Davara #17

266 19 3
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

°°°
"Ara! Cepat, kenapa kamu masih disini?!." Ujar David.

Ara berdiri dan ingin pergi, tapi Davara menghadangnya. "Sorry. Mom."

"I'm not leaving, okay." Ujar Ara.

Davara memeluk ibunya. Dengan erat,  sambil meratapi kesalahannya.

"It's okay. You can!, Aku akan selalu mendukungmu." Ujar Ara.

Davara melepaskan pelukannya. Dan membiarkannya keluar. Davara tidak mengingat apapun.

Gue harus ketemu Bianca!. Batin Davara.

°°°
"Ayo kita pulang!." Ujar David.

"Kenapa jadi emosi sih?." Tanya Ara baik-baik.

"Honey!, Aku gak mau dia jadi lelaki brengsek!." Ujar David.

Ara menghela nafasnya. "Dengar, jangan berfikir bahwa dia akan mengikuti jejakmu dulu!." Ujar Ara.

David membalikkan badannya. "Ar, aku..."

"Diam!. Aku tahu kamu khawatir, aku tahu itu!. Tapi, jangan samakan hal ini dengan masa lalu kita!." Bentak Ara.

"Dia bau alkohol!, Dia lupa kejadian apa saja yang terjadi semalam!. Kalau dia di jebak sepertiku bagaimana?!. Apa mau wartawan tahu tentang hal ini?! Reputasi keluarga kita bakalan hancur! Kamu paham?!." Sahut David.

Ara diam. Air matanya sudah tidak bisa dibendung. Ara meneteskan air matanya.

Luka lama kembali, terbuka aku membencimu.  Batin Ara.

"Ar...."

Ara menepis tangan David. David kaget, Ara semarah ini dengannya. Ini kesalahannya.

"Maafkan aku, aku salah. Aku sudah membentak kamu. Aku mohon jangan menangis." Khawatir David.

Ara pergi.

"Ara!."

Ara menepis tangan David lagi. Dan dia pergi entah kemana. David menelepon seseorang.

"Batalkan semua janji! Ada hal yang lebih penting. Paham?!."

David mematikan handphonenya. Dan mengejar Ara, sedangkan Davara melihat dan mendengar kemarahan mereka dari kamarnya. Davara pergi ke balkonnya. Melihat orang tuanya yang saling kejar-kejaran.

Davara memasukan tangannya kedalam saku. Ini salahku. Batin Davara.

Davara pergi mandi dan siap-siap. Ia harus menemui Bianca.

°°°
"Hei bodoh! Apa yang harus ku beli?." Tanya Brayan.

"Tanya saja, apa kesukaan gadis itu." Ujar Bianca.

"Ck. Nanti dia tahu apa hadiahnya!." Ketus Brayan.

"Telepon saja Jack." Saran Bianca.

Brayan tersenyum puas mendengarnya. Ia langsung menelepon Jack.

"Hallo Jack. Gue mau tahu adik lo suka apa?." Tanya Brayan.

"Kurang kerjaan ya lo. Ganggu gue pagi-pagi. Tanya aja sendiri."

"Owh yaudah. Gue sih fine-fine aja. Mungkin nanti malam, akan ada kejutan." Ancam Bryan.

"Brengsek. Dia bakalan suka apapun yang lo kasih. Gue lagi...

Sayang, ayo. Kenapa kau sibuk sekali!

Gue sibuk, bye!."

Brayan geli mendengarnya. "Gak ada kapok-kapoknya tu orang." Gumam Brayan.

Davara {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang