39

957 80 1
                                    


Thor baliiikkk

.

.

.

Happy Reading, Good Reader^^

.

.

.

.

Tekanan darah Taehyung sempat menurun ketika Namjoon meninggalkannya untuk keluar sebentar tadi. Beruntung Seokjin dan dokter yang lainnya bisa dengan cepat menanganinya sehingga Taehyung dapat baik-baik saja meskipun detak jantungnya begitu rendah.

Seokjin menunduk sedih karena melihat adiknya yang sampai sekarang masih belum terbangun dari komanya. Ia tak tega melihat tubuh adiknya yang ditempeli banyak alat medis untuk menunjang kehidupannya yang entah sampai kapan lagi.

Namjoon terdiam menatap kedua saudaranya. Ia berjalan mendekati hyungnya yang sekarang nampak terisak sangat pelan. Hatinya begitu sakit melihat Seokjin menjadi begitu lemah dan seperti bukan dirinya.

"Hyung.." Seokjin masih bergeming.

"Jangan menangis lagi. Namjoon mohon." Isakan Seokjin justru perlahan terdengar jelas di telinganya.

"Aku tak bisa melihatnya seperti ini, Joon. Taehyung-ku, aku tak sanggup melihatnya sekarat tapi aku masih belum ingin merelakannya." Ucap Seokjin disela-sela tangisannya.

"Aku hyung yang payah. Aku adalah dokter tapi aku tak bisa menyelamatkan adikku sendiri dari kematiannya." Namjoon merengkuh hyungnya ke dalam dada bidangnya. Dielusnya kepala Seokjin pelan. Ingin rasanya ia menangis tapi ia sadar harus menjadi kuat untuk hyungnya.

Seokjin menangis dipelukan adiknya cukup lama hingga pada akhirnya ia mulai merasa lelah dan pening. Namjoon memapah hyungnya menuju ranjang sebelah Taehyung dan meminta Seokjin untuk beristirahat sejenak. Ia hanya tak ingin hyungnya sakit.

"Tidurlah hyung. Biar aku yang menjaga Taehyung untukmu." Seokjin mengangguk pelan dan memejamkan matanya perlahan. Namjoon tersenyum tipis melihat Seokjin yang akhirnya bisa beristirahat.

Ia duduk di kursi samping ranjang Taehyung. Dielusnya tangan Taehyunng pelan seolah tak ingin menyakiti adiknya. Tubuh Taehyung menjadi sedikit menirus dan memucat. Taehyung berubah banyak namun bagi Namjoon masihlah adik yang paling tampan dimatanya.

"Kau masih tampan Tae. Jadi, jangan khawatir pada gelarmu. Seokjin hyung tak akan merebutnya darimu." Gumam Namjoon seolah mengajak adiknya mengobrol.

"Aku tadi bertemu dengan Yoongi hyung, katanya Jimin sedang demam dan dirawat. Kemarin dia kemari ingin bertemu denganmu tapi maaf ya, Seokjin hyung masih marah dan tak mengijinkannya masuk menemuimu. Kau mendapat salam dari Yoongi hyung, katanya semoga kau cepat kembali sehat.." Namjoon tersadar akan ucapannya terakhir. Ia pun juga berharap adiknya sehat tapi apakah bisa sedangkan hidupnya diujung tanduk.

"Taehyung-ah, jika kau mendengar ucapan hyung cepatlah bangun. Seokjin terus menyalahkan dirinya karenamu. Ia seperti bukan dirinya. Taehyung-ah, hyung sangat ingin merelakanmu. Hyung tak sanggup melihatmu lebih menderita dari ini, tapi hyung juga tak sanggup kehilanganmu. Jika kau pergi, lalu siapa yang akan meleraiku saat bertengkar dengan musuh berbuyutanku si Chwe itu? Taehyung-ah, bisakah kau membujuk Seokjin hyung agar tak lagi marah dengan Jimin dan Yoongi hyung?" Namjoon melirik hyungnya yangnampak tertidur lelap tanpa gangguan.

"Tolong katakan padanya untuk jangan membenci Yoongi hyung dan Jimin. Kau pasti tahu ini hanya salah paham kan? Jika iya, tolong datanglah ke dalam mimpi hyungmu yang sangat kau sayangi itu. Hyung mohon." Namjoon masih terus mengusap punggung tangan adiknya sembari terus bergumam banyak hal.

LET YOU GO? (The End.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang