Epilog

5.1K 262 43
                                    

Di sini ada anak hukum atau kedokteran kah? Kalau ada tolong bantu koreksi kalau ada yg salah karena aku carai referesi di mbah google aja😂  aku bukan di jurusan itu soalnya whehehee😁

Terima kasih untuk kawan2 yang udah setia nungguin cerita ini sampai akhir. Nggak terasa ini udah tahun ke dua aku nulis cerita ini. Dari bulan oktober 2020 sampai maret 2021 yang artinya udah 1 tahun 5 bulan aku bisa merampungkan cerita ini! Yeay! 👏🏻

Ini novel kedua yang aku selesain (terharu bisa nulis sebanyak ini😭)

Proses yang lumayan panjang (karena sblmnya aku hiatus selama 4 bulan yg sibuk ngurus proposal dan skiripsi lalu kembali stelah selsai sidang skripis bulan november 2020 kemarin wkwkwk😂)

Untuk teman2 yg selalu ninggalin jejak dan silent readers yang terhormat karena selalu nunguin cerita ini😁) makasih banyak2 yang terhingga. Maaf kalau ada prakata salah yg mungkin pernah aku ucapin🙏🏻 mohon maaf jika crita ini byk kurangnya(typo😂) dan tidak sesuai ekspektasi kalian. Percayalah jika cerita ini emang aku udah susun sejak awal begini. Inipun lebih dari yg aku rencanain wkwkek🤣

Yang minta ekstra part aku mikir2 dulu oke?

Sekarang aku mau istirahat dan mau nyari kerja. Percayalah jadi pengangguran sangat tidak enakk😭😭😭😭

Happy reading sayang2 akuh😘😂


🌼🌼🌼


"Selamat siang, bagaimana kabarnya, Pak?" Devan dan Elvano masuk ke salah satu ruang inap pasien yang mereka tangani.

"Selamat siang, Dok. Saya sudah merasa baikan sekarang, berkat Dokter," balas pasien pria paruh baya yang menderita luka bakar.

Devan tersenyum ramah dan memeriksa pasien bernama Pak Yanto. Beliau sudah beberapa hari di rawat inap akibat kebakaran toko kuenya. Ia berhasil selamat dan hanya luka-luka di beberapa bagian tubuhnya.

Elvano diam memperhatikan Devan yang asik berbincang dengan pasien. Sesekali ia hanya mengangguk dan tersenyum tipis menanggapi.

"Kalau begitu kami permisi. Semoga Bapak lekas sembuh," Pak Yanto dan istrinya mengucapkan terima kasih sebelum Elvano dan Devan meninggalkan ruangan tersebut.

"Ck kamu tuh nggak bisa ramah sedikit sama pasien?" Decak Devan sembari berjalan bersisian dengan sahabatnya itu.

"Hm," balas Elvano acuh dan memasukkan kedua tangannya di kantung snelli yang mereka kenakan.

Saat ini keduanya tengah menjalani koas di rumah sakit Maria's Hospital tentu saja. Rumah sakit milik ayahnya. Keduanya berhasil lulus sarjana kedokteran dalam waktu tiga setengah tahun dan sekarang sudah satu tahun setengah menjalani tahap profesi atau co-assistent. Mereka terjun langsung memeriksa pasien seperti menyuntik, memgambil darah dan menjadi asissten saat operasi. Sebentar lagi mereka akan mengikuti Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI). Tahap ini yang menentukan mereka mendapatkan Surat Tanda Registrasi.

Belum sampai di situ, setelah mereka lulus di tahap ini, selanjutnya mereka akan mengikuti program magang atau intership. Dokter intership akan mengikuti rangkaian praktek pada tempat yang sudah mendapat Surat Izin Praktek (SIP) seperti rumah sakit tipe C (kabupaten) atau puskesmas di seluruh Indonesia. Pada tahap intership ini dilakukan selama satu tahun. Usai di tahap ini barulah mereka akan mengantongi gelar dokter umum.

"Elvano, Devan! Kalian berdua tolong ke UGD sekarang!" Seru seorang suster senior saat melihat keduanya berjalan di sepanjanh koridor.

Walaupun mereka tahu Elvano adalah anak dari pemilik rumah sakit ini, tetapi David tidak mengistinewakan anaknya. Ia meminta agar seluruh perawat dan staf memperlakukan Elvano dan Devan seperti teman-teman koas mereka yang lain.

ElvanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang