27

543 62 0
                                    

Thor balik lagiii

.

.

.

Happy reading, Good Reader^^

.

.

.

.

*Plok Plok Plok

Seseorang bertepuk tangan keras dengan tempo lambat di kegelapan. Orang yang baru saja saja keluar dari ruangan remang-remang itu nampak mengernyitkan alisnya tanpa rasa takut sedikitpun.

"Lama tak bertemu kawan." Ucap seseorang yang tentu sangat familiar di telinganya. Mendengar suara rendah itu membuatnya tertawa lepas hingga menggema di lorong gedung itu.

"Suatu kehormatan bisa bertemu denganmu." Tawa itu nampak belum ingin berhenti.

"Aku cukup kagum dengan semua rencanamu, tapi maaf. Semua kan segera hancur."

*Brakk!

Suara dentuman keras menggema jelas dilorong itu. Terlihat orang itu mendesak pemuda yang tampak sangat ia benci pada sisi dinding dengan menyulurkan pisau bedahnya.

"Wow, kau banyak kemajuan ternyata. Tusuklah dan akan kupastikan isi perutmu berserakan di lantai ini." serigai pemuda itu dengan penuh napsu membunuh.

"Apa kau kemari ingin menyelamatkan sampah itu? Maaf sekali, aku masih ingin bermain dengannya." Ucapnya tak mau kalah. Pemuda itu terkekeh pelan.

"Tidak sama sekali. Aku justru akan sangat senang jika kau membunuhnya. Aku jadi tak perlu menodai kedua tanganku." Pemuda itu terkekeh kembali.

Pisau itu terayun tepat di depan wajahnya, pemuda itu nampak tenang karena ia tahu orang ini tak akan melukainya lebih dari ini.

*Jleb..

Suara tawa menggelegar di lorong itu. Pemuda itu nampak senang bisa mempermainkan emosi orang didepannya.

"Aku sedang melihatnya masih hidup. Tolong jaga dia untukku. Akan sangat membosankan jika ia mati lebih cepat dari yang kupikirkan. Terimakasih untuk goresannya." ucap pemuda itu sembari mengusap pelan daun telinga yang terkena pisau dan menjilat darah di tangannya.

.

.

"Aku pulang." ucap Taehyung yang mana sudah ditunggu Seokjn di ruang tamu.

"Darimana saja kau, Tae?" tanya Seokjin yang merasa kesal dengan sang adik.

"Bermain-main sebentar hyung. Aku kan anak muda." Ucap Taehyung enteng sembari membuka jaket kulitnya.

"Cih... apa kau sudah makan?" tanya Seokjin yang pada akhirnya tidak bisa marah dengan adiknya. Taehyung menggeleng dan menyampirkan jaketnya bahu.

"Bersihkan badanmu lalu turun ke ruang makan." Ucap Seokjin yang kemudian berjalan menuju dapur memasakkan beberapa menu makanan untuk sang adik. Taehyung sendiri masih berdiri ditempatnya memandang kepergian sang hyung ke dapur.

Bukannya ke kamarnya, ia justru masuk ke studio Namjoon dengan tiadk sopan seperti biasanya.

"Bagaimana hyung?" ucap Taehyung yang sukses membuat Namjoon kaget.

"Bisakah kau mengetuk pintu jika bertamu di kamar orang Tae?" keluh Namjoon sembari mengelus dadanya karena kaget.

"Tapi kamar kekasihmu ini bukan manusia, jika kau ingat hyung. Berhenti bicara dan jawab pertanyaanku." Jujur Namjoon selalu kesal jika adiknya sudah mulai suka memerintah dan meminta ini dan itu padanya.

"Tolong sopanlah sedikit dengan hyungmu ini Tae. Hyung sudah mulai jika kau ingin tahu." Gumam Namjoon sembari mengetik acak di keyboardnya.

"Makanya cari pacar. Kekasihmu ini akan mati jika listriknya padam"

"Sialan kau!" ucap Namjoon yang kemudian memencet tombol enter. Taehyung tampak sangat cermat memperhatikan layar laptop itu. Namjoon sesekali menjelaskan hal yang ia temukan pada sang adik.

"Wow.. aku benar-benar kagum dengannya. Kurasa kita akan bertemu musuh yang cukup merepotkan hyung." ucap Taehyung singkat dan kemudian terkekeh pelan. Namjoon merasa kurang paham dengan ucapan sang adik.

"Maksudmu? Apa sulit untuk menangkapnya Tae?" Taehyung menggeleng ringan.

"Hanya merepotkan bukan berarti sulit."

"Apa kau punya rencana untuk ini? Kasus ini cukup menguras waktu dan korban terus berjatuhan. Seoul setiap harinya menjadi kota mengerikan di malam hari." Taehyung terkekeh mendengar tuturan sang hyung yang terdengar membosankan.

"Tidak ada yang tahu malam itu seperti apa, hyung. Mereka hanya takut tampilan luarnya tanpa mencoba sesekali berjalan di dalamnya." Ucap Taehyung sembari terus menatap layar laptop milik hyungnya.

Namjoon tertegun mendengar tuturan sang adik yang memang benar kenyataannya. Karena malam adalah bagian dari Taehyung. Taehyung bahkan orang yang bisa menaklukkan malam untuk dirinya sendiri dan menjadi bagian dari malam itu sendiri.

"Taehyung-ah!" terdengar suara Seokjin memanggil namanya.

"Terimakasih, atas kerja kerasmu hyung." ucap Taehyung singkat dan keluar dari ruangan itu.

Seokjin menatap Taehyung tak percaya ketika melihat sang adik keluar dari studio Namjoon dengan tampang dan baju yang sama.

"Aku menyuruhmu untuk mandi Tae." Ucap Seokjin yang melihat Taehyung duduk di kursinya.

"Mandi urusan nanti hyung, perut lebih penting sekarang ini." ucap Taehyung yang kemudian menyumpitkan daging ke mulutnya. Seokjin hanya bisa menghela napas dan duduk di depan adiknya.

"Kau harus banyak makan, Tae. Kau nampak mengurus akhir-akhir ini. Apa kau tidur terlambat terus? Lihat mata pandamu itu.. Aigooo... ketampanan adikku jadi berkurang." Taehyung tampak tak peduli dengan ucapan sang hyung yang selalu cerewet seperti biasa.

"Bisa kau buatkan aku kopi hyung? Aku butuh asupan kafein malam ini." Seokjin menatap Taehyung sejenak.

"Ingin melakukan apa lagi?" tanya Seokjin mengintrogasi.

"Tidak ada. Hanya ingin pergi ke atap." Seokjin menggeleng menolak permintaan adiknya.

"Dicuaca dingin seperti ini?! Big No! Go Sleep, Tae."

"Tidak, terimakasih. Akan kubuat sendiri kopiku. Setelah ini." Seokjin mendecakkan lidahnya kesal.

"Hyung akan menemanimu untuk malam ini." titah Seokjin.

"Terserah kau, hyung."

.

.

.

.

.

LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang