja. Hanya saja Namjoon memang lebih memilih bekerja dirumah dan menjaga bayi besar mereka.

Hari sudah menjelang siang dan Taehyung belum menunjukkan tanda-tanda turun dari atap. Namjoon dibuat heran oleh sang adik yang masih setia diposisinya. Namjoon bisa melihat itu karena Namjoon sengaja memasang kamera di beberapa sudut atap untuk memantau sang adik.

*Ctak!

"Ah! lagi?" ucap Namjoon kesal ketika mendapati salah satu monitor layar itu mati.

Namjoon segera naik ke atap menyusul sang adik yang sudah membuatnya kesal tiba-tiba.

*Cklek

"Kim Taehyung." Panggil Namjoon dengan nama lengkapnya dan Taehyung meliriknya tak suka. Namun bagi Namjoon lirikan itu seolah hanya angin lalu baginya. Karena ia percaya sekejam-kejamnya sang adik, Taehyung tak akan melukai anggota keluarganya. Ya, meskipun dulu pernah hampir membunuh Yoongi.

"Kenapa kau memecahkan kamera hyung lagi? Ini sudah kelima kalinya kau melakukannya. Aishhh.." Namjoon merasa kesal dengan perbuatan sang adik yang ternyata sudah memecahkan lensa kamera monitornya.

"Akan aku ganti dengan tokonya, hyung." ucap Taehyung enteng yang sekali lagi membuat Namjoon bertambah kesal.

"Aish, bukan begitu juga. Kau pikir aku tak punya untuk membelinya!" ucap Namjoon kesal pada sang adik yang sama kaya dengannya.

Taehyung terkekeh pelan. Sungguh Taehyung selalu suka mendengar sang hyung kesal padanya. Kebiasaan baru Taehyung pun ternyata adalah membuat kesal Kim Namjoon. Taehyung tahu sang hyung tak akan benar-benar kesal atau memarahinya hingga ia dengan mudah membuatnya kesal semaunya.

Namjoon yang mendengar Taehyung terkekeh pelan mengulas senyum tipisnya. Ia mendekati sang adik yang sedang duduk di sofa. Duduk disampingnya dan merebut kaleng bir yang Taehyung pegang.

"Sedang apa disini? Tak ada jadwal?" tanya Namjoon setelah menegak habis bir milik sang adik. Taehyung mendengus pelan dan mengambil kaleng bir lagi di lemari pendingin disampingnya.

"Ada. Masih nanti malam." Ucapnya singkat.

"Jangan mabuk dulu." Taehyung mendengus pelan mengejek sang hyung karena ucapannya.

"Toleransiku lebih besar darimu hyung. Jangan khawatir. Kurasa aku akan pulang pagi." Namjoon mengangguk pelan.

"Kemana malam ini? Dengan berapa orang?" tanya Namjoon yang terus bertanya pada Taehyung. Ia memang sedikit khawatir dengan sang adik yang pikiran dan tindakannya masih tak bisa ia tebak sampai sekarang ini.

"Dengan lima orang, termasuk aku. Lagi pula hanya mengambil barang dari pihak ketiga dan menyerahkan pada pembeli." Namjoon mengernyit heran.

"Pihak ketiga? Bukannya barangnya akan lebih mahal?" Taehyung menyeringai tipis.

"Tidak jika aku yang meminta." Namjoon menggeleng tak percaya.

"Aku tak percaya jika orang semacam ini adalah adikku." Keluh Namjoon pada Taehyung.

.

.

.

.

Hari ini Jimin sedang sibuk dengan berkas yang menumpuk di atasnya. Dapat dilihat bagaimana tertekannya ia dengan kasus ini yang sekali lagi berhasil mendapatkan korban lagi.

Orang-orang di kepolisian sibuk dengan kasus mereka sendiri, begitu juga dengan Jimin. Sudah hampir sebulan lebih ia masih dengan berkutat dengan kasus itu yang perlahan-lahan menjadi momok tersendiri di kepolisian sekaligus masyarakat.

"Sampai saat ini bukti lain masih belum ditemukan. Hahh.." Jimin benar-benar lelah dengan kasus itu. Bukti minim dan saksi mata pun tak ada.

Bukti yang masih ia simpan adalah bulu milik Taehyung. Keluarga Kim yang tersohor dan Jimin sadar jika ia juga bagian dari keluarga besar itu. Pertemuannya dengan Seokjin membuatnya dilanda tanda tanya besar di pikirannya.

Seokjin hyungnya sama sekali tak menceritakan Taehyung dan setiap kali Jimin ingin bertanya tentang sepupunya itu Seokjin selalu berhasil membelokkan pembicaraan mereka.

Sungguh ia hanya ingin memastikan apa benar Taehyung adalah dalang dibalik membunuhan kejam ini ketika seingatnya Taehyung adalah orang yang sangat susah ditebak. Taehyung bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Bahkan hanya dengan jentikan jari nyawa seseorang bisa dengan mudah ia ambil.

"Aku masih mempercayaimu Tae. Kuharap ini bukan dirimu."

.

.

.

.

.

.

LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang