Acht und Zwanzig - Anniversarry Opa Wisnu dan Oma Kayla

2.3K 199 3
                                    

Play to mulmed 🔝
🎶 Rahmania Astrini - Menua Bersama 🎶

🌼🌼🌼

Julian dan Mbak Ningsih baru saja turun dari lantai atas di mana kamar mereka berada. Kebetulan karena Mbak Ningsih sendiri, jadi Nesya memintanya ikut sekamar dengannya dan Liora. Mbak Ningsih dengan senang hati, sedangkan Julian sekamar dengan Kelvin, putra Dokter Juna. Ternyata mereka sekampus walau berbeda fakultas. Tapi karena sering mengerjakan tugas di perpustakan, mereka serimg bertemu dan ngobrol bareng. Jadilah mereka berteman akrab.

"Bang Julian sama Mbak Ningsih mau kemana?" tanya Liora begitu melihat rekan kerjanya sudah rapi pagi-pagi begini. Ia juga baru bangun dan langsung mandi setelahnya turun untuk membantu Bunda Rachel dan Aunty Sarah masak untuk sarapan pagi mereka.

"Kami pengen ke pasar, Liora," jawab Mbak Ningsih.

"Kalian cuma berdua?" Liora balik bertanya.

"Nggak, kami samaー"

"Sama saya," potong Bimo yang rupanya juga sudah siap dengan baju kaos biasa dan celana pendek. Berbeda sekali saat berada di kantor maupun caffe.

"Eh, Bos? Pagi Bos." Sapa Liora menunduk malu.

Bimo terkekeh kecil. "Pagi. Hm, gimana kalau kamu ikut? Sekalian bantuin Julian dan Ningsih buat beli bahan-bahan untuk acara nanti malem."

Liora mengangguk. "Boleh, Bos. Kalau gitu aku pamit dulu sama Bunda dan Aunty Sarah," pintanya.

Bimo mengangguk dan Liora segera kembali ke dapur meminta izin pada Rachel dan Sarah jika ia akan ke pasar. Rachel memintanya untuk membangunkan Elvano tapi Liora menolak dan menjelaskan jika ia pergi bersama Bimo, Julian dan Mbak Ningsih.

Tak lama Liora kembali dan mereka pun keluar menuju mobil Bimo yang terparkir di dalam villa.

"Saya ngajak Julian dan Ningsih ikut biar nggak nyewa Chef mahal buat acara ini," ujar Bimo saat mobil yang di kendarainya melaju di jalan raya.

Julian yang duduk di depan agak kaget mendengar penuturan Bimo barusan. Setahunya ia diajak berlibur oleh Bimo itu karena tak tega melihatnya kerja terus. Ternyata di balik semua itu ada maksud tersembunyi.

"Ternyata ada udang di balik bakwan ya, Om?" tanya Julian seraya melipat tangan di depan dada.

"Ya gimana dong? Kan kamu sekolah di jurusan masak biar ada gunanya kan? Jadi sebagai calon chef terkenal, kamu harus banyak belajar, ya salah satunya jadi chef di sini, kan?" balas Bimo sembari terkekeh.

"Dasar orang tua!" gumam Julian kesal, tapi masih bisa di dengar oleh Bimo dan yang lain.

"Kamu bilang apa barusan?"

"Nggak,"

"Kamu bilang saya orang tua?"

"Emang kenyataannya gitu kan?"

"Wah ponakan kurang ajar! Mau saya pecat?"

"Silahkan, toh saya juga kerja karena Om yang nyuruh, jadi siapa yang butuh?"

Kalimat Julian membungkam Bimo. Benar juga, kalau tidak ada Julian maka bagaimana dengan nasib Caffenya? Jika ia memperkerjakan chef maka bayarannya pasti mahal. Berbeda dengan Julian yang bebas ia bayar berapa saja. Lagian ada untungnya juga ia memperkerjakan keponakannya tersebut, selain gajinya murah, para pelanggan di dominasi oleh wanita karena rupa sang chef yang tampan. Tentu saja Bimo tidak ingin pelanggannya lari jika Julian berhenti bekerja.

Ningsih dan Liora yang sejak tadi duduk di kursi penumpang bagian belakang cuma bisa diam melihat interaksi bos dan rekan kerjanya. Mereka berpikir apa tidak salah dengar tadi Julian memanggil Om Bosnya itu dan sang Bos mengatakan jika Julian adalah ponakannya?

ElvanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang