Davara #19

253 18 3
                                    

|happy reading|

|Ini bukan akhir dari permainan, tapi ini awal permainan kita.|

°°°
Siapapun manusia, yang memiliki sisi kemunafikan di dalam dirinya. Cepat atau lambat, topeng itu akan terungkap. Ini perihal waktu.

Teruslah bersikap munafik di belakang, tugas kami hanya berpura-pura tidak tahu.

Davara sedang berada di depan pintu rumah Aleta. Ia tidak mengetuk, ia hanya diam berdiri di sana. Dengan kepala yang tertunduk, menahan rasa nyeri di lubuk hatinya yang terdalam.

Bagaimana tidak, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Aleta menangis di pelukan laki-laki lain.

Hujan mulai turun. Membasahi tubuhnya, dunia seakan tahu bagaimana suasana hatinya. Davara diam membiarkan air hujan membasahinya. Dia tidak perduli, dia benci situasi ini.

Gadis yang ia perjuangkan, dengan mudahnya menghancurkan dirinya. Bahkan gadis itu tidak berada di dalam rumahnya.

"Why." Gumam Davara.

Di kejauhan ada wanita berpayung hitam, sedang tersenyum miring. Wanita itu memakai masker dan kacamatanya lagi. Lalu pergi seolah-olah sudah mengamati.

Davara diam, ia masih membiarkan air hujan membasahinya. Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di belakangnya.

"Ngapain kamu kesini?."

Davara mengangkat wajahnya. Dia membalikkan badannya. Dan melihat gadis yang ia cintai. Dan langsung memeluknya. Namun gadis itu memberontak.

"Lepas!."

Davara tersentak. Dia melepaskan pelukannya. Hati yang merasa teriris-iris itu semakin sakit.

"Ikut aku."

Davara mengajak Aleta pergi. Aleta masuk ke dalam mobil dengan secara terpaksa. Davara membuang sembarangan payung itu.

Mereka pergi ke suatu tempat. Tepatnya mansion lama milik ayah dan ibunya. Hujan telah berhenti, Davara keluar membawa dokumen-dokumennya.

Aleta keluar, ia ingin kabur tapi kata-kata Davara membuatnya mengurungkan niatnya.

"Kamu boleh pergi setelah tahu semuanya. Aku tidak memaksamu untuk tetap tinggal, setelah mengetahui semuanya kamu boleh memilih. Bersama laki-laki itu, atau bersamaku."

Deg!

Kata yang dingin dan datar itu membuat jantung Aleta seakan tak berdetak. Dia membalikkan badannya, melihat Davara yang menatapnya dingin.

"K-kamu----"

"Ikut aku."

Davara sangat malas mendengarkan penjelasan dari mulut Aleta. Aleta tahu itu, mata Davara menunjukkan kalau dia sangat kecewa. Davara masuk ke dalam diikuti oleh Aleta.

"Ngapain kamu kesini ha?!."

"Mom boleh memilih untuk tetap membenci ku, atau tidak setelah mom melihat ini semua."

Davara {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang