Ein und Dreißig - Why Papa

2.5K 199 16
                                    

"El, kita nginep di rumah kamu ya?" kata Leo sembari fokus menyetir.

Sesuai janji sebelumnya jika saat pulang ke Jakarta nanti ia yang akan menyetir, dan saat ini Leo melaksanakan janjinya itu.

Elvano menyergit. "Ngapain?"

Leo nyegir kuda melirik Elvano yang duduk di sampingnya sebentar lalu fokus kembali le jalanan.

"Bosen di apart sendiri, kan di rumah kamu rame,"

"Terserah." balas Elvano tak peduli.

"Aku juga!" Sahut Devan menimpali yang sejak tadi rupanya menyimak pembicaraan kedua sahabatnya itu dari bangku penumpang paling belakang.

"Terserah," balas Elvano singkat.

Leo bersorak senang, begitu juga dengan Devan.

"Kalau gitu aku juga ginep deh." celetuk Kenand membuat Elvano menoleh ke belakang dan menatapnya datar.

"Masa Bang Leo sama Bang Devan boleh, aku nggak sih, Bang?" rutuknya sembari memanyunkan bibir.

"Rumah kamu ada kan?"

"Tapi pengen nginep di rumah Bunda!"

"Nggak boleh."

"Boleh!"

"Nggak."

"Boleh, nanti aku tanya ke Ayah David!" Pungkas Kenand sembari mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi David.

"Mau ngapain?" Tanya Nesya yang melihat kakak dan tetangganya itu berdebat.

"Nelpon Ayah David,"

"Biarin Bang,"

Elvano menatap adiknya dengan kening berkerut.

"Kenapa?"

"Suka-suka dia, aku malas denger kalian berdebat! Nggak liat Liora tidur? Bisa kalian berhenti?"

Sadar jika sejak tadi Liora tak bersuara ternyata gadisnya tertidur dengan kepala yang bersandar di jendela.

"Dia pasti capek," gumam Elvano yang masih bisa di dengar Nesya.

"Iya, semalaman Liora bantu2 yang lain beberes setelah acara selesai."

"Oh ya?"

"Hm, Abang tumben cerewet!" Ledek Nesya menggerlingkan matanya.

Dibuat salah tingkah, Elvano menoleh kembali ke depan mencoba menyembunyikan senyuman tipisnya.

🌼🌼🌼

Mobil putih Elvano berhenti tepat di depan rumah kontrakan Liora.

Nesya memeluk Liora saat sahabatnya itu ingin turun.

"Sampai jumpa di sekolah." Kata Nesya mengeratkan pelukannya.

Liora tersenyum simpul. "Kalau gitu aku duluan. Makasih ya, Bang, Nes." Pamitnya sembari membuka pintu dan turun dari mobil.

Elvano ikur turun dan menyusul Liora membukakan pintu bagasi dimana barang-barang mereka di letakkan disana.

Elvano membantu mengeluarkan tas ransel Liora. "Perlu aku bantu?" Tawarnya tak ingin membuat gadisnya capek.

"Nggak usah, Bang. Makasih ya?" Tolaknya halus.

Tangan Elvano langsung terulur mengusap kepala Liora lembut. Ia tersenyum tipis.

ElvanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang