Davara #20

293 14 1
                                    

|Happy reading|

°°°
Davara memeluk Aleta dari belakang. Aleta tersentak kaget, membuat lamunannya kembali sadar.

"Eh, Dav aku----."

Davara menaruh dagunya di pundak Aleta. "Siapa laki-laki itu?."

Aleta diam, lelaki siapa?. Entahlah Aleta menenggelamkan pikirannya. "Lelaki siapa?."

"Pelukan, hujan, air mata."

Aleta mengerutkan keningnya. Davara sedang bertanya, atau ingin mengajaknya bermain teka-teki?.

Aleta mencoba mencerna. Pelukan, hujan, dan air mata?. Apa maksudnya? Aleta tidak paham. Itu terlihat jelas dalam kerutan wajahnya.

"Aku tidak paham."

"Siapa lelaki itu?."

"Lelaki, owh yang memelukku saat sebelum hujan, dan aku menangis di dalam pelukannya?."

Kenapa diperjelas? Davara hanya ingin tahu siapa lelaki itu, kenapa dia begitu repot? Sampai menjelaskannya.

"Aku tidak tahu, saat itu aku masih sangat syok dan marah kepadamu. Dia datang, dan langsung memelukku.  Aku tidak sadar itu bukan kamu." Sambung Aleta.

Davara melepas pelukannya. Siapa lelaki itu, kenapa dirinya memeluk Aleta. Apakah itu pesaing barunya? Ah tidak! Aleta hanya milik Davara. Ia harus menyingkirkannya.

"Dav----."

"Sudahlah, aku harus bertemu Dad."
Davara pergi meninggalkan Aleta.

°°°
"Kenapa kau tertawa?."

Wanita itu sampai lupa kalau ada pria   di sampingnya. Wanita itu meredakan tertawanya. Dan meminum teh hangat didepannya.

"Maafkan aku, aku terlalu bahagia mereka hancur perlahan. Haha."

Pria itu menghela nafas, ia memiliki rasa tidak suka mendengar 'mereka hancur perlahan.' tetapi di sisi lain dia senang.

"Hei, apa kau masih tidak suka mereka hancur?. Apa kau akan mengkhianati ku?."

"Tentu tidak. Untuk apa aku mengkhinati mu. Ayolah, aku hanya heran kenapa kau sering keluar melihat langsung keadaan. Bagaimana jika keberadaan mu diketahui?."

Wanita itu merebahkan kepalanya, di atas paha pria itu. Mengambil tangan pria itu, dan menciumnya lembut.

"Ayolah, aku bosan diam di sini. Kalaupun mereka tahu, aku masih punya rencana lain. Ya kurasa."

Pria itu membelai elus rambut wanitanya. "Aku hanya takut kamu ketahuan sayang. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa lagi. Paham?."

Cup

Wanita itu mencium tepat pada bibir pria itu.

"Iya bawel."

Pria itu tersenyum. Dan mereka ingin melanjutkan

Braaakkk

"Ups, maaf aku mengganggu kalian."

Davara {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang