Dreißig - With You

2.3K 199 3
                                    

Liora menatap Elvano lekat, menunggu laki-laki dingin itu berbicara.

"A...aku ingin nunjukkin sesuatu," akhirnya sekian lama terdiam Elvano berucap dengan gugup.

"Eh tapi yang lain nanti cariin gimana?"

"Nggak apa-apa,"

Liora diam beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk.

Mereka pun kembali berjalan menuju sebuah danau yang tak jauh dari villa. Kata Bunda, ini tempat bersejarah buatnya dan Ayah. Makanya Elvano juga ingin mengajak gadis yang di sayanginya ke danau tersebut. Lagian sewaktu ia dan Nesya kecil kedua orang tua mereka memang beberapa kali mengajaknya ke danau itu. Dan menjadi tempatnya dan Nesya bersembunyi atau menenangakan diri jika suntuk saat berlibur.

Setelah lima menit berjalan kaki menuju danau yang di sebutkan Elvano tadi, akhirnya mereka pun sampai.

"Ini sebenarnya danau buatan Opa," terang Elvano saat mereka sudah sampai. "Katanya danau ini banyak menyimpan kenangan, salah satunya saat Bunda ketemu lagi sama masa lalunya."

Liora sedikit mendongak karena perbedaan tinggi mereka berbeda.

"Dia orang yang udah buat Bunda berubah, bahkan Bunda sempet hampir bunuh diri," menghela napas panjang dan menghembuskannya, Elvano menerawang ke langit yang di penuhi oleh bintang.

Sepertinya ini kalimat terpanjang yang pernah Elvano ucapkan. Makanya Liora hanya diam mendengarkan, mungkin Elvano ingin berbagi dengannya.

"Lalu orang itu di mana?" Setelah lama terdiam Liora membuka suara.

"Dia di penjara," Elvano menatap Liora sebentar lalu kembali menatap langit berbintang. "Setelah berhasil lolos dan jadi buronan polisi selama beberapa tahun dia kembali lagi dan mencoba mendekati Bunda. Bunda saat itu udah membaik tapi saat orang itu kembali, Bunda kembali drop. Ayah dan Uncle berhasil menangkap dia dan Uncle Damar berhasil memenjarakannya selama lima tahun." Jeda sebentar sebelum Elvano melanjutkan. "Kabar yang aku dengar sekarang dia di luar negeri, mengurus bisnis orang tuanya,"

"Kamu tahu kenapa aku begitu hati-hati terhadap perempuan?" Tanya Elvano sembari menatap lekat Liora yang balas menatapnya. "Karena aku nggak mau nyakitin mereka, kalau aku nyakitin hati perempuan itu sama aja aku nyakitin Bunda. Aku nggak mau hal itu terjadi."

Tes.

Satu tetes air mata jatuh di pelupuk mata Liora. Jujur ia tak menyangka jika Elvano bisa berbicara panjang lebar begini padanya terlebih menyangkut keluarganya, orang yang ia cintai, Bunda Rachel.

Ada rasa hangat yang mengalir di dada saat Elvano mengatakan kalimat terakhir tadi.

Jadi itu sebabnya?

Itu sebabnya Elvano susah menjatuhkan hati pada perempuan? Karena Elvano tidak ingin menyakitinya apalagi sampai mengkhianatinya.

Buru-buru Liora menyeka air matanya agar tidak di lihat oleh Elvano.

Suara dering ponsel menyita perhatian keduanya. Sadar jika ponselnya berbunyi, Liora buru-buru mengambil ponsel dari saku jaket yang ia kenakan.

Nesya is calling.

"Halo, Nes?"

"Kamu dimana?" suara panik langsung terdengar saat Liora mengangkatnya.

"Aku-" Liora bingung ingin menjawab apa.

Elvano langsung mengambil ponsel Liora dan menempelkannya di telinga.

"Liora sama aku, Dek," balas Elvano datar.

ElvanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang