Ach und Dreißig - Long Time No See

2.5K 214 22
                                    

David mematikan sambungan telponnya. Ia memutar tubuh dan mematung saat melihat Panji memandang istrinya. Ia langsung berjalan dan merangkul pinggang Rachel memberitahu jika saat ini wanita yang berada di sampingnya adalah miliknya, hanya miliknya.

Tersentak kaget Rachel menoleh kearah David yang memberinya senyuman manis. Sementara Panji yang menyaksikan itu hanya bisa diam. Ia sadar posisinya saat ini. Rachel sudah menjadi milik orang lain dan sejak awal pun ia tak pernah memiliki mantan sahabatnya.

Berdehem pelan guna menetralkan tenggorokannya yang kering, Panji tersenyum tipis. "Mm, kebetulan golongan darahku AB+, kalau kalian tidak keberatan-"

Elvano berdiri dan menggenggam tangan Panji. "Aku mohon, Uncle, tolong selamatkan Liora," pintanya.

Panji melirik David dan Rachel bergantian meminta persetujuan dari mereka. David tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

"Tenang saja, Nak, aku akan memberikan darahku berapapun yang gadis itu butuhkan," Panji tersenyum dan mengelus pundak Elvano.

Seorang suster datang menghampiri mereka. "Kalau begitu, Bapak silahkan ikut saya."

Suster dan Panji berjalan menjauhi mereka menuju ruangan khusus untuk mendonorkan darah.

"Aku akan telpon Mbak Sarah meminta tolong membawakan baju bersih untuk kalian berdua," ujar Rachel menghilangkan suasana canggung yang sempat terjadi beberapa menit yang lalu.

Mengangguk David membiarkan istrinya menjauh beberapa meter untuk menelpon kakak iparnya. Ia sendiri menelpon Juna agar segera ke ruangan ICU segera. Untung saja club milik Panji tak jauh dari rumah sakit milik keluarga David. Jadi Elvano dan Kelvin bisa membawa cepat Liora sebelum terlambat.

Beberapa menit kemudian Panji datang di susul oleh Juna yang kebetulan sudah berada di rumah sakit padahal jam masih menujukkan pukul enam lewat tiga puluh lima menit. Masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas.

"Bagaimana keadaan Liora?" Tanya Juna begitu melihat semua orang berkumpul di depan ruangan tunggu pasien.

"Kami belum tahu, Bang. Dokter belum keluar," balas David.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Ceritanya panjang, intinya Elvano dan Kelvin menyelamatkan Liora dari pria hidung belang yang sudah membelinya."

"Hah? Jadi semalaman kamu nggak ada di rumah? Anak nakal! Kenapa nggak telpon Papa? Kamu pergi ke club?" Juna memukul punggung Kelvin memberikan pelajaran pada anak tunggulnya. "Sudah berapa kali Papa bilang, jangan ke club! Kalau Mama mu sampai tahu bisa-bisa kamu kena hukuman!"

"Duh-duh ampun, Pa! Ampun! Uncle David kan udah bilang tadi aku dan El ke sana karena Liora di bawa sama Papanya dan menjualnya!" Kelvin menghindar dari pukulan-pukulan yang Juna layangkan untuknya.

"Tunggu sebentar, tadi kamu nggak cerita gitu." Sela David. "Jadi Liora di jual sama Papanya?"

Menepuk jidat Kelvin lupa jika ia sudah di beritahu Elvano agar menceritakan ini nanti. "Ups, sorry El." Sesal Kelvin yang sudah keceplosan.

Elvano menghela napas pasrah. Dan akhirnya ia menceritakan yang sebenarnya.

"Astaga jadi Liora putri dari Hans?" Kaget David dan Juna bersamaan.

"Iya, Ayah kenal?" Tanya Elvano heran.

"Siapa yang tidak mengenalnya? Dia adalah pengusaha terkenal dan baik, tapi karena suatu hal ia bangkrut. Sejak saat itu kabarnya sudah tidak di ketahui oleh orang-orang," timpal Panji.

Sadar jika sejak tadi mereka melupkan jika ada orang lain Juna memperhatikannya dan setelah sadar ia kaget.

"Kamu? Panji?!" Teriaknya heboh.

ElvanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang